Rolls-Royce : Kalau Tidak Ada BMW, Kami Sudah Tamat

by  in  BMW & International
Rolls-Royce : Kalau Tidak Ada BMW, Kami Sudah Tamat
0  komentar

AutonetMagz.com – Semua orang tahu kalau harga mobil-mobil buatan Rolls-Royce amat sangat mahal. Rolls-Royce Ghost saja yang notabene duduk sebagai entry level sudah mahal banget, apalagi yang hanya satu-satunya macam Rolls-Royce Sweptail, itu sudah mahal gila menembus langit ketujuh. Kasarnya, menjual kedua ginjal pun tak akan cukup untuk membeli itu. Akan tetapi, dengan mahar semahal itu pun, Rolls-Royce mengaku pernah kesulitan.

CEO Rolls-Royce yang sudah menjabat sejak 2010, Torsten Mueller-Oetvoes mengaku kalau BMW tidak mengakuisisi Rolls-Royce di tahun 2003, bisa saja mereka sudah bangkrut. Katanya kepada GoAuto,” Saya senang menjadi bagian dari BMW Group, dan saya bahkan mengatakan bahwa Rolls-Royce akan mati tanpa BMW Group – Kami tidak akan pernah ada lagi.” Ya, Rolls-Royce memang ada di ambang kebangkrutan di awal tahun 2000-an.

Jika Rolls-Royce memilih untuk independen, merek ultra mewah ini tidak akan sanggup berpacu dengan aturan-aturan baru dan perkembangan teknologi dewasa ini. “Merek ini, maksud saya, merek-merek kecil yang bernilai ini akan mati jika mereka tidak memiliki OEM yang berinvestasi dalam teknologi jangka panjang yang sangat mahal dari awal, baik itu teknologi listrik, self-driving, hingga berkompromi dengan aturan-aturan resmi di seluruh dunia,” kata Torsten Mueller-Oetvoes.

Terutama soal teknologi, ia berkata, “Sebagai produsen mobil pun, kami menghadapi begitu banyak persyaratan hukum dan aturan yang berbeda, sehingga sangat mahal untuk mengembangkan mobil. Mulai dengan sistem multimedia di dalam mobil yang pada dasarnya bakal berperan sebagai otak dan sistem elektronik di dalam mobil yang super mahal, mustahil membuatnya tanpa ada dukungan orang di belakang yang mampu menyediakannya dengan cara yang sangat cepat dan tepat.”

Tetapi bahkan dengan dukungan BMW, jangan berharap untuk melihat Rolls-Royce yang bisa self-driving dalam waktu dekat. “Kalau buat teknologi self-driving, kami lebih melihat diri kami sebagai pihak pengikut tren,” jelasnya. “Masalahnya, kami baru akan membawa teknologi itu di mobil kami kalau memang itu sudah menjadi level kebutuhan konsumen kami dan bisa membuat mereka berkata,’Itu hebat, itu mudah, itu benar-benar membantu saya, itu benar-benar self-driving.’

Lagipula, buat apa Rolls-Royce pakai teknologi self-driving? Toh pembeli Rolls-Royce – pengecualian buat Rolls-Royce Wraith dan Dawn – biasanya duduk di belakang, tinggal duduk santai atau tidur terus tahu-tahu sudah sampai tujuan. Itu karena mereka sudah pakai teknologi self-driving paling terkenal : Supir. Apa opinimu? Sampaikan di kolom komentar!

Read Prev:
Read Next: