AutonetMagz.com – Selama masih menggunakan bahan bakar fosil, tidak ada mesin yang benar-benar zero emission. Meski jumlah pengguna kendaraan rendah emisi tengah digenjot di Eropa, namun standar emisi yang naik tiap tahun rupanya jadi pisau bermata dua. Di satu sisi, aturan ini efektif untuk menghasilkan kendaraan ramah lingkungan, tapi di sisi lain, ini berakibat pada mahalnya riset dalam upaya menemukan teknologi eco-friendly yang diharapkan.
Autocar melaporkan, harga jual mobil bermesin diesel kini lebih mahal daripada mesin bensin di Eropa. Dikhawatirkan, setiap pengendara jadi enggan menggunakan mesin diesel yang ramah lingkungan dan bisa membuat mesin diesel menuju kepunahan.
Joe Bakaj, Head of Development Ford of Europe mengatakan, selain proses yang panjang dan mahal, masih ada lagi yang bisa membuat harga bahan bakar terus meninggi. “Biaya untuk memenuhi Euro 6 (kualitas bahan bakar) dan Euro 7 sesuai peraturan akan menjadi masalah besar. Seperti ada kemungkinan berkurangnya kapasitas penyulingan bensin di Eropa. Hal ini akan memaksa naiknya harga solar, karena harus melalui proses yang panjang.”
Masih ada lagi, “Selain itu ada juga biaya sistem pembuangan setelah perawatan untuk EU 6.1 mendatang dan EU 6.2 (kualitas bahan bakar). Persyaratan terakhir ini telah memiliki batas yang lebih memberatkan emisi NOx dan partikulat,” tambah Joe.
Mesin diesel memang jadi primadona di Eropa karena irit, bertenaga, pajaknya murah dan emisinya rendah. Di Inggris saja 50 persen kendaraannya bermesin diesel, bahkan di beberapa negara seperti Spanyol dan Perancis bisa mencapai 70 persen.
Tapi setidaknya ada hal baik yang bisa diambil. Dengan naiknya harga mobil, semoga transportasi umum makin jadi pilihan bijak untuk mobilitas masyarakat, demikian juga dengan penggunaan kendaraan yang simpel dan menyehatkan seperti sepeda. Bahkan kota seperti Amsterdam saja menjadikan sepeda sebagai transportasi utama. Bagaimana, setuju?
Read Next: 10 Perbedaan Honda Jazz Indonesia vs Thailand
