AutonetMagz.com – Akhirnya sekarang kita bisa menyimak tulisan review Toyota Fortuner baru yang masih hangat dari oven. Otomatis, Ford Everest baru sudah tidak jadi kandidat tunggal lagi karena sudah punya 2 pesaing yang kuat di kelas SUV ladder frame, yakni Mitsubishi Pajero Sport baru yang sudah kami review tapi belum diluncurkan dan Toyota Fortuner. Terus, apa sih bagus dan buruknya pada saudara kandung Kijang Innova dan Hilux ini? Nah, sekarang saatnya anda untuk tahu.
Eksterior
Sangat mudah untuk menerima tampilan keseluruhan Fortuner baru ini, utamanya karena pengaplikasian chrome di eksteriornya tidak sebanyak rival yang chrome-nya bikin silau mata. Di depan, chrome hanya ada di gril, logo Toyota, aksen housing foglamp dan garis yang menghias di sekitar headlamp, membentuk alis. Tidak ada lagi nuansa sporty via air scoop di kap mesin seperti pada Fortuner VNT lawas, karena lubang udara untuk intercooler sekarang ada di bumper depan.
Lampu depannya kini bentuknya sipit, sedikit ada nuansa ala-ala Range Rover Evoque karena sipitnya itu. Ingat, sedikit doang ya. Biar tidak kalah dengan pesaing, tipe SRZ dan VRZ sudah punya lampu projector dan LED DRL, berikut bohlam LED yang tidak hanya melayani fungsi lampu jauh, tapi juga berfungsi untuk lampu dekat. Jika dibandingkan dengan Pajero Sport Dakar, Fortuner minus headlamp washer, namun Fortuner pun sudah memiliki headlamp otomatis.
Beranjak sedikit, kita ke fendernya. Jika Fortuner lama fendernya gembung, fender Fortuner baru sudah ikut program liposuction alias sedot lemak sehingga ukurannya mengecil dan lebih rata, tapi dipermanis dengan over fender warna hitam. Untuk tipe yang mahal, pelek 17 inci palang 6 jadi standar, sementara untuk tipe yang lebih mahal akan mendapat pelek 18 inci two-tone yang menurut kami proporsinya pas antara diameter pelek dengan ukuran ban. Waktu peluncuran, kami perhatikan ada Fortuner yang pakai Bridgestone, tapi ada juga yang pakai Dunlop.
Selain lampu sein, spion Fortuner punya welcome light yang akan menyala saat kita mendekat dan membuka kunci via remote. Jika sudah memperhatikan atap Fortuner, maka kelihatan lagi bahwa Fortuner tidak punya sunroof maupun panoramic roof di tipe tertentu, padahal Pajero Sport dan Everest punya. Keyless entry dengan tombol start-stop sih ada, tapi untuk tipe SRZ dan VRZ saja, tapi side step sudah ada di tipe manapun.
Toyota sangat bangga memamerkan tarikan desain ala Gunung Rinjani di garis kaca bawahnya, tapi memang unik sih, karena dicampur dengan aksen floating roof di pilar C dan D. Hasilnya oke, tidak norak sama sekali. Di bagian samping, chrome hanya bisa kita temukan di lis jendela serta door handle pada tipe SRZ dan VRZ. Dibanding Kijang Innova, bagian dalam spakbor Fortuner jauh lebih terlindung dengan baik dan tidak kopong, meski rem belakangnya masih teromol. ABS, EBD dan BA sudah standar di semua varian.
Semua Fortuner sudah punya sensor parkir di depan dan belakang, tapi hanya tipe VRZ dan SRZ yang punya kamera parkir, tapi tetap saja tidak ada garis-garis panduan saat kameranya aktif. Perlu diingat, mobil ini besar, jadi memarkirkannya bakal jadi isu tersendiri, terutama kalau baru pertama kali membawa mobil sebesar Fortuner. Jika Pajero Sport terkesan gundul karena tidak ada roof spoiler, Fortuner lebih pas karena benda tersebut sudah ada, tapi baik Fortuner maupun Pajero Sport sudah punya lampu LED di belakang.
Bedanya, desain lampu Fortuner jauh lebih wajar dan masuk ke selera banyak orang dibandingkan desain lampu Pajero Sport yang bikin batin teriris dan hati miris serta mata ingin menangis karena desainnya seperti mata lagi nangis. Fortuner sudah punya pintu bagasi elektrik di tipe VRZ dan SRZ, lengkap dengan memori ketinggian serta sensor safety anti terjepit. Jika sewaktu-waktu fitur ini tidak diperlukan, motor listriknya bisa dimatikan, tombolnya ada di sisi kanan pengemudi di bawah cup holder.
Menurut kami, power back door itu jauh lebih berguna dan proper daripada hanya sekedar vacuum door pada pintu belakang Kijang Innova. Overall, desain Fortuner baru ini jatuhnya lumayan cakep, dan seperti yang kami bilang tadi, desain ini bakal lebih klik ke selera mayoritas karena belum melenceng terlalu jauh dari desain yang wajar dan aman untuk sebuah SUV ladder frame, tapi tetap semua ada gaya masing-masing. Ford Everest itu gagah dan tangguh, Toyota Fortuner itu simpel dan elegan, Pajero Sport itu futuristik dan anti-mainstream, tapi tetap kembali ke selera individual saja.
Interior
Begitu membuka pintunya, kami jelas tidak kaget kalau desain keseluruhan interiornya sama dengan Kijang Innova maupun Hilux, mengingat mereka bertiga sejatinya adalah mobil yang sama. Itu baru secara visual, tapi saat kami mengandalkan indera peraba kami, ketahuan kalau ada yang beda. Jika Kijang Innova masih didominasi bahan plastik dan fabric bahkan hingga tipe termahal, maka tipe termahal Fortuner dipersiapkan dengan baik, karena mayoritas panel yang masih kelihatan mata penumpangnya sudah dilapis kulit sehingga terkesan mewah. Tipe termahalnya saja ya, sisanya mah tetap plastik dan fabric.
Ingat, itu hanya panel yang dilapis kulit, bukan soft touch seperti Mercedes Benz misalnya. Plastik keras pun masih ada, contohnya pada bagian dashboard atas dan doortrim depan-belakang, tapi upaya seperti ini layak diapresiasi. Sementara varian terendah hanya mendapatkan jok fabric, tipe yang mahal sudah mendapat jok kulit berwarna cokelat tua. Oh ya, kami suka doortrim-nya, desainnya tidak aneh dan kita bisa mengistirahatkan lengan kita di situ, jauh lebih proper daripada doortrim Kijang Innova yang sama sekali tidak bisa dijadikan sandaran tangan secara penuh.
Pengemudi Fortuner baru kini punya banyak mainan. Bukan hanya tombol-tombol setir yang terdiri dari tombol MID, audio, telepon dan paddle shift saja, namun pengaturan setir tilt dan telescopic kini sudah bisa dinikmati. Tambahan untuk tipe VRZ adalah jok pengemudi elektrik, supaya sepantaran dengan Pajero Sport Dakar dan Everest Titanium. Di balik setirnya, duduk manis sebuah panel instrumen yang identik dengan Kijang Innova dan Hilux. Tidak seperti lampu kabin mobil lain yang berwarna kuning, lampu kabin Fortuner SRZ dan VRZ bertipe LED yang bersinar putih.
Mengandalkan head unit yang sama dengan Kijang Innova dan Hilux, kami suka layar sentuhnya yang responsif serta menu yang lengkap. Sebut saja MiraCast, MirrorLink, iPod, Bluetooth,media player, dan lain-lain. Tidak seperti Kijang Innova, Fortuner punya fitur navigasi yang tergolong fleksibel. Fungsi air gesture masih ada, tapi kami agak bingung di sebelah mana sensor geraknya. Turun sedikit, ada AC digital dengan pengaturan putar, tapi bukan putar-putaran murahan dan sudah tersedia mode Auto juga. Ventilasi AC tersedia sampai baris ketiga dengan pengaturan AC penumpang depan dan belakang terpisah.
Cooling box yang terletak di atas glove box penumpang depan masih sama dengan Kijang Innova, menjadi salah satu poin pemikat yang ada padanya. Kompartemen penyimpanan lain ada di depan-belakang tuas transmisi, kantong di doortrim, 4 cup holder di kabin depan dan console box yang semuanya cukup praktis. Transmisi manual dan otomatis Fortuner sama-sama 6 percepatan, dan di belakang tuas transmisinya barulah dijumpai tombol ECO mode dan PWR mode untuk memilih mode berkendara.
Fitur keselamatan? Well, Toyota masih suka setengah-setengah dalam menyajikan fitur keselamatan, sebab jika ingin Fortuner yang punya 7 airbags, stability control, tracion control, hill start assis dan asisten pendukung keselamatan aktif maupun pasif lainnya, itu hanya ada di Fortuner 2.4 VRZ 4×4 yang harganya sangat mahal. Tipe di bawah itu airbag-nya hanya 3 dan tidak dapat stability control, traction control dll. Bukan apa-apa, soalnya fitur keselamatan varian bawah-menengah dan atas benar-benar kontras, sama seperti di Kijang Innova.
Masuk ke kabin baris kedua, bagaimana rasanya? Ruangan yang disajikan memang cukup, tapi entah mengapa rasanya bukan yang terlega di kelasnya,tidak leluasa, bahkan desain plafon bubble roof hanya sedikit memperlega ruang kepala. Untuk postur 178 cm, ruang kepala dan kaki yang tersisa tidak bisa dibilang leluasa, tapi jika tinggi anda di bawah itu, rasanya bakal nyaman-nyaman saja. Hal baiknya, jok baris tengah sudah punya pengaturan sliding dan reclining, dan penumpang juga berhak atas armrest ber-cup holder, power outler 12V dan pengait untuk menggantungkan barang bawaan.
Fortuner tidak punya meja lipat maupun ambient lighting seperti Innova, tapi Fortuner punya roof monitor untuk penumpang belakang. Boleh juga, tapi monitor ini tidak rigid, karena saat disenggol-senggol dengan jari, gampang sekali mengayun atau bahasa kasarnya, masih ngewer-ngewer. Tidak hanya Fortuner saja lho yang begini, bahkan Toyota Alphard juga punya roof monitor yang ngewer-ngewer. Lampu kabin LED putih di tipe SRZ dan VRZ letaknya berdekatan dengan kontrol AC untuk penumpang belakang.
Fortuner tidak punya captain seat di tipe manapun, jadi sejak awal memang didesain untuk memuat 7 orang di kabinnya. Seperti standar mobil dengan banderol setengah miliar, joknya sudah ISOFIX, dan akses bangku belakang mudah karena sudah one touch tumble. Yah, seperti biasa, duduk di bangku baris ketiga amat sangat tidak baik bagi orang dewasa, karena mentok di kaki dan kepala, tidak ada alasan kuat untuk orang dewasa duduk di sana jika benar-benar terpaksa. Tidak seperti Kijang Innova yang didesain untuk mengangkut 3 orang di baris ketiga, Fortuner hanya didesain untuk 2 orang saja di baris itu. Paling tidak, penumpangnya masih dapat ventilasi AC, tempat penyimpanan dan sabuk pengaman.
Bagasi Fortuner sedikit lebih lega daripada yang lama, dan lagi-lagi sama seperti Innova, bangku baris ketiganya dilipat menyamping dan bangku baris keduanya dilipat ke depan, namun kini ada power outlet 12V di sisi kiri bawah bagasi. Pekerjaan melipat bangku belakang Fortuner sangat mudah dan enteng, bahkan anak kecil bisa melakukannya. Ban serep Fortuner diletakkan di kolong mobil, namun beberapa tipe sudah mendapat cover ban serep supaya terlihat lebih rapi.
Mesin
Mesin diesel Fortuner setali tiga uang dengan Innova, yakni mesin berkode GD dengan spesifikasi 2.400 cc 4 silinder turbo yang tenaga dan torsinya sedikit dinaikkan dari Innova supaya kuat membawa bodi Fortuner yang mengidap obesitas. Sementara mesin dieselnya baru, mesin bensinnya masih versi jadul, 2.700 cc 4 silinder yang hanya dilengkapi teknologi Dual VVT-i. Kami bilang “hanya” soalnya perbedaan tenaga dan torsinya kecil sekali. Tidak sampai 3 PS dan 5 Nm.
Kesimpulan
Dengan harga varian termurah yang beda tipis dengan Kijang Innova Q hingga varian 4×4 yang harganya sudah tembus 600 jutaan, ada kesan kemahalan pada Fortuner 4×4, namun dengan varian yang lain, kenaikan harganya tergolong wajar dengan harga yang terkatrol sekitar 17-28 juta menurut Toyota. Perubahan desainnya sendiri bagus untuk sebuah generasi baru, tidak terlalu aneh dan tidak terlalu datar.
Desain interiornya meski mirip Innova, tapi lebih mewah dengan lapisan kulit di beberapa bagian biar plastik murah yang ada di dashboard dan doortrim bisa dimaafkan. Fitur-fiturnya cukup oke untuk sebuah generasi baru dibanding versi lama yang kosongan, biarpun tidak ada sunroof. Tapi kami agak bingung mengenai kabinnya yang tidak mengalami penambahan luas berarti, belum lagi roof monitor yang terkesan murahan karena masih mudah goyang-goyang.
Jangan lupakan rem belakang yang masih teromol, padahal Fortuner versi Australia rem belakangnya sudah cakram, dan mesin bensinnya tidak ada perubahan yang drastis. Jika ingin tahu reputasi mesin bensinnya, silakan tanya pengguna Fortuner bensin lawas. Catat juga bahwa Toyota tidak menyematkan fitur keselamatan yang sama di tiap trim, karena hanya tipe VRZ diesel 4WD matik yang punya 7 airbags, HSA, VSC, traction control dan lain-lain. Keselamatan di varian lain tergolong standar, yakni 3 airbags, ABS, EBD, BA, dan lain-lain. Agak bikin bingung untuk mobil yang harganya setengah miliar, karena standar fitur keselamatannya kok sama dengan mobil lain yang lebih murah?
Sekilas waktu test drive juga, terasa kalau Fortuner baru ini lebih stabil daripada yang lama, karena saat bermanuver dan melintasi jalan jelek, kami merasa mobil ini lebih kaku, terutama di bagian kaki-kaki. Jangan senang dulu, itu bisa jadi berarti kenyamanan berkurang, tapi karena itu baru sekilas di arena test drive, kami sih tidak puas, kami harap bisa mengendarai full mobil ini untuk tahu apa saja perubahannya.
Okesip, jadi tinggal menunggu peluncuran Pajero Sport baru dari Mitsubishi, maka arena tempur SUV ladder frame antara Mitsubishi Pajero Sport dan Toyota Fortuner akan dimulai di pasar, aspal dan tanah. Ford Everest? Nanti dulu, kami ingin tahu kelanjutan Ford di Indonesia via kabar resmi yang ada. Apa opinimu mengenai Toyota Fortuner baru ini? Sampaikan di kolom komentar.
Agar lebih jelas, yuk saksikan video review All New Toyota Fortuner 2016 dibawah ini
Read Next: Terus Serius Mengurus Urus, Lamborghini Resmi Buka 500 Lowongan Pekerjaan Baru