AutonetMagz.com – Dear Porsche owners, kalian suka 911 baru kalian? Atau Porsche Cayenne kalian masih bisa diparkir di lobby depan mall atau hotel? Atau Porsche Panamera kalian bikin berasa beda dibanding sedan perlente lain di jalan? Atau suka Porsche Macan yang kecil tapi sporty sebagai sebuah crossover? Atau senang 918 Spyder kalian sanggup menandingi Ferrari dan McLaren? Berterima kasihlah sedikit kepada Porsche Boxster untuk semua itu.
Yap, roadster kecil ini adalah mobil sport yang menyelamatkan Porsche dari kata “bangkrut”. Pada tahun 1990-an, Porsche sedang berada di ambang kepunahan gara-gara penjualannya menurun drastis. Pada tahun 1986, mereka bisa menjual 50.000 mobil per tahun, tapi pada tahun 1993 angkanya jatuh menjadi 14.000 mobil per tahun. Penyebab terbesarnya diklaim adalah goyahnya kondisi ekonomi di salah satu pasar terbesar Porsche, Amerika Serikat.
Ide Di Balik Pembuatan Boxster
Biar lolos dari lembah kebangkrutan, Porsche harus bikin satu model yang pasti laku, namun tetap tidak akan menjatuhkan citra mereka. Mereka tidak bisa mengandalkan Porsche 928 atau 944, karena coupe FR Porsche itu sudah uzur. Mereka juga tidak bisa mengandalkan konsep Porsche 989, calon sedan 4 pintu Porsche sebelum Panamera, karena waktu itu segmennya jauh dari kata bergairah.
Porsche melihat kesuksesan Mazda MX-5 yang laris manis bak kacang goreng di seluruh dunia, dan mereka langsung sadar, pasar roadster kecil saat itu sedang bagus-bagusnya. Sebelum Porsche ikut terjun, BMW dan Mercedes sudah mengikuti jejak Mazda MX-5 dengan menelurkan BMW Z3 dan Mercedes Benz SLK. Porsche sedikit memutar otak bagaimana mereka bisa terjun ke pasar ini namun tanpa terkesan ikut-ikutan.
“Roadster bermesin depan sudah biasa, ayo kita bikin roadster bermesin tengah!” Kira-kira begitu isi kepala Porsche. Porsche pun pintar, mereka mengambil ilham dari Porsche 550 Spyder yang dipakai James Dean. Meski demikian, Porsche belum bisa mewujudkan Boxster sendirian karena aktivitas produksi mereka amat sangat lamban. Setelah dibantu oleh beberapa tangan dari Toyota (ya, Toyota), Porsche bisa membuat produksi mereka lebih efektif, efisien dan minim error.
Sebelumnya, mereka butuh 120 jam untuk membuat 1 mobil, namun setelah dibantu, hanya perlu 72 jam saja, diiringi dengan tingkat error yang turun hingga 50%. Porsche Boxster generasi pertama (kode 986) dibangun bersamaan dengan Porsche 911 berkode 996, dan Porsche memang memposisikan Boxster sebagai mobil sport yang kastanya di bawah 911.
Generasi 1 (986)
Porsche Boxster pertama yang muncul tahun 1996 pakai mesin boxer 6 silinder 2.500 cc 201 hp. Nama Boxster sendiri diambil dari kata Boxer (jenis mesinnya) dan Roadster (jenis mobilnya), dan digabungkan jadi Boxster. Dulu, Boxster adalah Porsche paling murah, dengan harga hanya di kisaran 40.000 US Dollar (dengan kurs sekarang, setara 526,3 juta Rupiah).
Karena Porsche Boxster hadir dengan resep yang tepat (gengsi Porsche, mid engine, tenaga besar, bentuk roadster, fun to drive, harga kompetitif) dan muncul di saat yang tepat, penjualan Porsche meroket jauh. Hingga tahun 2003-an, Porsche Boxster terjual sebanyak 120.000 unit di seluruh dunia, sehingga ia menjadi Porsche paling laris di dunia, tapi sekarang tempat itu sudah diambil oleh Porsche Cayenne dan Macan.
Di tahun 2000, muncul Porsche Boxster S dengan mesin flat 6 3.200 cc 250 hp, 3 radiator, rem dari Carrera, knalpot ganda dan pelek dari 911. Seraya dengan munculnya Boxster S, Boxster standar mesinnya makin besar jadi 2.700 cc, 217 hp. Pilihan transmisi Boxster saat itu adalah 5 percepatan manual atau otomatis dengan mode perpindahan manual di setir. Saat itu, belum ada transmisi PDK.
Karena Porsche Boxster tahu BMW Z3 sudah berevolusi jadi BMW Z4 dan Mercedes Benz SLK sudah ganti generasi, Porsche menyempurnakan lagi Boxster, tapi belum ganti generasi. Boxster standar naik tenaga jadi 225 hp, dan yang S jadi 258 hp di tahun 2003. Boxster biasa pun akhirnya pakai rem dan suspensi eks Boxster S lawas, yang artinya Porsche harus bikin rem dan suspensi baru buat Boxster S baru, untuk menjaga jaraknya dibanding Porsche Boxster biasa.
Selain memuji dengan penjualan yang laris, dunia juga memuji bagaimana Porsche merancang Boxster. Perfoma, akselerasi dan top speed bukan yang paling menonjol di Boxster saat itu, tapi handling, keseimbangan di belokan dan rasa berkendaranya yang seolah menyatukan antara pengemudi dengan mobilnya. Belum lagi, seenak-enaknya mobil FR (Front Engine-Rear Wheel Drive) seperti Z4 atau SLK, rasa mengendarai mobil MR (Mid Engine-Rear Wheel Drive) dari Boxster memberikan secercah sensasi mengendarai supercar.
Iya, soalnya dulu jarang mobil bermesin tengah kalau bukan supercar besar yang harganya bisa bikin kantong kering. Apa kabar Porsche Boxster generasi selanjutnya? Tunggu di artikel lanjutannya dan sampaikan opinimu di kolom komentar!
Read Next: VW Polo Mk6 akan Diluncurkan Tahun Depan?