AutonetMagz.com – Di sini, Toyota Yaris (dan Vios) sudah mengucapkan selamat tinggal kepada mesin “legendaris” 1NZ-FE dan kini memakai mesin 1.500 cc 4 silinder 2NR-FE yang outputnya agak lebih kecil dibanding 1NZ-FE. Setali tiga uang dengan Toyota Yaris Indonesia, Toyota Yaris Eropa pun dapat mesin baru 1.500 cc 4 silinder untuk menggantikan mesin 1.300 cc 4 silinder lamanya. Ya, itu benar, mesin Toyota Yaris Eropa pakai 1.300 cc sebelum diganti mesin baru ini.
Mesin ini adalah hasil investasi Toyota Motor Europe sebesar 150 juta Euro di fasilitas produksi mereka di Polandia, jadi tidak 100% buatan Jepang. Mesin baru ini diciptakan guna menghadapi standar emisi Euro 6c dan persyaratan homologasi RDE (Real Driving Emission). Mesin ini masuk ke keluarga mesin ESTEC (Economy with Superior Thermal Efficiency) Toyota, dan ia punya rasio kompresi yang tinggi, yakni 13,5:1. Jelas tak boleh minum bensin murahan.
Di atas kertas, kami tidak menemukan hal mengejutkan saat membahas tenaga dan torsi mesin 1.500 cc baru ini. Tenaga dan torsinya sekitar 110 hp dan 136 Nm, alias tak beda-beda amat dibanding 1NZ-FE atau 2NR-FE. Hanya saja, kalau dibanding mesin 1.300 cc lama yang 99 hp, warga Eropa jadi melihat sebuah perkembangan, namun tentu saja adalah hal yang wajar jika mesin yang lebih besar punya output melebihi mesin yang kecil.
Disebutkan, dengan mesin ini Toyota Yaris bisa memangkas waktu sebanyak 0,8 detik dalam hal akselerasi 0-100 km/jam. Akselerasi dari 80-120 km/jam pun bisa dipangkas waktunya hingga 1,2 detik lebih cepat. Konsumsi BBM pun diklaim lebih irit 12 persen berdasarkan siklus tes NEDC. Barulah saat kita menelaah detail mesin ini lebih dalam, ada beberapa poin yang bagus dari mesin ini.
Dengan efisiensi termal mencapai 38,5 persen, mesin ini sangat dekat dengan peraih efisiensi termal terbaik di kisaran 40 persenan, yakni mesinnya Hyundai Ioniq dan Toyota Prius. Di samping mekanisme perputaran ulang gas buang alias exhaust gas recirculation (EGR), desain ruang bakar dan pistonnya adalah baru, demi menghasilkan campuran bensin dan udara yang homogen dan pembakaran yang lebih cepat.
Hasil pendinginan yang dilakukan EGR bisa menurunkan suhu saat pembakaran berlangsung dan mencegah ngelitik atau knocking. Berkat sistem variable inlet valve timing yang disebut VVT-iE, mesin ini bisa mengubah mekanismenya dari siklus Otto ke siklus Atkinson hanya dalam hitungan detik. Teknologi ini sudah diterapkan duluan oleh Toyota di mobil-mobil Lexus, utamanya Lexus RC-F dan GS-F.
Melalui kontrol elektronik, saat siklus Atkinson dipakai, penutupan katup intake di-delay atau ditunda, sehingga mengurangi durasi fase kompresi dan lebih jauh lagi, mengurangi kerugian saat pemompaan alias pumping losses, khususnya saat beban mesin terhitung rendah. Saat beban mesin bertambah tinggi, sistem langsung mengalihkan ke siklus Otto untuk performa optimal, dan katup pembuangannya dikontrol secara hidraulis.
Mesin ini juga menjadi mesin pertama Toyota yang memakai exhaust manifold berpendingin air. Dengan suhu gas buang yang bisa didinginkan, hasil tak langsungnya adalah kadar emisi turun dan konsumsi BBM makin hemat. Sebenarnya, kami lebih penasaran dengan teknologinya daripada rasa mesinnya, siapa tahu ada satu-dua hal yang bisa dipakai untuk mesin Toyota di sini. Apa opinimu? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: Pengalaman In Car Entertainment yang Berbeda bersama Asuka Car TV