Valentino Rossi Buka Rahasia Kenapa Dia Tetap Prima Di MotoGP Sampai Sekarang

by  in  MotoGP & Yamaha
Valentino Rossi Buka Rahasia Kenapa Dia Tetap Prima Di MotoGP Sampai Sekarang
0  komentar
yamaha-yzr-m1-2015-valentino-rossi

AutonetMagz.com – Kali ini topiknya agak sedikit melenceng ke MotoGP dahulu memang, namun saya menemukan pembicaraan menarik di situs Cycleworld.com. Pernahkah selama anda menonton MotoGP sedikit berpikir, kenapa Valentino Rossi yang dari segi umur tergolong veteran tetap mampu eksis di kancah MotoGP. Bahkan dia mampu berkompetisi dengan rider muda bertalenta seperti Marc Marquez, Jorge Lorenzo dan Dani Pedrosa?

Beberapa tips dibocorkan oleh Valentino Rossi kenapa performanya masih maksimal selama ia berkarir balap, bisa dibilang ia saksi hidup dalam pergantian beberapa regulasi balap GP. Mulai dari GP 125, GP 250, GP 500 yang modelnya 2 tak hingga MotoGP 2002 dengan regulasi 990 cc 4 tak, MotoGP 2007 yang menurunkan kapasitas menjadi 800cc sampai MotoGP dengan kapasitas 1000 cc seperti sekarang. Tentu saja masing masing kompetisi punya perbedaan karakter mesin yang signifikan. Bahkan acap kali produsen motor mengeluarkan motor balap generasi terbaru sudah cukup banyak perbedaan karakter dibandingkan dengan versi lama.

valentino-rossi-2002-cornering

Bila kita tarik mundur tahun 2002, gaya riding Valentino Rossi bisa dikatakan ‘good classic style riding’. Dimana saat ia menikung bagian (maaf) bokongnya sedikit keluar namun bagian atas badan tetap sejajar dengan tangki. Saat melakukan pengereman, Rossi acap kali menaikkan ban belakang terlebih dulu lalu. Selain itu gaya mengemudinya pun tidak langsung tancap gas sampai batas kemampuan, dia selalu mengambil jarak saat mulai balapan.

Rossi juga sering membayang-bayangi rivalnya terlebih dahulu seperti Max Biaggi, Carlos Checa, dan Sete Gibernau. Ada 2 prinsip yang ia jalankan selama ia membayangi lawan : Pertama menunggu grip ban lawan mulai habis ; Kedua ketika lawan melakukan error. Selanjutnya ia akan mengambil momentum itu sebagai kesempatan. Ini adalah permainan psikologi yang melelahkan karena Rossi selalu memaksa lawan antara harus menjaga kecepatan atau mempersiapkan diri saat Rossi menyerang.

valentino-rossi-at-pitstop

Pada tahun 2007 Rossi pernah berkata, “Bila kamu dapat memahami fungsi dari profil baru di banmu dan apa yang baru di motor anda, itu akan menguntungkanmu saat balapan.”

Selain itu Rossi juga disupport oleh Jeremy Burgess, ia adalah otak dibalik motor Rossi dimana ia menyesuaikan dengan gaya berkendara Rossi menggunakan trackside engine mapping sehingga motor ini bisa lebih cepat dibanding motor lainnya. Burgess pernah berkata, “Perpindahan tenaga ke ban adalah kunci dari mencetak lap time terbaik.” Bila tenaga motor lebih mudah digunakan maka motor akan lebih cepat dibanding rival. Lalu bagaimana caranya team bisa mendapat waktu yang cukup untuk mengoptimalkan piranti elektronik motor? “Akan sangat menolong (setting piranti elektronik) jika ridernya memang cerdas menyesuaikan dan memberi input,” Ujarnya.

Masivnya piranti elektronik di MotoGP sebenarnya juga sempat membuat orang bertanya-tanya, apakah dengan ini berarti keberhasilan balapan bergantung dari teknologi motor tersebut? Casey Stoner menjawab pertanyaan tersebut, “Saya rasa keberhasilan bukan dari motor semata. Menurut saya hanyalah seorang atlit pro yang dapat mengendalikan motor itu di lintasan tanpa membuat kesalahan. Sampai sekarang semua orang terus melatih body position-nya, hanya untuk mengendarai motor ini.”

valentino-rossi-jeremy-burgess-2-3

Di tahun 2008 ketika Valentino Rossi setim dengan Colin Edwards, mereka punya perbedaan settingan terhadap motornya. Colin Edwards memilih ban dengan kontur soft dan kerangka ban yang luwes dengan tujuan agar saat braking late terhadap corner, dia bisa mendapat akselerasi maksimum saat menghabiskan sisa corner. Sedangkan Rossi memilih kerangka ban yang keras, tujuannya agar mendapat grip saat cornering sehingga diharapkan ia bisa lebih cepat di cornering. Saat ia mencoba ban belakang Colin ia berkata bahwa motornya melompat ke samping, penyebabnya karena kerangka ban luwes sehingga kekurangan grip saat cornering.

Pada tahun 2014 anda bisa melihat perubahan dalam berkendaranya, mirip dengan Marquez dimana dia masuk ke tikungan dengan sudut kemiringan yang cukup besar, menjatuhkan ban pada apex zone tidak mendekati tikungan dalam. Selain itu bagian badan atas condong ke arah cornering. Bagi sebagian orang, body position seperti ini lean anglenya tidak terlalu miring namun justru dengan body position seperti ini ternyata meningkatkan kecepatan saat cornering.

rossi-at-cornering-2015

Rossi mendapat pengalaman berharga sebab tahun lalu ia tidak mendapatkan hasil yang memuaskan meskipun sudah pindah dari Ducati dan balik ke Yamaha. “Cukup banyak perkembangan yang aku dapatkan dibanding tahun lalu terutama di bagian pengereman yang membuatku menjadi tenggelam (di klasemen) tahun kemarin. Sekarang aku mulai menggunakan ban dengan cara yang berbeda, tanpa memberi tekanan terlalu banyak.” Terangnya.

Rossi menambahkan bahwa body positionnya memang cenderung mirip Marquez namun sedikit berbeda karena bila utuh mengikuti body position Marquez maka kakinya terlalu panjang. Namun ia melakukan body position ini karena diimbangi dengan gearbox yang lebih stabil sehingga ia bisa mengerem lebih lambat 20 meter dari sebelumnya serta lebih presisi. “Bila kamu ingin tetap di atas, kamu harus melihat apa yang dilakukan pembalap tercepat saat itu. Sekarang aku menggunakan badan atasku untuk meningkatkan kemampuan belok. Aku menonton berkali-kali dan aku coba untuk memodifikasi body position-ku di motor. Sekarang aku bisa bergerak lebih cepat dibanding sebelumnya,” tambahnya.

valentino-rossi-marc-marquez-2015

Sekarang YZR-M1 yang dipakai Rossi lebih powerful dibanding pendahulunya di tahun 2002, kini sudah ada seamless gearbox, sekarang juga pengeremannya lebih stabil, ban Bridgestone juga sudah berevolusi. Namun menggunakan seluruh keuntungan dan kemampuan tadi secara berlebihan justru bakal gampang rider untuk jatuh. Maka dari itu diperlukan manajemen yang matang pula dari rider untuk memanfaatkan keuntungan tersebut, Rossi sudah banyak belajar dari situ dan kini ia menuai hasil dengan poin tertingginya di 2015 ini karena ia mencoba beradaptasi dengan apa yang ada. Oleh sebab itu lah rider dan driver motorsport tetap layak menyandang titel sebagai “atlit olahraga”.

Read Prev:
Read Next: