Bali, AutonetMagz – Bali terkenal dengan keindahan pantai-nya yang membuat jutaan turis dari seluruh dunia mengunjungi pulau ini. Tapi tahukah anda bahwa Bali tidak hanya memiliki Pantai? Ia juga memiliki hutan, gunung, danau, bukit dan bentuk alam lainnya selain pantai. Tidak melulu Kuta, Nusa Dua, Sanur atau Seminyak.
Undangan Mini Adventure 2016 ini berhasil membuat saya terkesan selama 3 hari 2 malam. Bagaimana tidak? Saya membayangkan sebuah acara test drive dari pantai ke pantai dan berkeliling dataran rendah di Bali, karena Mini merupakan mobil yang masuk kategori mobil perkotaan, sehingga ekspektasi saya tentu saja perjalanan dalam kota.
Namun kali ini berbeda, Mini Adventure 2016 ini benar-benar Adventure. Kami harus menempuh lebih dari 350 Kilometer, karena Adventure kami harus membelah Pulau Bali, mendaki gunung, lewati lembah. Sebuah medan yang tidak dibayangkan oleh saya sebelumnya jika harus ditempuh menggunakan mobil-mobil macam Mini.
Mini merupakan mobil yang dikenal sebagai mobil yang Fun, Stylish, Gokart Feel dan High Performance. Medan-medan seperti Sirkuit, tempat-tempat Urban atau jalan Tol merupakan tempat yang paling tepat untuk menggambarkan performa mobil ini, betapa hebatnya mobil ini di tempat-tempat tersebut. Bagaimana ya jika digunakan untuk perjalanan jauh yang melewati jalan terjal?
Test drive kali ini peserta mendapatkan 2 Mini Cooper S Cabrio, 1 Mini Cooper Cabrio dan 2 Mini Cooper S Clubman. Saya mendapatkan giliran pertama untuk mencoba Mini Cooper S Clubman, Clubman merupakan varian Mini yang paling besar, paling panjang, lebar dan punya paling banyak pintu dibandingkan dengan Mini lainnya. Salah satu Mini favorit saya mengingat dimensinya yang bisa memuat barang banyak dan lebih cocok untuk harian.
Masuk dan mengendarai Clubman rasanya tidak seperti membawa mobil yang besar dan lebar, rasanya masih fine-fine saja seperti layaknya membawa sebuah Mini. Dia punya interior yang berbeda dibanding dengan Mini lainnya meskipun masih banyak common parts, dia sudah memiliki HUD seperti Mini JCW, dan juga ia punya transmisi 8 percepatan yang sangat halus dan responsif.
Etape pertama kami melakukan perjalanan dari Bali Heliport ke Bali Secret Garden Village, Bedugul. Saya mengendarai mobil bertenaga 192 Ps dengan performa 0 ke 100 hanya dalam 6.9 detik saja, bukan hal sulit bagi saya untuk bertahan dengan rombongan selama perjalanan. Mobil ini punya steering yang mantap, rem yang enak dan performa kencang. Selama perjalanan, rombongan kami rata-rata berjalan dengan kecepatan lebih dari 60 Kilometer perjam, itu sangat cepat untuk sebuah konvoy.
Sampai Bali Secret Garden Village, kali ini kita harus menempuh jalan mendaki dan menurun menuju Pantai Krishna di Singaraja yang menjadi tempat checkpoint berikutnya. Sayangnya kali ini saya tidak mengemudi, karena kali ini giliran teman saya dari Detik untuk mencoba dibalik kemudi mobil ini. Saya tahu persis bagaimana medan yang akan kita lewati karena sudah pernah kesana sebelumnya, entah kenapa sepanjang perjalanan menjadi penumpang, saya bisa tertidur pulas di dalam mobil yang memiliki karakter suspensi yang stiff seperti Mini.
Lanjut, setelah sampai Khrisna Beach, kini giliran saya mengemudi lagi dengan medan yang relatif lurus-lurus tanpa jalan menanjak atau menurun. Namun agak sedikit menantang karena di perjalanan ini langit sudah gelap. Jalur ini ternyata lebih menantang lagi karena selain rombongan semakin lama menaikan kecepatan mereka, kita juga perlu menyusul beberapa mobil yang berjalan lebih lambat agar tetap pada rombongan. Untuk sebuah Mini Cooper S Clubman, jalan-jalan seperti ini tentu saja dapat dilewati dengan mudah, terutama transmisi 8 percepatannya terasa benar-benar tanpa cela ketika digunakan berakselerasi.
Akhirnya kita sampai juga di Nayagawana resort, Bali Barat. Tidak terasa lebih dari 6 jam perjalanan termasuk sudah kami lakukan dengan 2 kali break. Awalnya kami berpikir mengendarai sebuah Mini berlama-lama akan terasa pegal-pegal karena penggunaan kursi semi dengan kontur semi bucket dan pemilihan bahan yang sedikit keras, namun ternyata yang kami rasakan justru kursi tersebut sangat nyaman dan tidak membuat kami pegal-pegal.
Hari berikutnya, kami mendapatkan mencoba sebuah Mini Cooper S Cabrio yang memiliki atap soft top. Beralih dari Clubman ke Cabrio, rasanya sangat berbeda mengingat absennya atap mobil ini ketika pertama kali saya menggunakannya. Atapnya bisa dibuat tiada, bisa juga dibuat tertutup menggunakan atap model kanvas, hebatnya, atap kanvas ini memiliki kekedapan suara yang baik dibandingkan dengan atap atap mobil kanvas merek premium lainnya yang pernah kami coba. Hanya saja penggunaan atap canvas berwarna hitam ini membuat hawa panas dari atap sedikit terasa masuk ke dalam kabin. Sisanya mobil ini benar-benar menyenangkan.
Dari LaCosta Beach, saya mendapatkan giliran untuk mengendarai mobil ini melewati jalan pegunungan di daerah Git Git. Berbekal mesin 2.000 cc twin power turbo, mesin Mini Cooper S Cabrio ini rasanya seperti meledek medan perjalanan yang cukup terjal, dalam kondisi mode berkendara normal, mobil ini hanya membutuhkan rentang Rpm 2.000-an untuk melahap medan tanjakan-tanjakan tinggi, jarang sekali saya menginjak pedal gas lebih dalam dan melewati angka 3.000 Rpm ketika melewati jalan perbukitan seperti ini, kecuali pada saat melakukan overtaking. Mesin mobil ini memiliki tenaga yang sangat superior di Rpm rendah.
Begitupula dengan suspensinya, penggunaan suspensi yang kaku membuat body roll mobil ini begitu minim, ketika berbelok, badan pengemudi dan pengendara masih berada tetap pada posisi yang sebenarnya tanpa harus terlempar kesamping karena body roll yang dihasilkan oleh mobil ini minim sekali, pantas saja sepanjang perjalanan keberangkatan saya bisa tertidur lelap sekali.
Di tengah puncak pegunungan saat berkendara, saya mencoba untuk membuka atap mobil sambal mengemudi, atap mobil ini bisa terbuka ketika mobil sedang berjalan asalkan cruising speed mobil ini dibawah 30 Kilometer perjam, mekanisme membuka dan menutupnya juga sangat singkat karena hanya membutuhkan waktu 18 detik saja, dimana rata-rata atap soft top di mobil lain membutuhkan waktu sekitar 30 detik.
Ketika atap terbuka, barulah Mini Cooper S Cabrio ini menunjukan kelebihannya yang tidak mungkin ditawarkan oleh Mini seri lainnya, ternyata menggunakan mobil beratap terbuka ini sangat menyenangkan jika kondisi cuaca sedang baik, tidak panas dan juga tidak hujan. Merasakan angin semilir di pegunungan dengan mobil Cabrio seperti ini tidak ada duanya, berbeda seperti naik motor yang rasa anginnya terlalu kencang, karena mobil ini memiliki kaca depan yang cukup tegak, angin yang berhembus akan terpecah dan tidak mengganggu wajah kita saat berkendara kurang dari 100 Kilometer perjam, lebih dari itu anginnya sudah terlalu kencang menurut kami.
Menggunakan mobil dengan atap terbuka ini memang sangat menyenangkan, apalagi ketika kami diminta untuk membuka atap di daerah Seminyak oleh Fotografer untuk kepentingan dokumentasi, semua mata di jalan menuju ke arah kami, bahkan bule-bule melambaikan tangan kepada kami seolah kenal. Mini ini desainnya saja sudah mengundang perhatian orang, apalagi atap terbuka kan?
Sesampainya di Seminyak, tidak terasa kami telah menempuh lebih dari 350 kilometer perjalanan menggunakan Mini Cooper S Cabrio dan Mini Cooper S Clubman yang sangat menyenangkan, kami akan menulis lebih dalam lagi mengenai review mobil ini ketika kami coba langsung di Pulau Dewata, stay tune terus di AutonetMagz.
Read Next: Mini Cooper John Cooper Works Clubman Punya Penggerak AWD