AutonetMagz.com – Nissan sedang di tengah-tengah penebusan dosa yang menyebabkan turunnya citra, penjualan dan nilai merek asal Jepang ini. Memamerkan Nissan Z Proto, memperbarui Nissan X-Trail, merangkul Mitsubishi dan Renault untuk bekerja sama dalam mempersiapkan model baru dan bahkan memperkenalkan teknologi e-POWER di Indonesia melalui kehadiran Nissan Kicks. Nissan Magnite pun kini menyapa demi menggoda konsumen mobil harian yang ramah di kantong.
Belakangan, Nissan global mengakui bahwa selain dari skandal antara Nissan dan Carlos Ghosn, mereka juga sedikit terganjal performanya dari sisi produk. COO Nissan, Ashwani Gupta menjelaskan kepada Car Magazine apa yang menjadi masalah dari produk Nissan terdahulu. “Kami melangkah terlalu cepat untuk berkembang di dunia, mengantisipasi bahwa pasar mobil global akan tumbuh dan penjualan kami akan sangat baik. Tidak ada satu pun yang terwujud,”kata Gupta.
“Saat kami mulai berjalan, anda sudah bisa mencium asapnya. Hasilnya, kami berjalan dengan mobil-mobil yang sudah kuno, banyak jajaran produk yang tidak bisa kami urus atau pertahankan. Semuanya berdasarkan investasi : Jika tidak ada pendapatan, maka tidak ada mobil baru. Ini lingkaran setan, jadi Nissan berkata : Ayo rasionalkan hal ini,” tambahnya. Sebagai langkah penyelamatan, rencana ambisius skala besar pun disusun.
Rencana itu diawali dengan terpaksa menutup beberapa pabrik demi menyelamatkan keuangan, misalnya pabrik Datsun di Indonesia dan Spanyol. Setelah itu, produk-produk yang memang sudah tua akan disegarkan secepat mungkin, maka muncullah Nissan X-Trail terbaru, Nissan Terra baru dan mobil listrik Nissan Ariya. Nissan juga berkolaborasi dengan Mitsubishi supaya bisa menghasilkan simbiosis mutualisme, khususnya di teknologi plug-in hybrid alias PHEV.
Nissan juga ingin memperkuat cengkramannya di tiga pasar utama yang paling kuat bagi mereka : China, Amerika Serikat dan Jepang.”Pangsa pasar Nissan di China dan Jepang lebih dari 10 persen, kalau di Amerika lebih dari 7 persen. Keuntungan? Buat di Jepang dan China sih iya, tapi di Amerika harus digarap,” tutupnya, sembari menekankan rencana elektrifikasi, sistem self driving dan layanan konektivitas kendaraan untuk pasar Eropa. Apa opinimu? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: Mitsubishi Evo Hadir Lagi di 2021, Tapi...