AutonetMagz.com – Nampaknya pasar Asean memang tempat yang menarik untuk pabrikan China memperkenalkan diri lagi. Setelah Indonesia kedatangan Wuling dan DFSK, kini Myanmar yang mengalami pertumbuhan penjualan mobil 5 kali lipat di tahun 2017 hingga 2019 akan diseriusi merek China. Pertumbuhan tersebut, menurut Asosiasi Otomotif Myanmar tidak termasuk merek China yang sudah ada di sana karena memang belum terdaftar dalam asosiasi.
Nikkei Asian Review menyampaikan bahwa beberapa merek China seperti Soueast Motor dan GAC akan mempercepat target produksi lokal di Myanmar, menyusul adanya aturan baru yang memberi keringanan untuk mobil rakitan lokal Myanmar. Tentu saja ini membuat pabrikan Jepang yang sudah hadir di sana sejak lama mulai memperhatikan merek China. Terlebih, Asosiasi Otomotif Myanmar memperkirakan penjualan merek China bisa mencaplok 10 persen pangsa pasar dan akan bertumbuh.
“Merek China punya kemampuan untuk mengembangkan jaringan dealer dan membangun reputasi di Myanmar dengan cepat,” ujar salah seorang manajer merek Jepang di Myanmar. Soueast Motor, merek asal China bisa laku sebanyak 1.500 unit di tahun 2019 dan masih laku 500 unit bulan Maret kemarin. Soe Thant Zaw, direktur Dagon Arr Mahn Thit selaku perusahaan yang menjual dan merakit merek tersebut punya pandangan sendiri soal produk yang ia jual.
“Kualitas mobil China sudah jauh membaik sejak 5 tahun belakangan. Mereka bisa bersaing dengan merek Jepang yang sudah lama mendominasi di Myanmar,” katanya.”Dulu, orang Myanmar tahunya hanya Toyota, tapi konsumen yang lebih muda – sekitar 30 atau 40 tahunan – lebih menyasar merek mobil baru. Mereka tidak peduli soal merek, yang penting kualitas dan fungsi,” tutup Soe Thant Zaw. Selain Soueast Motor, masih ada GAC dan Brilliance.
GAC dan Brilliance kemarin ikut serta dalam pameran otomotif di Yangon, kota terbesar di Myanmar. Brilliance sudah membuat mobil di Myanmar sejak Juni 2019 dan sudah laku 200-an unit dalam 8 bulan. GAC sendiri melalui tangan LS Automotive akan mulai produksi lokal di Myanmar pada 2021. Gerakan ini didasari pada perubahan peraturan di tahun 2018 yang resmi melarang aktivitas impor mobil bekas ke Myanmar, padahal sebelum 2018 boleh.
Aturan ini dibuat demi mempromosikan industri rakitan mobil lokal Myanmar dan menarik merek asing. Mobil CKD Myanmar akan diberikan keringanan pajak dan kemudahan lainnya, sementara yang berstatus CBU akan dikenai biaya lebih. Menurut Nikkei juga, SUV China cukup populer di Myanmar yang kondisi jalanannya kurang bagus dan harganya berkisar 307-461 juta Rupiah. Apa opinimu? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: Hyundai Pastikan Pembangunan Pabrik Tetap Berjalan