AutonetMagz.com – Kalau melihat beberapa pabrikan mobil atau kebijakan pemerintah, kadang suka ada yang menggratiskan biaya pengisian daya mobil listrik dengan harapan orang makin mau berpindah dari mobil biasa ke mobil listrik. Logikanya, ngapain bayar bensin kalau ada listrik gratis? Sejumlah merek mobil pun menyediakan fasilitas pengisian daya secara cuma-cuma di setiap dealer mereka, misalnya Tesla.
Tesla punya jaringan Supercharger yang luas dan sudah menyelimuti Amerika Serikat untuk dipakai mobil listriknya. Sayangnya, di saat banyak merek mobil lain yang ikut menggodok mobil listrik untuk menyaingi Tesla, beberapa dari mereka kadang belum bisa menyamai Tesa dalam mempersiapkan infrastruktur yang ramah pengguna. Porsche misalnya, di mana mereka sedang meracik mobil sport listrik Mission E bertenaga 670 hp dan total jarak tempuh 496 km.
Untuk memastikan Mission E tidak kehabisan energi di baterainya, Porsche akan memasang jaringan Fast Charger DC dengan spek 800 volt dan 320 kW di semua 189 dealer Porsche di AS, yang diklaim bisa memberi ekstra jarak tempuh kira-kira 400 km dalam waktu pengisian hanya 20 menit. Di antara lokasi tersebut, Porsche mengandalkan usaha Volkswagen untuk menyediakan stasiun pengisi daya Level 2 bertegangan rendah di sepanjang jalan raya dan di area publik.
Namun tidak seperti Tesla, Porsche tidak tertarik untuk menawarkan fasilitas Fast Charger ini secara gratis, begitu menurut laporan Electrek. Lutz Meschke, wakil ketua dewan eksekutif Porsche, mengatakan bahwa Porsche merasa pendekatan Tesla tidak bakal berkelanjutan. “Itu gratisnya hanya untuk sementara waktu,” kata Meschke. “Anda tidak dapat menjalankan hal itu dengan cara seperti ini, Anda harus mendapatkan uang dari layanan ini.”
Kalau diingat-ingat, Tesla baru-baru ini mulai mematok biaya untuk akses ke jaringan Supercharger, tetapi pemilik Model S dan Model X masih bisa menikmatinya dengan gratis, asalkan mereka memiliki perangkat koneksinya. Lain cerita untuk pengguna Tesla Model 3 yang harus membayar. Masih menurut Electrek, Tesla tidak ingin membuat jaringan Supercharger mereka menjadi pusat laba Tesla. Mesche sangat tidak sependapat soal itu.
“Kami bisa berinvestasi di awal, tetapi setelah dua atau tiga tahun anda harus bisa menghasilkan keuntungan dengan layanan baru, tentu saja,” katanya. Yah, sebenarnya bisa diatasi sih, caranya dengan kerja sama antar merek mobil buat menyediakan fasilitas pengisian daya yang universal atau homogen sehingga semua merek bisa pakai. Seperti smartphone sekarang yang lubang charger-nya mirip semua supaya meminimalkan sampah kabel charger.
Nah, mobil listrik juga sama. Contoh kerja sama antar merek mobil untuk stasiun pengisian daya mobil listrik adalah antara Nissan dan BMW. Tesla sendiri sebenarnya terbuka untuk gagasan kerja sama dengan pabrikan lain, dan tentu saja dengan bekerja sama, bukan tak mungkin masalah stasiun pengisian daya mobil listrik bisa tuntas lebih cepat, bekerja lebih canggih dan tersebar lebih luas dalam waktu singkat. Apa opinimu? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: Honda Insight 2019 Diresmikan, Berniat Halau Laju Prius?