AutonetMagz.com – Sebuah ironi terjadi kembali di negeri kita tercinta, insiden yang melibatkan sebuah mobil Honda City dengan plat nomor BG 1488 ON ini memakan korban jiwa satu orang. Kejadiaan naas ini terjadi di kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan pada hari selasa siang, 18 April 2017 sekitar pukul 11.30 WIB. Yang lebih membuat ironis adalah korban yang meninggal tertembus timah panas polisi tersebut adalah seorang wanita paruh baya yang sedang dalam perjalanan bersama keluarganya untuk menghadiri pesta pernikahan.
Kronologi kejadian bermula saat Mobil Honda City yang dikemudikan oleh Diki (30th) berangkat dari Desa Blitar, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Small sedan ini diisi 7 orang penumpang selain supir yang masing masing bernama Gatot Sundari (29th), Indra (33th), Novianti (31th), Dewi Erlina (39th), Genta Wicaksono (3th), Galih (6th),dan Surini (54th) berangkat untuk menghadiri hajatan keluarga mereka di Kecamatan Muara Beliti, Kabupaten Mura.
Memasuki kota Lubuklinggau, mobil tersebut lantas melewati jalan alternatif Lingkar Barat, yang mana pada saat bersamaan tengah diadakan razia stasioner dengan dipimpin Kapolsek Lubuk Linggau Timur AKP M Ismail dan Padal Ipda Fransisko Yosef (Kanit Pam Obvit Sat Sabhara Polres Lubuk Linggau) di pertigaan Jalan Fatmawati. Razia ini pun dikabarkan resmi, berdasarkan Sprin /410/IV/2017/Tgl 17 April 2017/Polres llg, dan sebelumnya sudah dihimbau untuk tidak menggunakan senjata api.
Saat melintasi jalan tersebut, Honda City yang dikemudikan Diki otomatis turut dihentikan oleh petugas, namun mobil tak berhenti, justru malah tancap gas dan hampir menabrak petugas. Melihat gelagat yang mencurigakan, petugas langsung mengejar mobil tersebut menggunakan mobil patroli Mitsubishi Kuda, dan saat pengejaran mencapai jalan SMB II Kel. Margamulya, anggota polisi melepaskan 10 kali tembakan ke arah Honda City tersebut.
Dan di jalan Lingkar HM Suharto, Kelurahan Simpang Periuk, Kecamatan Selatan II, persis di depan kantor Bank Mandiri akhirnya mobil korban berhasil dipepet petugas, dan diberhentikan. Namun, para penumpang mobil tak lantas keluar, sehingga polisi memecahkan kaca dan memaksa seluruh penumpang keluar. Tragisnya, sepertinya pihak kepolisian tak mengetahui bahwa mobil tersebut berisikan 2 anak – anak, dan beberapa orang paruh baya yang terluka terkena timah panas.
Dikabarkan bahwa korban atas nama Surini meninggal dunia karena tertembus peluru di perut. Sedangkan korban atas nama Indra mengalami kondisi kritis setelah tertembus peluru di leher bagian depan. Sedangkan Gatot terluka di bagian punggung, dan Diki sang pengemudi tertembak di perut bagian kiri. Sisanya adalah Novianti yang terluka di pundak kanan, Dewi Erlina yang terluka di bahu kiri atas, dan Genta, bocah yang terkena peluru di kepala bagian kiri, di sekitar telingannya. Sedangkan seorang anak lain, yaitu Galih, selamat tanpa luka apapun. Kesemua korban dilarikan ke Rumah Sakit Siti Aisyiah untuk mendapatkan pertolongan terhadap luka yang mereka derita.
Ini sebuah kejadian yang membuat kita yang mendengarnya cukup prihatin. Tanpa mau menyalahkan atau membela salah satu pihak, tentu kejadian ini tak akan terjadi jika tak ada penyebabnya. Dari sisi keluarga korban, sudah pasti sebuah duka mendalam kehilangan orang yang dicintai, dan juga melihat kerabat mereka tergolek lemah. Dari sisi Kepolisian, tentu ini akan menorehkan pengalaman kelam.
Namun jika kita mau menarik mundur semua kronologis, seharusnya kejadian ini tak harus terjadi sedemikian rupa. Pastinya kita tak mengerti apa yang ada di pikiran sang pengemudi hingga nekat menerobos barikade razia Polisi, hal itu sendiri bisa dikatakan cukup fatal. Selain itu mengangkut 8 orang (termasuk pengemudi ) dalam sebuah small sedan milik Honda yang seharusnya hanya boleh diisi 5 orang pun bisa dikatakan sebuah pelanggaran. Dan faktanya, dari kabar yang kami himpun di Tribunnews, nopol mobil tersebut tak terdaftar di data Samsat. Kemungkinan dengan mengetahui bahwa melakukan pelanggaran, disinyalir pengemudi ketakutan dan menghasilkan rentetan hal tersebut, kami tak menyalahkan pihak berwajib tentunya jika menemukan mobil yang gerak-geriknya mencurigakan.
Namun sekali lagi, kami pun tak mengatakan bahwa pihak berwajib tak melakukan kesalahan disini. Memang mereka layak melakukan pengejaran, karena tindakan mobil tersebut mencurigakan. Namun alih – alih menembak ban ataupun melakukan penghadangan, oknum polisi justru malah memberondong mobil dengan tembakan. Tentu, jika kita merujuk kembali pada pesan Kapolsek Lubuklinggau, maka perilaku oknum tersebut menyalahi mandat yang diberikan pada razia tersebut.
Dan kasus ini pun mendapat perhatian dari Kapolri, Bapak Tito Karnavian yang berpendapat bahwa kejadian ini adalah dampak diskresi yang kurang tepat dari anggotanya. Kini oknum Polisi penembak mobil City ini telah ditangani oleh Polda Sumatera Selatan, yang disupervisi khusus oleh Mabes Polri dengan mengirimkan tim khusus. Mereka akan menilai apakah langkah yang dilakukan oknum tersebut sesuai atau berlebihan. Namun tentu kita berharap penanganan kasus ini bisa transparan dan tegas, sehingga kejadiaan seperti ini tak akan terulang lagi.
Terakhir, tentu kejadian terjadi karena ada hal lain yang mendahuluinya, yang menjadi penyebab hal tersebut terjadi. Di sisi pengguna jalan, tentu kita dituntut kesadaran tinggi untuk mentaati peraturan, baik ada atau tak ada petugas di lapangan. Jika kalian tertangkap tangan melanggar, ikuti saja prosedur yang ada, toh tak akan membahayakan nyawa kalian. Jadi, terkait masalah ini, pro kontra bisa saja terjadi, namun kita harus menanggapinya dengan kepala dingin dan juga pemikiran yang dewasa. Menurut anda, bagaimana pendapatnya terkait masalah ini?
Kami redaksi AutonetMagz.com mengucapkan turut berduka cita bagi keluarga korban yang meninggal dan luka luka.
Berikut cuplikan video detik-detik penembakan keluarga di mobil Honda City yang diunggah oleh Eko Prasetyaji yang berada di lokasi kejadian.
Read Next: Geely Perkenalkan Lynk & Co 03 Sedan Hybrid Dengan Mesin Volvo