DFSK Gelora E : Pintu Gerbang Elektrifikasi Sektor Komersial

by  in  Berita & DFSK & Editorial
DFSK Gelora E : Pintu Gerbang Elektrifikasi Sektor Komersial
0  komentar

AutonetMagz.com – Tahun ini, Sokonindo Automobile selaku APM dari DFSK di Indonesia telah mengambil sebuah langkah penting dan juga bersejarah. Pada gelaran Indonesia International Motor Show (IIMS) Hybrid 2021 kemarin, pihak DFSK secara resmi memasarkan DFSK Gelora E, sebuah van komersial dengan tenaga listrik pertama di Indonesia. Lantas, mengapa hal ini menjadi penting dan bersejarah? Sangat mudah, karena DFSK menjadi satu – satunya pabrikan otomotif di Indonesia yang berani memboyong elektrifikasi ke segmen komersial. Ingat, komersial ya, bukan segmen passenger. Oleh karenanya, mari kita kenali lebih dalam sosok DFSK Gelora E ini. Cekidot.

Kenali Dulu Sejarah DFSK Gelora E

Nampaknya tidak banyak media yang menyoroti hal ini, namun ada baiknya kita mengenali dahulu sejarah hingga munculnya DFSK Gelora E. Jadi, kalau di Indonesia, kehadiran DFSK Gelora E sebenarnya sudah terendus di GIICOMVEC 2020 silam. Kala itu, kami juga sempat mencoba unit DFSK Gelora E versi prototipe. Seiring berjalannya waktu, DFSK Gelora versi ICE dengan bentuk blind van dirilis di akhir 2020, dan diikuti versi minibus beberapa bulan setelahnya. Lantas, sisa DFSK Gelora E saja yang akhirnya resmi mengaspal di IIMS Hybrid 2021. Namun, bagaimana asal usul DFSK Gelora E? Apakah ini adalah mobil yang dikembangkan khusus untuk Indonesia? Tentu tidak. Kita akan tarik garis ke belakang pada sosok DFSK C-Series yang ada di China. Cikal bakal DFSK Gelora E adalah DFSK C37 yang muncul di tahun 2009-an. Dari basis tersebut, pihak Dongfeng mengembangkan versi listrik di tahun 2015 silam. Yang pertama kali muncul adalah DFSK EC36 (Van) dan EC35 (Blind Van).

Nah, kedua mobil inilah cikal bakal munculnya DFSK Gelora E. Pihak Dongfeng baru secara resmi memasarkan versi listrik dari dua van mereka ini di tahun 2018 silam. Dongfeng menggunakan brand Ruichi (瑞驰)untuk memasarkan kedua kendaraan listrik mereka ini. Kedua mobil listrik tersebut mengandalkan baterai berdaya 41,4 kWh yang secara NEDC mampu berjalan sejauh 233 kilometer. Jarak yang terbilang cukup untuk menjadi kendaraan niaga perkotaan. Untuk urusan dapur pacu, kedua kendaraan komersial Dongfeng ini mengandalkan motor listrik bertenaga 80 hp dengan torsi 200 Nm. Lagi – lagi, figur tenaganya terbilang cukup oke untuk mengangkup barang ataupun orang. Sukses dengan racikan tersebut di pasar China, pihak Sokonindo Automobile pun memboyong racikan serupa untuk dipasarkan di Indonesia. Dan mobil tersebut adalah DFSK Gelora E. Jadi, kalian sudah paham kan bagaimana asal mula kehadiran si DFSK Gelora E di China hingga Indonesia? Yuk kita geser ke ulasan produknya.

DFSK Gelora E : Pionir Kendaraan Niaga Listrik

Secara bentuk, sebenarnya tidak banyak yang akan kami bahas. Desain dari DFSK Gelora E masih sangat identik dengan DFSK Gelora versi biasa. Mungkin kalau mau dibedakan, DFSK Gelora E punya port untuk charger dan tidak ada lubang knalpot. Mungkin hanya itu yang bisa kita lihat secara kasat mata dari sisi eksterior. DFSK Gelora E hadir dalam 2 model utama, yaitu versi Blind Van dan Mini Van. Untuk urusan harga, kalau mengacu pada situs resmi DFSK, maka DFSK Gelora E dipasarkan di angka 480 jutaan untuk versi Blind Van, dan 510 jutaan untuk versi Mini Van. Kesemua harga itu sudah OTR DKI Jakarta. Mahal? Eits, tunggu dulu. Walaupun secara angka terbilang cukup besar, namun DFSK Gelora E adalah mobil listrik termurah saat ini, baik untuk segmen komersial ringan ataupun segmen passenger. Apalagi, ada 1 hal yang tidak bisa kalian lupakan dari DFSK Gelora E, yaitu daya angkutnya.

Yap, kebanyakan mobil listrik dengan harga di bawah 1 Milyar Rupiah adalah mobil penumpang biasa, sehingga kapasitas angkutnya juga terbatas antara 4 hingga 5 penumpang. Nah, karena DFSK Gelora E berwujud sebagai sebuah Mini Van yang muat banyak, maka bisa dikatakan DFSK Gelora E adalah mobil listrik termurah yang muat paling banyak orang. Lantas, mengapa DFSK harus memperkenalkan DFSK Gelora E terlebih dahulu? Mengapa bukan DFSK Glory E3 saja yang punya bentuk sebagai SUV yang modern? Jawabannya tentu hanya prinsipal DFSK saja yang tahu. Namun, langkah DFSK memperkenalkan DFSK Gelora E terbilang cerdik. Mobil di segmen yang dihuni oleh DFSK Gelora E kebanyakan adalah mobil operasional. Dan mobil operasional tentunya harus minim maintenance. Disinilah cerdiknya DFSK. Sebagai mobil listrik, tentu DFSK Gelora E lebih minim maintenance dibandingkan mobil serupa dengan mesin konvensional.

Selain itu, sebagai kendaraan komersial, maka pengeluaran dari operasional mobil juga harus ditekan. Dan di DFSK Gelora E, salah satu efisiensi bisa berasal dari konsumsi listrik. Seperti yang kita ketahui, biaya untuk pengisian daya mobil listrik terbilang sangat murah, dan ini tentunya menjadi poin positif lain bagi DFSK Gelora E. Belum lagi keunggulan lain yang diberikan pada mobil listrik seperti DFSK Gelora E, antara lain adalah pembebasan ganjil genap dan sejumlah keringanan lainnya. Dengan sejumlah kelebihan ini, tentunya kehadiran DFSK Gelora E sebagai pemain tunggal di segmen komersial adalah sebuah manuver yang cerdas. Setidaknya, DFSK memiliki waktu start yang lebih baik dibandingkan dengan pabrikan lain yang masih fokus ke elektrifikasi di segmen passenger. Jadi, apakah DFSK Gelora E akan melenggang dengan mulus di pasar Indonesia? Sangat menarik untuk menantikan kiprah mobil ini. Yang jelas, saat ini kalau kalian ingin membeli van listrik, maka pilihannya hanya 1, DFSK Gelora E.

Apa pendapat kalian, kawan?

Read Prev:
Read Next: