AutonetMagz.com – Saat Carlos Ghosn yang merupakan petinggi Nissan ditangkap oleh pihak kepolisian Jepang, cerita resmi yang kita peroleh adalah bahwa ia tidak melaporkan pendapatan, menggunakan aset perusahaan untuk keuntungan pribadi, dan memalsukan laporan keuangan. Itu bukan tuduhan di level gertakan sambal, dan tentunya nasibnya nanti tergantung pembelaan pengacaranya. Akan tetapi, benarkah hanya sebatas itu saja?
Coba dipikir, apakah Nissan berani dan sanggup menanggung risiko tinggi seperti krisis buat grup Nissan-Renault-Mitsubishi hanya untuk mengirim Carlos Ghosn ke balik jeruji besi karena kesalahan yang dilakukan Ghosn? Jika Ghosn memang bermasalah, apa Nissan tidak berusaha untuk menyelesaikan masalah antara mereka di balik layar saja? Memang pihak berwajib dan warga negara yang baik harus taat hukum, tapi rasanya masalah penangkapan Ghosn tidak sesimpel itu.
Sejarah membuktikan bahwa hal-hal berisiko tinggi sering dilakukan di bagian atas rantai makanan industri otomotif, termasuk untuk kepentingan pihak-pihak tertentu yang kadang berbenturan satu sama lain dan tidak ketemu titik tengahnya. The Financial Times mengatakan bahwa ada alasan lain yang cukup serius di balik penangkapan Carlos Ghosn, dan itu datang dari pihak Nissan. Carlos Ghosn ingin Renault dan Nissan digabung jadi satu, tapi Nissan berkali-kali menolaknya.
Alasannya, jika Renault dan Nissan digabung, artinya sama saja Nissan menyerahkan diri kepada Renault. Laporan itu mengutip tiga sumber yang mengatakan tawaran itu diharapkan terwujud “dalam beberapa bulan ke depan.” Kenapa Nissan tidak mau? Jadi begini, meskipun Nissan dan Renault punya saham antara satu sama lain, namun besarannya tidak sama. Renault punya 43% saham di Nissan, sementara saham Nissan hanya 15% di Renault.
Renault yang sahamnya lebih besar punya kemampuan lebih untuk mengontrol Nissan, sementara Nissan tidak bisa ngapa-ngapain ke Renault seenak mereka. Jika keduanya digabung, kemitraan yang nampak seperti majikan dan hamba itu tidak dapat diubah, Nissan pun jadi tak bisa menarik diri dari aliansi mereka sendiri. Itu sebabnya dorongan Carlos Ghosn untuk merger menemui perlawanan sengit dari anggota dewan Nissan Jepang.
“Dewan selalu mengatakan mereka akan berjuang sangat keras melawan reorganisasi apa pun,” kata seorang narasumber yang paham dengan kondisi anggota dewan kepada The Financial Times. Memang tidak bisa dibilang kalau Nissan membuat jebakan untuk Ghosn, tetapi Ghosn sendiri tampaknya tidak siap ditahan ketika dia mendarat di bandara Haneda pada Senin sore.
Laporan itu mengatakan Ghosn “Nampak tak menyadari adanya penyelidikan” dan telah terbang ke Jepang untuk bertemu dengan gubernur Tokyo pada hari Rabu. Sangat mengejutkan, “panitia penyambutan” Ghosn di sana terdiri dari jaksa dan wartawan Tokyo dari surat kabar Asahi. Hemm… Permainan politik perusahaan level tinggi ya? Menarik juga. Apa opinimu? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: Kupas Lebih Dalam Varian Mitsubishi Delica 2019, Hampir 600 Juta!