AutonetMagz.com – Porsche membuat Boxster untuk menjadi roadster sporty yang beda dari roadster lain karena bermesin tengah. Selain itu, Boxster juga berhasil menuntaskan banyak tugas, yakni menyelamatkan Porsche dari kebangkrutan dan menunjukkan bahwa Porsche dengan harga yang paling bersahabat pun masih menjunjung jati diri kuda Stuttgart sebagai mobil yang dibuat dengan presisi, fun to drive, berkualitas dan menyandang gengsi sebuah Porsche.
Memang, setiap tahunnya Porsche Boxster menjadi pundi-pundi uang Porsche, tapi bukan berarti Porsche menyuruh akuntannya untuk memimpin pembuatan mobil ini. Formula tepat berupa mesin boxer, mid-engine alias mesin tengah, wujud roadster dan bodi ringkas benar-benar membuat Boxster punya kelas. Saat ini, Boxster memang sudah bukan tulang punggung penjualan Porsche lagi, karena sudah digantikan oleh Cayenne dan Macan.
Setelah 3 generasi beredar, sekarang saatnya Porsche 718 Boxster membuktikan kalau ia masih pantas menyambut para enthusiast yang baru penasaran akan value sebuah mobil sport Porsche. Masih mengusung kode sasis 981, tapi sekarang ada penambahan nama 718 di depan kata Boxster. Porsche bilang, mereka ingin menghidupkan lagi nama Porsche 718, mobil balap legendaris bermesin flat-4 yang dikembangkan dari basis Porsche 550.
Cerdas juga, mengingat jika tahu mesin 718 Boxster baru kini menjadi flat-4, bukan flat-6 seperti yang lama, fans Porsche pasti akan berkicau dan mengatakan “It’s ruined!” jika namanya masih Boxster. Untuk itu, disematkan nama 718 supaya metode downsizing Porsche pada Boxster tidak dianggap sebagai langkah pasrah untuk memenuhi tuntutan emisi dan efisiensi saja, namun ada unsur sejarahnya juga. FYI, fans Porsche termasuk fans yang paling keras kepala di dunia.
Membutuhkan mata yang setajam elang untuk bisa membedakan Porsche 718 Boxster dan Porsche Boxster lawas secara sekilas. Untuk membedakannya, taruh kedua tangan di belakang punggung, mendekatlah ke mobil ini dan bungkukkan badan sedikit. Signature baru Porsche berupa 4 titik LED DRL di lampu depan kini tertanam di lampu depannya, dan 4 titik LED ini pertama kali dijumpai pada salah satu anggota The Holy Trinity : Porsche 918 Spyder.
Mainkan lampu sein atau hazard, maka LED DRL tadi otomatis jadi lampu sein, mereka lihai menggabungkan 2 fungsi dalam 1 paket. Lampu LED di depannya memiliki fungsi adaptif yang bisa mengikuti arah setir dan menyinari area yang dituju sesuai arah berbeloknya mobil. Lingkar roda 20 incinya bisa diganti dengan pelek opsional dengan Y-Spoke yang lebih sporty jika anda berminat, tambahkan saja sedikit biaya saat memesan roadster ini.
Dilihat dari mana pun, mobil ini benar-benar tidak kelihatan besar. Dimensinya sendiri memang tidak bongsor, jadi tidak perlu terlalu khawatir saat memarkirkan mobil ini.
Lubang udara di kedua sisinya adalah jalan masuk bagi udara, supaya 350 kuda yang bersemayam di tengah mobil ini tidak kepanasan dan membuat masalah. Eh, 350 kuda? Iya, karena yang kami coba ini adalah Porsche 718 Boxster S, bukan Boxster biasa, sebab ini adalah versi kencangnya.
Dari pertama kali muncul, Porsche Boxster selalu memakai atap kanvas, termasuk 718 Boxster S ini. Kini, atapnya bisa dibuka-tutup saat mobil berjalan, namun jangan melebihi 50 km/jam. Prosesnya sendiri cukup cepat, hanya sekitar 14 detik, motor pelipatnya tidak berisik dan bisa dibuka-tutup via remote.
Atap kanvas memang punya kesan klasik dan tradisional yang sangat kuat, namun ia juga lebih rentan jika ada tangan-tangan jahil yang memegang benda tajam di dekat Boxster ini.
Bagian belakang Porsche 718 Boxster S memang seksi jika dipandang, namun masih kalah eksotis jika dibandingkan dengan big bro-nya, Porsche 911. Namun bukan Porsche namanya kalau attention to detail-nya tidak setinggi Burj Khalifa.
Lampu belakangnya dihiasi dengan LED bar berdesain cantik, keren untuk dilihat dari jauh maupun dekat. Kedua lampu belakangnya dihubungkan dengan aksen hitam yang menjadi tempat bertenggernya tulisan “Porsche” dan spoiler belakangnya.
Spoiler ini akan naik otomatis jika 718 Boxster S mencapai kecepatan yang cukup tinggi, supaya downforce meningkat dan kestabilan terjaga.
Namun jika pengendaranya mau, ada tombol di kabin yang bisa membuat spoiler ini naik-turun sesuai kemauannya. Berkat paket Sports Chrono, ia mendapat twin exhaust yang selain meng-improve suara, penampilan pun terangkat. Betul, soalnya knalpot standar 718 Boxster bentuknya seperti port charger smartphone.
Dengan paket Sports Chrono pun, artinya kita dapat flaps (katup) yang bisa mengubah suaranya. Saat di mode normal, katup akan menutup dan membuat suaranya lebih kalem, sehingga tidak akan membuat suasana residence tempat anda tinggal jadi berisik.
Saat mengaktifkan mode sport atau sport plus, katupnya akan terbuka dan suaranya jadi lebih keras. Mode ini paling nikmat dipakai saat di jalan tol atau sirkuit.
Interior Porsche 718 Boxster S tak ubahnya Porsche pada umumnya. Posisi duduknya sangat spot-on, seolah langsung mengajak berkendara dan lupakan hal lain. Saya juga inginnya begitu, tapi untuk konsumen yang ingin gimmick, biarlah mereka mengetahui ada apa saja di roadster ini.
Pada lingkar setirnya di bagian kanan, ada tombol putar untuk memilih mode antara Normal, Sport, Sport Plus dan Individual. Di tengahnya ada tombol Sport Response.
Sama seperti Porsche 911, mobil akan memberikan performa ekstra selama 20 detik jika tombol itu ditekan. Tombol ini hadir jika anda membeli dengan paket Sports Chrono, sama seperti jam analog di tengah dashboard.
Tidak hanya sebagai penunjuk waktu, ia juga bisa berfungsi sebagai lap timer saat anda bermain di sirkuit. Pada panel instrumen Porsche 718 Boxster S, lingkaran besar di tengahnya adalah takometer, lalu spidometer di kiri dan layar LCD dengan segudang informasi di kanannya.
Layar ini bisa menampilkan pilihan mode berkendara, suhu mesin, sisa bahan bakar dan jarak tempuh, indikator pelipatan atap, launch control dan masih banyak lagi.
Jika ingin memainkan mode manual dari PDK-nya, ada 2 pilihan : pakai paddleshift di kolom setir atau secara tiptronik dengan memainkan tuas transmisinya. Di dekat tuas PDK-nya, tertata rapi tombol AC digital dengan dual zone dan auto climate control. Oh ya, konsumen bisa pesan versi transmisi manual jika memang minat.
Infotainment system Porsche 718 Boxster S kini mendukung pengoperasian layar sentuh dengan multi-touch, seperti smartphone.
Bagi pengguna iPhone, anda bisa menggunakan fasilitas Apple CarPlay yang sudah menjadi standar di mobil ini. Tinggal hubungkan dengan kabel, taruh iPhone-mu dan nikmati Apple CarPlay bawaannya. Selain itu, fasilitas lain macam navigasi yang sudah didukung Google Street bisa menampilkan mana rute yang padat maupun yang lengang.
Kualitas audionya sama seperti kualitas pengerjaan interiornya : Kelas wahid. Mendengar lagu pun bisa dari USB atau koneksi bluetooth.
Melihat ke sekitar tuas PDK lagi, ada tombol untuk membuka dan menutup atap, tombol PASM (Porsche Active Suspension Management), PSM (Porsche Stability Management), tombol untuk spoiler belakang serta rem parkir elektrik. Beberapa parts di mobil ini ada yang common dengan parts dari merek VW Group lainnya.
Bagi penumpang, tersedia glove box dengan ukuran yang memadai serta 2 buah cup holder yang besar-kecil lingkarnya bisa disesuaikan dengan diameter tempat minum anda. Sayang, center console box mobil ini agak kecil.
Di balik kedua jok, ada gantungan kecil untuk menggantung hanger yang menyiapkan pakaian ekstra anda, jika sewaktu-waktu anda harus bawa baju ganti karena harus menghadiri lebih dari satu acara.
Untuk rata-rata orang Indonesia, tidak ada masalah dengan ruang kabinnya. Anda akan benar-benar merasa mobil ini sempit hanya jika badan anda terbilang bongsor. Bagasi pun demikian, dengan kapasitas bagasi belakang 150 liter, masih cukup untuk membawa ransel atau belanjaan, dan di sinilah kita juga bisa melihat tutup untuk jalur isi ulang cairan yang diperlukan mobil ini, misalnya tutup radiator dan tutup oli.
Namun jika pasangan anda baru selesai belanja barang branded dengan harga diskon dalam jumlah banyak hingga bagasi belakang penuh, tak usah berantem di parkiran hingga mengundang perhatian jika barang anda juga perlu tempat penyimpanan. Masih ada bagasi depan dengan kapasitas 125 liter yang fungsional dan praktis, sehingga bisa menghindari pertengkaran antar pasangan. Membuka bagasi depan atau belakang bisa dari remote atau tombol di sisi kanan bawah pengemudi.
Mesin Porsche 718 Boxster S berspesifikasi 2.500 cc 4 silinder boxer turbo dengan tenaga maksimum 350 hp dan torsi 420 Nm. Tenaga dan torsi yang tersimpan di tengah mobil itu disalurkan ke roda belakang via transmisi kopling ganda PDK yang punya 7 percepatan. Untuk menjinakkan semua tenaga tadi, rem cakram yang disumbang oleh Porsche 911 Turbo siap menjinakkannya. Tersedia opsi rem carbon ceramic jika anda rela merogoh kocek lagi.
Yap, banyak komponen Porsche lain yang dipasang di 718 Boxster S ini untuk menghemat biaya pembuatan. Selain rem Porsche 911 Turbo, steering rack EPS-nya juga mengambil milik 911 Turbo, sementara turbo dengan bilah katup variable untuk mengatur boost-nya juga diambil dari Porsche 911. Rear axle 718 Boxster S pun mengambil milik Porsche Cayman GT4. Seperti puzzle saja ya proses mix and match-nya?
Namun itu semua baru sajian data di atas kertas. Yang namanya mobil harus dikendarai di atas jalanan, bukan di atas kertas. Jadi, saatnya putar kunci dan pacu mobil ini untuk mengetahui sifat aslinya. Putar kunci? Iya, Porsche masih mengharuskan kuncinya dimasukkan ke slot kunci lalu diputar dan mobil akan menyala. Belum terpikir oleh Porsche untuk memakaikan sistem start-stop button seperti saudaranya yang masih satu atap di VW Group.
Tapi ada yang sedikit mengganjal saat mesinnya hidup. Suara yang dihasilkan unit 2.500 cc flat-4 turbo ini tidak terdengar seperti Porsche Boxster 986 atau 987 yang masih bermesin flat-6 naturally aspirated. Makin diinjak pedal gasnya, makin terdengar suaranya tidak seperti Porsche Boxster yang selama ini kita kenal. Saya tidak bilang suaranya jelek, hanya saja saya tidak yakin saya mau mendengar suara seperti ini di sebuah kuda pacu Stuttgart.
Namun saya pikir, mungkin saat dipacu di jalan akan ada perbedaan. Menghadapi macetnya kota Jakarta di siang hari, mobil ini sama sekali tidak bikin keringat dingin saat pertama kali membawanya.
Karena mobilnya kecil, setiap ujung dari mobil ini bisa ditakar dengan baik, terutama bagian depan. Melihat via spion samping pun masih jelas, namun melihat ke belakang via spion tengah tidak begitu leluasa. Jika dibutuhkan, kamera belakang bisa diaktifkan dengan sebuah tombol.
Transmisi PDK-nya halus dan kooperatif saat harus diajak bermacet-macetan. Sama sekali tidak ada gejala judder seperti transmisi kopling ganda lain yang tidak begitu refine. Turbo lag?
Lebih mudah mencari jarum di tumpukan jerami dari pada mencari turbo lag di mesin baru ini. Kalau pun ada, pasti amat sangat sedikit. Responsnya natural dan instan seperti mesin naturally aspirated, dan berkat torsi 420 Nm yang ada sejak putaran di bawah 2.000 rpm, berakselerasi pun sangat mudah.
Bagaimana saat lepas dari kemacetan dan bertemu jalan yang kosong? Nah, di sini mesin baru ini menunjukkan apa yang ia bisa. Saat launch control dipakai dan mobil berada di mode Sport Plus, roadster kecil ini bisa lari dari 0-100 dalam waktu kurang dari 4,5 detik.
Itu lebih cepat daripada BMW Z4, Jaguar F-Type V6 Supercharger maupun Ford Mustang Ecoboost. Torsi dan boostnya pun terus terasa hingga redline mendekati 8.000 rpm. Iya, putaran mesinnya tidak setinggi Boxster lawas.
Transmisi PDK-nya pun sigap saat kita memacu mobil ini dalam-dalam. Di mode D saja, ia bisa berganti gigi sangat cepat, tanpa sempat kita sadar gigi transmisi tahu-tahu sudah ganti. Ia pun sangat pintar, ia bisa skip dari gigi 5 ke 2 saat kita kickdown penuh mobil ini secepat kilat. Demikian juga sebaliknya, dia bisa skip dari gigi 3 ke 6 atau 7 jika ia tahu kita sedang berkendara santai dan sedang ingin jalan-jalan saja di jalan tol. Oh ya, kecepatan maksimalnya sekitar 280 km/jam.
Suspensi? Terima kasih kepada sistem PASM, suspensinya bisa disetel sesuai kebutuhan. Untuk sehari-hari, disarankan ke mode Normal saja, di sini suspensi akan diset dengan bantingan lembut demi mencegah anda sakit pinggang atau punggung jika ketemu jalan keriting. Jika menemukan situasi yang kondusif seperti aspal mulus yang sepi, ubah ke mode Sport atau Sport Plus jika ingin merasakan suspensi yang kaku dan mencegah body roll, mobil pun akan makin stabil.
Namun urusan peredaman suara, noise yang masuk ke kabin masih agak terdengar, terutama kalau melewati speedtrap. Saat berhenti di gerbang tol yang macet (lagi), terasa kalau sistem auto start-stop yang menjadi standar agak kurang halus saat menghidupkan kembali mesin dari kondisi mati. Oh ya, jika anda berhenti dalam waktu lama, injak pedal rem agak dalam lalu lepaskan kaki dari pedal rem, maka fitur Brake Hold akan aktif. Untuk mematikannya, cukup lakukan hal yang sama.
Entah apa yang Porsche lakukan pada sistem EPS-nya, karena meski judulnya elektrik, setirnya punya bobot yang mantap dan feedback yang bagus dari jalanan ke tangan pengendaranya. Berbelok dengan mobil ini pun sangat mendebarkan, karena dengan sedikit putaran setir saja, mobil langsung berbelok ke arah yang kita mau. Malah, ia seperti bisa membaca pikiran kita ke manakah kita mau berbelok. Mobil ini dibuat sama engineer atau cenayang sih?
Setir yang komunikatif dan kemampuan menikung yang cekatan itu hanya sedikit kata untuk menggambarkan kehebatan handling Porsche 718 Boxster S. Berkat mesin boxer yang punya titik berat rendah dan konfigurasi mid-engine yang sangat membantu distribusi bobot sempurna –karena semua komponen berat ada di dalam wheelbase – Porsche 718 Boxster S ini begitu patuh dengan segala komando kita. Ia bisa menuntaskan tikungan dengan cepat, lincah dan stabil seperti go-kart.
Namun semakin digas, semakin saya yakin kalau suara knalpot dan mesin yang saya dengar ini bukan suara Porsche yang saya kenal selama ini. Porsche – terutama 911, Cayman dan Boxster – punya suara khas yang sekali dengar, yang mengenal bisa langsung menebak dengan tepat,”Oh, ini karakter suara mesin Porsche.” Namun mesin flat-4 ini kok suaranya tidak terdengar seperti sebuah Porsche, namun seperti suara mesin flat-4 turbo dari merek mobil lain.
Bagi mobil sport, suara punya peranan penting sebagai stimulan bagi adrenalin driver sekaligus identitas model itu sendiri. Dengan suara yang berubah seperti ini, saya merasa saya sedikit kehilangan sensasi esensial yang cukup dominan dalam pengalaman sportscar ala Porsche. Sekali lagi, saya tidak bilang suaranya jelek, hanya saja kurang begitu menonjolkan sweet spot penting dari mobil sport Porsche.
Bagi fans Porsche garis keras, mereka akan merisaukan soal perubahan suara ini, namun bagi mereka yang baru mau mengenal Porsche atau mereka yang tidak begitu peduli akan karakter, sejarah dan warisan tradisi Porsche, hal ini mungkin tergolong remeh buat mereka. Yah, setidaknya ada ganjaran berupa konsumsi BBM yang efisien, karena setelah bersua seharian dengan Porsche 718 Boxster S ini, mulai dari macet-macetan, gaspol, atap terbuka dan atap tertutup, konsumsi BBM rata-rata masih menampilkan angka sekitar 13 km/liter di MID.
Saya sangat yakin, dari segala aspek yang bisa kita ukur, kita hitung, kita raba dan kita rasakan dengan panca indera kita, Porsche 718 Boxster S ini jauh lebih baik daripada Boxster S lama. Tampilannya makin khas, fasilitasnya makin komplit, interiornya makin rapi, mesinnya makin kencang, lebih efisien dan handling-nya makin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu driver’s car yang bisa menghajar mobil sport lain yang lebih mahal dan besar.
Namun dengan kehilangan 2 piston, itu membuat suara 718 Boxster S ini tidak begitu menggugah batin dengan cara yang biasa Porsche lakukan ke dalam diri kita. Penampilannya pun tidak begitu gagah atau manly dibandingkan dengan… Katakanlah Jaguar F-Type atau Ford Mustang Ecoboost yang masih ada garangnya saat dilihat. Membedakannya dengan Boxster lama pun agak susah jika hanya melihatnya sekejap.
Bagi fans Porsche, tidak usah menggaruk tembok sambil berlinang air mata dan meratapi nasib. Porsche berjanji akan membawa mesin flat-6 3.800 cc naturally aspirated eks Porsche 911 Carrera lama dengan klaim tenaga mendekati 400 hp di versi high performance dari 718 Boxster dan 718 Cayman, yakni 718 Cayman GT4 dan 718 Boxster Spyder. Namun biasanya sebelum itu, akan muncul versi GTS dulu dengan mesin 2.500 cc flat-4 turbo yang sudah dinaikkan lagi kemampuannya.
Untuk lebih jelasnya, play video test drive Porsche 718 Boxster S ini di bagian atas artikel. Dan apa opinimu mengenai Porsche 718 Boxster S ini? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: Audi Nyatakan Mundur dari Le Mans, Ada Apa?