Volkswagen Scirocco 2017 Review : Daily Use Head-Turner

by  in  Mobil Baru & Review & VW
0  komentar

AutonetMagz.com – Dalam mendesain mobil daily use, terkadang pembuatnya memutuskan untuk mengesampingkan faktor model eksterior yang cantik, timeless, bikin dag-dig-dug-ser atau membuat siapapun langsung kepengen hanya dengan melihatnya saja. Saya tidak bilang mobil harian sekarang tidak rupawan, namun kadang-kadang kalau melihat eksterior mobil harian, kebanyakan dari kita hanya bilang,”Bagus kok bodinya,” dan jarang kita bilang,”Duh, cakep banget sih” atau,”Jadi pengen punya,” dan ungkapan-ungkapan sejenis.

Ingat, saya bilang jarang, bukan berarti tak ada. Ada mobil harian yang memang cakepnya kebangetan untuk menjadi sebuah daily commuter, misalnya Mini Cooper dan mobil ini, Volkswagen Scirocco. Ayolah, saya yakin nyaris anda semua sepakat kalau Volkswagen Scirocco ini cakep maksimal. Kalau mobil ini melintas di jalanan, minimal pasti dilirik deh di jalanan, malah sukur-sukur kalau ada yang memang terpana sampai melongo atau patah leher.

Bagaimana tidak jadi pusat perhatian? Lihat saja bentuknya. Muka agresif, bodi agak melebar, atap rendah, kaca mobil pendek dan yang paling penting – buritan yang bahenol. Volkswagen Scirocco ini cakep dari segala sisi, namun sisi terbaiknya adalah jika dilihat dari belakang. Pinggul lebar dan pantat yang padat berisi membuat orang yang mengantri di belakang Rocco ini tidak akan keberatan memandangi bokongnya yang montok ini.

Tidak jarang Scirocco dikira harganya mencapai 700 juta lebih. Benarkah? Tergantung. Kalau Scirocco R, ya memang 700 jutaan, tapi kalau Scirocco 1.4 TSI ini harganya hanya sekitar 590 jutaan OTR Jakarta. Ngomong-ngomong, ini yang facelift, jadi di depan ada headlamp dengan dual cluster, projector lens, DRL dan LED, lalu di bumper ada sirip-sirip udara macam Volkswagen Golf GTI Mk7, plus cornering light yang bisa dimatikan oleh driver jika dirasa tak butuh.

Kalau ada yang mengatakan Scirocco ini adalah “Golf didandanin”, jangan marah, karena memang benar. Basis mobil ini adalah Golf Mk5 dan dikombinasikan dengan rear axle dari VW Passat. Pantas saja bodi belakangnya gemuk. Ya, basisnya Golf Mk5, jadi biarpun mobil ini Model Year 2017, tulang punggungnya masih agak jadul. Ibarat kata, penampilannya setara Sandra Dewi, tapi umur platformnya setara Sandra Bullock.

Pelek 18 incinya keren, dan tidak seperti Mini, VW tidak berminat memasang run-flat tires (RFT). Bannya pakai Pirelli, tapi bukan Pirelli kelas wahid macam PZero, melainkan P7, bukan ban high-performance. Pintu bagasi Volkswagen Scirocco facelift punya tarikan garis baru yang tidak ada di Scirocco lama, dan garis ini menyambung ke lampu belakang yang juga memakai cluster LED baru. Knalpotnya ganda, tapi hanya di satu sisi saja, sebelah kiri.

Kalau anda sudah terbuai dengan bodinya, cobalah untuk menerima ujian hidup sedikit bahwa desain interiornya tidak secantik eksteriornya. Desain interiornya sangat tidak mencerminkan mobil 590 jutaan. Rapi, tapi tidak atraktif, malah masih lebih funky hatchback ikonik blasteran Jerman-Inggris dari merek sebelah. Jika anda petrolhead BPJS (Budget Picanto Jiwa Sonderklasse), lupakan kemewahan di sini, tapi kalau kualitas dan refinement, thumbs up.

Setirnya adalah bagian paling cakep di interiornya, karena berdesain flat-bottomed di mana bagian bawahnya rata. Joknya full fabric, tidak ada bahan kulit sintetis, tidak ada pengaturan elektronik, namun motif fabricnya cukup menunjukkan kelasnya, nyaman diduduki dan yang paling penting, posisinya mantap. Sekali duduk, langsung spot-on, nikmat buat menyetir. Pengaturan setir lengkap, bisa maju-mundur dan naik-turun, tapi pengaturan jok Rocco masih kalah oleh Cooper.

Materialnya soft-touch dan plastik, finishingnya Jerman sekali, namun kalau sudah bicara fitur, jangan terlalu berharap dapat segudang gimmick. Di head unitnya, tidak ada navigasi, voice command-nya masih menuntut activation key, tidak ada kamera parkir, bahkan belum siap untuk Mirroring Smartphone. Auto climate control, layar digital untuk AC, hingga tombol start/stop engine saja tidak ada, sesuatu yang mungkin bisa kita temukan di mobil-mobil lain yang berharga sama, atau bahkan lebih murah. Sudah dibilang, mobil ini tidak cocok jika anda petrolhead BPJS.

Namun tidak selamanya cerita buruk kok. Bluetooth tetap ada, ia bisa membaca memory card, USB dan lain-lain, apalagi saat diminta memainkan lagu, kualitas speakernya bagus. Sedikit gimmick proximity sensor, membuat mobil ini peka terhadap input kita. Misal, saat mendekati layar untuk memencet tombol “Pause”, ada animasi yang bermain di layar. Sama seperti apa yang kita dapat di Audi A4 baru. Layarnya pun beresolusi tinggi, dan saat masuk gigi mundur, asistensi sensor parkir berjudul ParkPilot tampil di layar ini.

Jangan disamakan denga ProPILOT-nya Nissan atau sistem self-parkingnya Focus atau Mercedes, sebab Rocco tidak bisa parkir sendiri. ParkPilot hanya sekedar nama-namaan biar kelihatan keren, karena maksudnya adalah sensor parkir yang dibantu guidance. Kalau di mobil standar, guidance atau arahannya hanya tampil saat mobil bergerak mundur, di Rocco ini guidance tetap tampil saat mobil bermanuver maju. Tepat di atas head unit, bertengger 3 buah gauge yang terdiri dari gauge untuk suhu oli, jam dan boost meter, untuk tahu tekanan turbonya. Unik? Jelas. Sporty? Iya.

Namun sensornya cukup annoying jika dipakai di kondisi jalanan yang cukup padat. Sekali mobil nyala, sensor depan-belakang juga nyala. Saat ada motor nyelonong atau memotong jalan dan mendekati Rocco, alarmnya akan bunyi. Bisa dimatikan memang, namun saat ada yang nyelonong lagi, alarm akan tetap bunyi meski kita sudah mematikan sensornya. Kalau sensornya dimatikan, berarti yang memencet ingin alarmnya diam. Jangan nyala sendiri tanpa persetujuan dari driver dong.

Mobil ini punya kepraktisan yang wajar untuk sebuah mobil 3 pintu, hanya saja center console box-nya sangat sempit. Bisa menyimpan HP saja sudah sukur. Akses ke belakang lega, dan duduk di belakang sudah pasti tidak seenak di depan. Ruang kaki dan kepala agak terbatas, namun sandaran pahanya enak karena agak menanjak, sehingga paha bisa tertopang lebih baik.

Sayang, sandaran punggungnya agak keras dan posisinya agak tegak sedikit, kaca jendelanya pun sempit. Dibanding Cooper? Saya masih lebih suka duduk di sini, meski mobil ini dibeli bukan buat duduk di belakang.

Bagasi Rocco yang 312 liter sama sekali tak layak dibilang sempit, masih sangat menunjang kebutuhan sehari-hari untuk membawa tas ransel, koper atau belanjaan.

Tray cover-nya bisa dilepas, jok belakangnya bisa dilipat, tapi tidak bisa rata lantai. Karena tidak memakai run flat tire, di balik lantai bagasinya ada ban serep space saver yang bisa dipakai hingga kecepatan maksimum 80 km/jam. Bukaan pintu yang agak kecil pun mungkin bakal merepotkan sedikit kala harus memasukkan barang berukuran besar dan berat.

Jika di luar sana Volkswagen Golf TSI facelift sudah pakai mesin 1.500 cc TSI turbo, Scirocco tidak dapat mesin baru biarpun sudah facelift. Masih mesin 1.400 cc 4 silinder TSI lama, yang masih mengandalkan supercharger dan turbocharger. Tenaganya 160 hp dan torsinya 240 Nm, angka yang besar untuk sebuah mesin 1.400 cc. Semuanya itu lari ke roda depan via girboks kopling ganda 7 percepatan. FYI, mesin ini pernah jadi juara International Engine Of The Year 2 kali sebelum direbut tahtanya oleh mesin Ford EcoBoost dan BMW TwinPower Turbo.

Nyalakan mesinnya, suara yang dihasilkan lebih condong ke mobil harian biasa ketimbang sebuah hot hatch. Wajar, mengingat mesin TSI ini sama dengan Golf TSI Mk6 biasa. Injak gas, dan beberapa lama kemudian kami merasakan lari yang nikmat. Di putaran bawah, supercharger beraksi untuk membantu mobil “loncat” dan berakselerasi di putaran bawah, sementara turbonya baru bermain di putaran menengah ke atas. Oh ya, mesin ini bisa irit dan bisa boros, tergantung apa pendidikan terakhir kaki kanan anda.

Nyaris tak terasa turbo lag di mobil ini, beda jauh dengan Subaru WRX STI yang pernah kami tes. Pada WRX STI, digasnya hari Senin, boost-nya baru nendang hari Kamis, namun pada Rocco, digasnya hari Senin, boost-nya muncul hari Senin juga.

Suara di putaran tingginya juga enak buat didengar, hanya saja kalau sudah ngebut, sedikit suara ban akan masuk ke dalam kabin, tapi suara-suara lain bisa diredam dengan mumpuni.

Anda mungkin melihat Scirocco ini ceper, jadi takut nyangkut di polisi tidur komplek perumahan, tambalan aspal atau lubang di jalanan. Nyatanya, Rocco yang kami pakai ini tidak pernah nyangkut atas gasruk saat bertemu lubang atau polisi tidur (selama masih dalam batas wajar). Setir menggunakan power steering elektrik, dan bobotnya terasa natural – ringan saat melaju pelan dan mantap saat ngebut.

Ya, setirnya cukup responsif saat dimainkan, dan suspensinya condong terasa kaku, tapi bukan keras. Ia bisa menjaga body roll minim, tapi tidak akan bikin sakit pantat kala harus melewati jalan keriting. Malah kami berani bilang Scirocco lebih nyaman daripada Mini Cooper standar. Alasannya? Karena VW mengharamkan RFT di Scirocco, bantingannya bisa lebih lembut. Tahu sendiri kalau mobil ber-RFT biasanya bisa membuat mobil terasa lebih keras bantingannya.

Sasis Golf Mk5 yang menjadi basis Scirocco ini rupanya masih sanggup untuk dikebut dan ditekuk saat belok. Terbukti, tidak terasa gejala understeer horror meski tulang punggung Scirocco sudah berusia 10 tahunan ini kami bawa menikung dengan kecepatan 140 km/jam. Dibawa ngebut pun, mobil tidak terasa melayang. Ah, andai Scirocco pakai sasis Golf Mk7, pasti lebih mantap lagi rasanya.

Hanya saja kalau sudah bicara pengendalian, Cooper dan Scirocco terasa sangat berbeda. Cooper adalah mobil dengan reaksi spontan, tajam dan menusuk saat menikung. Di lain sisi, Rocco terasa lebih kalem, gentle dan tidak seagresif Cooper saat disuruh menikung. Ibarat kata, Scirocco lebih condong ke “berwibawa dan dewasa”, Cooper lebih “bersemangat dan reaktif”. Scirocco ini fun to drive, tapi masih sedikit di bawah Cooper.

Namun Rocco punya sedikit masalah lagi. Visibilitas dari dalam kabin Rocco bisa dibilang merepotkan, karena pilar A-nya tebal, kaca jendela samping rendah, kaca belakang kecil dan jok belakang sangat menghalangi pandangan. Sudah begitu, spion tengahnya kecil pula. Safety? Banyak. Stability Control, ABS, EBD, airbags, pemantau tekanan ban dan segala macamnya, semuanya standar di sini.

Sebagai pemegang paten girboks kopling ganda, Volkswagen punya transmisi yang sangat refine. Ganti giginya cepat, bahkan bisa lebih cepat lagi di mode S. Saat macet pun, mobil ini tidak ndut-ndutan macam Ford Fiesta Ecoboost, jadi cocok jika rute yang kita lewati sering padat. Mau dipindahkan secara manual? Bisa, entah itu melalui tiptronic atau paddle shift di setir, terserah pada drivernya.

Pada akhirnya, kami sangat yakin, bahwa Scirocco ini bukanlah mobil yang dibeli untuk diincar fiturnya, kepraktisannya, leganya atau mewahnya. Kalian membayar 590 jutaan Rupiah buat Volkswagen Scirocco TSI ini karena kalian ingin menikmati kualitas, performa mesin, rasa berkendara, karakter pengendalian, kemampuannya untuk dipakai harian dan pastinya, penampilannya.

Tampang mobil ini sungguh one of a kind, dan dijamin tak lekang oleh waktu, mungkin hingga 10 tahun ke depan pun mobil ini pasti masih kelihatan cakep. Apalagi bagian belakangnya itu, sangat indah untuk dipandang meski ini adalah sebuah hatchback harian.

Namun tetap saja, kami penasaran bagaimana jika Scirocco pakai sasis dan mesin Golf Mk7, sebab fakta bahwa basis Golf Mk5 sudah berusia 10 tahun dan mesin 1.400 cc TSI-nya bukan yang paling update tidak bisa kita pungkiri. Overall, kami sangat suka mobil ini.

Agar lebih jelas, play videonya di bagian atas artikel. Apa opinimu mengenai Volkswagen Scirocco? Sampaikan di kolom komentar!

Read Prev:
Read Next: