Mazda MX-5 2018 Review : Kecil-Kecil Cabe Rawit!

by  in  Mazda & Mobil Baru & Review
0  komentar

AutonetMagz.com – Apa yang membuat seseorang suka mobil? Bisa jadi karena canggih, karena bentuknya keren, karena pernah punya poster atau mainannya dan masih banyak alasan lain yang bisa disebutkan. Tahap berikutnya jika memang seseorang suka mobil adalah belajar menyetir mobil, dan saat kita sudah lancar menyetir kita akan dapat perasaan yang membuat kita berpikir kalau,”Nyetir mobil itu asik ya.”

Terus percaya dengan keyakinan bahwa berkendara itu asik, itulah yang membuat Mazda MX-5 lahir. Mobil ini adalah buah nyata dari visi seorang jurnalis otomotif saat Mazda bertanya kepadanya,”Mobil apa lagi yang harus kami buat?” MX-5 sendiri adalah singkatan dari Mazda Xperimental no. 5, dan generasi pertamanya berusaha memberikan kelebihan ala roadster Inggris seperti MG B dan Lotus Elan, namun dengan kehandalan pemakaian ala Jepang yang mobilnya lebih tahan lama.

Mazda MX-5 tidak pernah pakai konsep yang ribet. Mesin di depan, penggerak roda belakang dan distribusi bobot 50:50. Untuk MX-5 pertama saja, mereka sengaja memindahkan aki ke bagasi demi mengejar poin terakhir. Setelah 3 generasi berlalu dan berhasil menjual 1 juta unit MX-5 di seluruh dunia, Mazda hadir dengan MX-5 generasi keempat berkode ND yang dijual di Indonesia dengan harga 780 jutaan Rupiah.

Perlu dicatat, yang dijual oleh PT. Eurokars Motor Indonesia adalah versi RF beratap keras saja, bukan versi beratap kanvas seperti yang anda lihat ini. Sayang, padahal saat membandingkan keduanya, versi atap kanvas terlihat lebih cantik, klasik, bersih dan tradisional. Kalau alasan Mazda tidak menjual yang soft top karena alasan keamanan dan takut atapnya gampang disobek maling, apa kabarnya Porsche 718 Boxster yang juga pakai atap kanvas?

Kami sudah melakukan first impression review terhadap Mazda MX-5, jadi sekarang kami akan membahas garis besarnya saja. Tampilan mobil ini cantik, ia imut namun ada sedikit bumbu sangar di mukanya via lampu sipit dan mulut besarnya. Lampu LED itu sudah bisa mengubah sorot lampunya sesuai arah setir, dan MX-5 ini sudah pakai pelek 17 inci dengan ban Bridgestone dengan profil 45. Tidak tebal, dan tapak bannya sendiri memang tidak lebar juga, hanya di angka 205.

Tapi MX-5 ini sangat kecil, sebab panjangnya tidak lebih dari 4 meter. Jangan tertipu dengan kap mesin lebar, overhang pendek, kabin yang dekat dengan as roda belakang dan pantat pendeknya, sebab mobil ini ukurannya sangat ringkas. Tadinya kami heran kenapa di mobil semahal ini tak ada kamera mundur, tapi memarkirkan mobil ini rupanya mudah. Sensor parkir sih tetap ada, namun rahasia kenapa ia gampang diparkir yaa… Tentu saja karena ia kecil.

Mazda MX-5 didesain dengan pintar. Mazda sengaja menarik lampu belakangnya agak ke tengah supaya bodi mobil ini terlihat lebar dan montok dari belakang, khususnya di spakbor. Lampu belakang LED-nya cantik kala dipandang di malam hari, dan antenanya mungkin terlihat kuno, tapi kami malah suka. Alasannya, ia bikin MX-5 yang kecil ini makin terlihat seperti mobil mainan radio kontrol.

Atap kanvas MX-5 tidak pakai mekanisme elektronik apa pun untuk prosesi buka-tutup atap. Buka-tutupnya harus manual pakai tangan. Meski mudah, saya yakin banyak yang akan bertanya,”Kok harga segitu belum pakai mekanisme elektronik sih?” Alasan yang paling kuat adalah untuk menjaga bobot entengnya. Berat Mazda MX-5 ini hanya 1 ton, tepatnya 1.057 kg, alias lebih ringan daripada Honda Jazz dan Toyota Yaris sekalipun.

Hal berikutnya, atap yang bisa dibuka-tutup secara manual berarti bisa dioperasikan dengan cepat dan tidak perlu khawatir ada kerusakan motor listrik atapnya. Iya sih, atap yang bisa dibuka-tutup secara elektronik itu mewah, anggun dan keren, tapi mekanismenya lambat sekali. Yang ini? Ha! Mau buka-tutup atap bisa tuntas dalam waktu kurang dari 6 detik, dan itu yang saya suka dari sistem tradisional ini : Cepat, mudah dan anti ribet. FYI, Porsche Boxster Spyder juga pakai atap manual, hanya saja memasangnya amat sangat ribet.

Mazda MX-5 bukan mobil untuk semua orang, khususnya orang yang berbadan besar. Saya hanya beruntung jika saya bisa duduk dengan enak di MX-5 meski tinggi saya 178 cm. Sebelum beli mobil ini, pastikan anda muat di kabinnya dan tidak ada rencana memperbesar postur badan dalam waktu dekat. Interiornya persis Mazda sekarang, terkesan Eropa dengan built quality yang memadai meski sedikit material mewah di sini. Setidaknya jahitannya asli.

Fitur-fitur kenyamanan seperti climate control, GPS, MID, i-stop, lane departure warning, auto headlamp, auto wiper, cruise control, bluetooth, koneksi USB, steering switch control buat audio dan pemanas jok sudah masuk jadi kelengkapan standar. Jika anda berharap mobil ini punya rear cross traffic alert dan blind spot monitoring, maaf, Mazda MX-5 tidak punya yang itu. Khusus yang MX-5 RF, barulah ia ada blind spot monitoring. Kenapa MX-5 soft top ini tidak ada ya?

Ia juga tidak punya pengaturan maju-mundur untuk setir, dan joknya juga tidak punya pengatur ketinggian. Masalah besar? Tidak juga, posisi mengemudinya adalah salah satu yang paling sporty dengan posisi duduk agak rendah dan pedal gasnya mirip mobil-mobil Eropa, menempel di lantai, bukan menggantung di atas. Panel instrumen yang jarumnya diam di arah jam 6 saat mobil mati juga sangat sporty.

Kepraktisan adalah kelemahan Mazda MX-5. Mobil ini tidak punya glovebox, bagasinya kecil, center console box-nya kecil dan laci di antara joknya adalah satu-satunya penyimpanan yang bisa diandalkan. Cup holder ada 2 di antara kedua joknya. Aneh sih, padahal MX-5 NC generasi sebelumnya punya glovebox. Oh ya, saat mobil lain pakai sun visor dengan lapisan kain di luar, sun visor MX-5 murni plastik. Biar enteeenngg…

Oh ya, jok MX-5 diklaim sebagai jok tertipis jika dibandingkan Mazda lain. Tapi tenang saja, tipisnya bukan senista LCGC sampai-sampai bikin sakit pantat, ia tetap nyaman dan empuk diduduki. Di balik headrest masing-masing jok, tertanam speaker BOSE untuk memanjakan kita dengan kualitas suaranya. Bisa bayangkan kalau kabin sekecil Mazda MX-5 diisi 9 speaker buatan BOSE? Ini pasti enak kualitas suaranya.

Meski kap mesinnya lebar, tapi enteng kala dibuka. Setelah dibuka, ada unit 2.000 cc 4 silinder SkyActiv dengan tenaga 160 PS dan torsi 200 Nm. Mazda sengaja memasang mesin ini dengan format front-mid. Artinya, posisi mesinnya di belakang as roda depan, tapi masih terpasang di depan pengemudi. Format sejenis juga dipakai oleh Lexus LFA, Ferrari F12 dan Mercedes AMG GT R. Tujuannya, supaya komponen yang berat-berat berada di dalam wheelbase.

Suspensi depannya berjenis double wishbone, dan belakang multi link, semuanya independen. Memakai penggerak roda belakang, transmisinya adalah girboks otomatis 6 percepatan, dan sekali lagi Mazda berusaha mempertahankan distribusi bobot 50:50. Berhasilkah? Injak rem dan tekan tombol start, mesin ini menyala dengan suara yang cenderung moderat. Suaranya tidak spesial, padahal nada yang keluar dari knalpotnya sedikit kasar untuk ukuran mesin 4 silinder normally aspirated.

Diajak membelah jalanan kota, Mazda MX-5 tidak menunjukkan gejala gelagapan. Transmisinya tidak ndut-ndutan kala membelah kemacetan selama tidak dipindah ke mode Sport. Sayangnya, karena mobil ini pakai atap kanvas, peredaman suara luar tidak begitu mumpuni. Suara orang ngobrol di luar, suara knalpot motor dan lain-lain bisa terdengar cukup jelas. Memang ini dia salah satu kekurangan menggunakan atap kanvas, dan harusnya versi RF lebih baik dari ini.

Saat melewati jalan tol dengan kecepatan di atas 100 km/jam pun, suara angin dan sedikit suara ban sudah mulai menyeruak ke dalam kabin. Suara anginnya pun bisa “balapan” dengan suara dari speaker audio BOSE standarnya. Suspensinya terasa mantap dengan karakter peredaman yang agak kaku, namun ia sangat ramah buat harian. Ground clearance pun tidak terlampau ceper, kami tidak pernah gasruk dengan mobil ini. MX-5 ini juga mudah mengundang perhatian semua orang. Semua orang selalu memandang ke arah mobil ini, khususnya saat atap dibuka.

Kemudahan lain yang terasa saat membawa MX-5 adalah radius putar yang tidak sampai 5 meter berkat bodi kecilnya. Pedal feel-nya mantap, kita bisa menakar seberapa dalam harus menginjak gas atau rem untuk mendapatkan dorongan atau pengereman dengan kekuatan tertentu. Setir MX-5 tidak berat, dan blind spot di pilar A tidaklah mengganggu. Yang mengganggu adalah blind spot di pilar B saat kita menoleh ke belakang, apalagi kaca belakangnya kecil.

Bosan dengan lalu lintas kota? Cari jalan kosong dan bejek habis MX-5 ini. Hal yang saya suka dari mesin non-turbo adalah respon yang spontan. Langsung ada dorongan instan tanpa jeda kapan pun kita melakukan kickdown. Suara dan tendangan torsi Mazda MX-5 ini terasa enak di putaran menengah, dan mesinnya seperti benar-benar diciptakan untuk digas pol. Makin tinggi putarannya, suaranya jadi lebih merdu.

Kalau mengacu standar mobil sport sekarang, sebenarnya MX-5 itu tidak kencang. Akselerasi 0-100 tuntas dalam 8 detik dan top speed mobil ini ada di kisaran 210 km/jam. Tidak kencang, tapi sensasi yang ditawarkan MX-5 terasa menggugah. Meski hanya bermesin 2.000 cc dan bertenaga 160 PS, mobil ini tidak pernah terasa lemot. Mobil ini berlari tanpa gejala kedodoran atau ngos-ngosan, terasa ringan dan terasa lebih kencang daripada data di atas kertas.

Saya selalu ingin Mazda MX-5 manual, karena perpindahan giginya nikmat tiada tara. Namun setelah mencoba yang otomatis ini, ia tidak pantas dibilang buruk sama sekali. Perpindahan giginya cepat, meski belum secepat girboks ZF milik BMW, tapi ia berpindah dengan minim jeda untuk ukuran mobil Jepang. Ia juga punya sistem rev-matching otomatis saat turun gigi, jadi seperti kita melakukan heel and toe di mobil manual biasa. Hebat nih!

Masuk ke mode Sport, transmisinya langsung berubah karakter. Ia tak akan pindah gigi sampai di atas 5.000 rpm, bahkan ia akan terus lanjut hingga redline sebelum pindah gigi saat kita injak habis pedal gas hingga rata lantai. Masuk ke mode manual pun, perpindahan giginya tetap sigap dan responsif. Mode manualnya bisa pakai paddle shift atau secara tiptronic.

Memeras setiap tenaga dan torsi MX-5 kala adrenalin kita sedang tinggi, mobil ini bisa membuat kita terasa sedang berlari kencang saat gas pol, padahal faktanya kita belum tentu sedang ngebut. Kecepatan 80 km/jam di tol pun cukup untuk membuat senyum kita lebar saat berkendara bersama mobil ini. Namun sekali lagi, tenaga bukanlah aspek penting dari MX-5. Mobil ini harus bisa superior di sektor kontrol dan handling.

Luar biasanya, mobil ini memang punya pengendalian yang juara. Meski memakai setir elektromekanikal, setir ini punya bobot yang pas dan akurasi yang cocok dalam menjadikan MX-5 sebagai mobil yang nurut dengan segala input dari kita. Bukan hanya sekedar nurut, dia akan memberi feedback yang cukup untuk kita membaca kondisi jalanan dan arah roda depan. Ditekuk di belokan apa pun, mobil ini bisa berbelok dengan lincah dan rapi seperti ular.

Nyaris tak terasa gejala understeer dari mobil ini. Pergerakan Mazda MX-5 terasa begitu natural, ceria dan cekatan. Memang ada sedikit body roll saat berbelok mendadak, tapi sedikit body roll itu malah memberikan rasa ke kita soal perpindahan tumpuan berat mobil ini, bukan body roll yang mengayun seram seperti sebuah kapal yang mau terbalik. Karakter sasisnya luar biasa mantap dan seimbang, serta distribusi bobot 50:50 benar-benar membuat mobil ini terasa seperti gokart.

Saat kita bermain dan berdansa dengan Mazda MX-5, seketika kita ingat apa yang penting ketika berkendara, yakni : Nyetir mobil itu harus asyik bagi sang driver. Mobil ini terasa seperti perpanjangan tubuh kita untuk menapak di aspal, melaju dan berbelok. Segala pergerakannya terbaca, minim perlawanan yang tidak perlu dan tidak berusaha membunuh pengendaranya. Mobil ini hidup untuk menjadi partner berkendara sang pengemudi.

Kini saya paham, Mazda MX-5 bukanlah soal tenaga, kencang-kencangan dan canggih-canggihan. Mobil ini berbicara tentang fun. Fun to drive. Bagaimana membuat siapa saja yang merasakannya bisa tersenyum dan merasakan keasyikan yang sama seperti yang kami rasakan. Filosofi “Jinba Ittai” yang Mazda tanamkan ke mobil ini bukanlah sekedar pepesan kosong belaka, sebab mobil ini menjiwai filosofi itu dan bisa menyampaikannya ke kami.

Mobil ini bisa memberikan rasa seperti sedang ngebut meski kita tidak sedang melaju kencang. Transmisinya responsif, setirnya akurat dan komunikatif, keseimbangannya memukau dan ia cantik di luar dan dalamnya. Kami akui ketidaksempurnaannya. Kepraktisannya kurang, peredaman suaranya masih bocor, kabinnya sempit, larinya tidak kencang dan ia tidak terasa mewah. Harga 780 juta pun tidak murah, padahal di luar sana mobil ini laris karena harganya terjangkau.

Namun kembali ke intisari Mazda MX-5, kami sungguh terpana dengan keasyikan dan karakter yang ditawarkan. Mobil ini lebih menyenangkan daripada VW Scirocco yang pernah saya coba. Alasannya, meski keduanya sama-sama asyik, karakter roadster tradisional berformat FR alias mesin depan-penggerak roda belakang tidak akan bisa disamai oleh mobil penggerak roda depan. Rasanya beda. Saya pernah mencoba Boxster, Golf GTI dan Subaru WRX STI, dan MX-5 ini bisa menawarkan keasyikan yang khas, di mana saya tidak merasakannya di mobil-mobil tersebut.

Jika kamu mengaku suka mobil dan suka mengendarai mobil, jangan lewatkan kesempatan jika ada MX-5 yang bisa dicoba, khususnya generasi pertama dan keempat ini. Mobil ini akan mengajarkan kalian tentang keasyikan berkendara di rentang kecepatan yang wajar. Kita bisa belajar menguasai mobil ini sebelum lompat ke mobil lain yang lebih kencang, sebab sekali lagi, mobil ini bak anjing peliharaan yang lucu, imut, nurut dan setia dengan majikannya.

Mengendarai MX-5 bikin saya melihat mobil-mobil baru sekarang. Banyak mobil canggih, banyak mobil kece, banyak mobil kencang dan banyak mobil irit, tapi seberapa banyak sih mobil baru yang asik dibawa sendiri? Menurut saya mobil seperti itu sudah langka, dan salah satunya si MX-5 ini. MX-5 takkan mengajarkan pada kita soal masa depan dunia mobil, namun mengingatkan kita akan alasan kita menyukai mobil, kenapa kita suka nyetir dan kenapa mobil selalu menarik buat kita.

Sekali lagi, mobil ini bukan buat semua orang. Itu benar, akan tetapi semua orang yang tidak atau belum memutuskan untuk memilikinya akan tetap melihat MX-5 ini di jalan, dan mereka pasti suka dengan sosok cantik nan imutnya. Tidak hanya mereka yang senang, yang punya juga akan senang mengendarainya di berbagai kondisi, sebab keasyikan dan pengendaliannya seolah bisa membuat kita lupa akan kekurangan mobil ini.  Kami juga sudah membuat video review Mazda MX-5 SkyActive ini di channel YouTube AutonetMagz, videonya bisa dilihat di bagian atas artikel. Apa opinimu? Sampaikan di kolom komentar!

Read Prev:
Read Next: