Edan, Mobil Listrik Buatan Indonesia Tak Lolos Uji Emisi dan Diperkarakan!

by  in  Hi-Tech & Nasional & Special Edition
Edan, Mobil Listrik Buatan Indonesia Tak Lolos Uji Emisi dan Diperkarakan!
0  komentar
Selo Mobil Listrik Indonesia

Jakarta, AutonetMagz.com – Lucu, sangat lucu ketika kami menulis judul di atas. Belakangan ini negeri tercinta kita dihebohkan dengan penahanan hingga 10 mobil listrik mantan menteri BUMN Dahlan Iskhan yang sekarang terjerat dugaan kasus korupsi. Tidak begitu jelas mobil apa saja yang disita, karena laman CNN Indonesia hanya menyebutkan kalau 8 diantaranya adalah bus listrik dan 2 di antaranya MPV. Kami akan membahas tentang lucunya kasus ini dari sisi teknik dan R&D tanpa unsur politik, because we are petrolhead, not politician!

Kepala Sub Direktorat Penyidikan Tindak Pidana Khusus Kejagung, Sarjono Turin, menyatakan sepuluh mobil listrik tersebut telah resmi berstatus sebagai barang sitaan. Dari sepuluh mobil sitaan, ada satu mobil yang akan dibawa ke Kejaksaan Agung untuk dijadikan sebagai contoh bukti dan alat pemeriksaan.

Sarjono Turin

Kepala Sub Direktorat Penyidikan Tindak Pidana Khusus Kejagung, Sarjono Turin – Foto inilah.com

Saat ini mobil masih ada di lokasi, sore akan dibawa. Kami akan tunjukkan ke publik bahwa itu merupakan mobil hasil karya anak bangsa yang tidak bisa digunakan tapi dibayar Rp 2 miliar,” ujar Turin saat ditemui di Kejaksaan Agung, Selasa (23/6). Namun berdasarkan hasil penyelidikan, Turin mendapati mobil tidak lulus uji emisi dan uji kelayakan sehingga Kementerian Perhubungan tidak mengeluarkan izin hasil tes kemudi. (sumber)

Mobil itu berbahaya digunakan di jalan umum. Kecepatan maksimum hanya bisa mencapai 29 km/jam. Jika kecepatan melebihi 70-80 km/jam, mobil bisa overheat,” kata Turin. Itu semualah yang kami kutip dari CNN Indonesia. Aneh bukan?

Hal yang paling simpel saja. Mobil listrik tidak punya mesin pembakaran internal, tangki bensin bahkan knalpot, mana bisa diuji emisi? Jelas-jelas emisinya 0 g/km. Anda tidak perlu menjadi professor ataupun sarjana teknik untuk mengetahui hal macam ini. Lalu tidak lulus uji kelayakan? Hei, di jalanan sebelah rumah saya ada mobil yang tes tabraknya bintang “0” Global NCAP serta bus tua yang asapnya ngepul dan itu anda nyatakan layak jalan?

Gendhis mobil listrik nasional

Mengenai overheat, kami tak akan bicara banyak, karena kami tak tahu persis hasil pengujian mobil listrik tersebut, namun sebagai referensi, mobil listrik Tucuxi yang sama-sama dimotori Dahlan Iskan memiliki mesin listrik yang mampu dibawa dengan jarak cukup jauh dan memiliki performa mumpuni meskipun bernasib nahas karena mengalami brake failure, tapi bukan mesinnya overheat ya!

Lalu soal “mobil dibayar 2 miliar Rupiah”, ingat, itu prototipe yang dibuat untuk bahan tes, jadi jelas harga segitu masih wajar, bahkan terlalu murah. Mungkin jika anda adalah orang yang bekerja di salah satu manufaktur kendaraan, anda tahu betapa mahalnya biaya pembuatan prototype dengan segala uji coba dan alih teknologi yang dilakukan, itu saja belum tentu berhasil. Jika anda berpikir 2 miliar terlalu mahal untuk R&D sebuah kendaraan, sebaiknya anda perlu belajar lagi sebelum berkomentar mengenai masalah yang belum anda pahami. Kami melihat ada penggiringan opini bahwa biaya riset untuk membuat sebuah mobil prototype dengan biaya 2 Miliar adalah pemborosan dan membuat seolah-olah bahwa mobil ini adalah mobil gagal!

“Kami akan tunjukkan ke publik bahwa itu merupakan mobil hasil karya anak bangsa yang tidak bisa digunakan tapi dibayar Rp 2 miliar”

Dahlan Ishkan mengalami kecelakaan saat mencoba Tucuxi

Dahlan Ishkan mengalami kecelakaan saat mencoba Tucuxi (sepertinya rangka bodinya kuat juga)

Membuat mobil butuh riset yang lama dan mahal, bahkan 2 Milyar itu sangatlah kurang. Jangan samakan prototipe ini dengan produksi massal ya, prototype itu ibarat bayi yang baru lahir, butuh perhatian dan butuh dukungan untuk tumbuh dan berkembang agar bisa menjadi mobil produksi massal, dalam sejarah industri, tidak ada kendaraan prototype dijual dan digunakan untuk transportasi sehari-hari, semuanya menjadi arsip dan di museumkan. Apalagi mobil ini dikembangkan oleh anak bangsa yaitu Ricky Elson dan Dasep Ahmadi yang merancang mobil tersebut harus tersebut dari “Nol”.

Ungkapan kekecewaan Ricky Elson yang dipublikasikan via status Facebooknya amat sangat menyayat hati terutama bagi mereka yang berharap anak bangsa bisa membawa perubahan untuk negara kita. Mungkin kata mantan Presiden kita Pak B.J. Ing. Habibie bahwa ”Orang-orang Indonesia yang pintar sebaiknya jangan pulang ke Indonesia, di luar sana kalian lebih dihargai,” ada benarnya juga.

Kasus ini juga mengingatkan kita akan kebijakan mobil hybrid di Indonesia juga amat sangat aneh. Seperti kita tahu, kalau di luar negeri mobil hybrid mendapatkan keringanan pajak karena ramah lingkungan, namun hanya di Indonesia yang menerapkan pajak ganda yang lebih mahal untuk mobil hybrid karena dihitung memiliki 2 mesin. Makannya mobil hybrid di Indonesia tidak laku karena terlalu mahal.

Toyota-Prius-Plug-In-Hybrid

Contoh simpel, dulu waktu Toyota Prius keluar, harganya setara dengan Mercedes Benz E-Class. Bagaimana mau go green kalau mobil yang ramah lingkungan saja dibanderol sangat mahal? Lalu muncul kebijakan aneh bernama LCGC yang diklaim ramah lingkungan? Dengan bermodalkan mesin kecil tanpa teknologi spesial untuk menghasilkan emisi rendah, justru mobil tersebut mendapatkan keringanan.

Lantas kapan Industri otomotif tanah air bisa bangkit jika masih banyak pemegang kepentingan yang tidak mendukung dan gagal paham dengan apa yang sedang dikembangkan? Padahal menurut kami, Dahlan Iskan sudah sangat visioner jika kita mengembangkan mobil listrik dari sekarang daripada mobil konvensional untuk menjadi pemegang teknologi kendaraan di masa depan. Yup, Indonesia mungkin sulit bisa bersaing di Industri otomotif dalam waktu dekat, tapi untuk jangka panjang, tidak ada salahnya jika kita sudah menyiapkan teknologi masa depan kan?

By the way, Tesla model S emisinya berapa gram per kilometer yah? 😀

Ditulis oleh Hillarius Satrio dan Ridwan Hanif

Read Prev:
Read Next: