AutonetMagz.com – Sebagai pecinta otomotif, kita juga harus sadar bahwa kendaraan berbahan bakar minyak memang hingga detik ini terus menjadi salah satu penyumbang polusi. Dan kita pun sadar, Bumi sedang tidak baik-baik saja. Oleh karenanya, para pemangku kebijakan terus menggodok regulasi terkini terkait standar emisi, terutama Uni Eropa. Dan mereka kini telah sampai di kata sepakat mengenai standarisasi Euro7. Lantas, seperti apa standarisasi terbaru ini? Yuk kita bahas.
Uni Eropa Sepakat Euro7, Tapi…
Hadirnya standarisasi Euro7 di Eropa memang memantik banyak respon, termasuk dari pabrikan mobil. Sejumlah pabrikan berskala besar seperti Stellantis dan Volkswagen terlihat cukup kritis terhadap Euro7. Bahkan, beberapa petinggi dari pabrikan tersebut menyatakan bahwa Euro7 “tidak berguna”. Alhasil, cukup sulit untuk menemukan titik tengah dan win win solution. Namun, kabar terkini, para menteri anggota Uni Eropa baru saja sepakat bahwa Euro7 akan dibuat lebih longgar dengan sejumlah catatan. Salah satunya adalah kesepakatan untuk memberikan kelonggaran pada segmen mobil penumpang dan van, namun tidak untuk bus dan truk.
Walaupun begitu, sebenarnya keputusan ini masih belum diketok palu. Jadi, baru sampai di ranah kesepakatan lisan saja. Nantinya, Spanyol sebagai pemegang jabatan Presiden bergilir Uni Eropa akan membuat klausulnya. Setelah itu, undang-undang tersebut akan dibahas dan ditanda tangani oleh Dewan, Parlemen, dan Komisi Uni Eropa. “Kami percaya bahwa dengan proposal ini kami akan mendapatkan dukungan dari dewan, keseimbangan dalam investasu manufaktur brand, dan peningkatan manfaat lingkungan yang diperoleh dari peraturan ini“, ujar Menteri Perindustrian, Perdagangan dan Pariwisata Spanyol, Hector Gomez Hernandez.
Pertentangan Euro7 Diantara Pabrikan Mobil
Di sisi lain, Direktur Asosiasi Produsen Mobil Eropa, Sigrid de Vries berpendapat, “Posisi negara-negara anggota terhadap perbaikan proposal Euro7 merupakan peningkatan dari proposal yang awalnya tidak proporsional sama sekali, menyebabkan tingginya biaya bagi industri dan pelanggan, dan manfaat lingkungan yang terbatas”. Sigrid juga menambahkan bahwa melanjutkan Euro6 sebenarnya adalah hal yang masuk akal. Pendapat lainnya juga disampaikan oleh bos Renault, Luca de Meo. Beliau menyinggung bahwa Euro7 akan mengalihkan perhatian perusahaan dari fokus untuk investasi EV. Kondisi ini dianggapnya bisa memperlambat adopsi EV ke produk masspro.
Jadi, kita tunggu saja bagaimana perkembangannya, sambil menikmati kenyataan bahwa saat ini standarisasi emisi di Indonesia baru Euro4. Bagaimana menurut kalian?
Sumber : Autonews
Read Next: Disupport Hyundai Indonesia, Supplier Komponen Bisa Punya R&D Mandiri