AutonetMagz.com – Kalian tentu tahu bahwa pihak Tesla telah meresmikan Gigafactory terbaru mereka di Shanghai, China beberapa waktu lalu. Malahan, pabrik Tesla tersebut juga sudah beroperasi memproduksi mobil listrik untuk pasar China. Nah, ada sebuah fakta menarik terkait mobil Tesla, dimana mobil listrik asal Amerika Serikat ini ternyata masuk dalam program New Energy Vehicle (NEV) yang digalakkan oleh Pemerintah China. Alhasil, harga jual dari mobil Tesla pun bisa ditekan karena diberi subsidi dari pemerintah China.
Mengutip dari Reuters, Ada 2 varian dari Tesla Model 3 yang masuk dalam skema NEV Pemerintah China. Sebagai gambaran, Tesla Model 3 yang dijual di China dihargai mulai 355.800 Yuan atau setara dengan 707 jutaan Rupiah, Nah, harga tersebut akan diberi subsidi senilai 25.000 Yuan atau setara 49,7 jutaan Rupiah, hampir 50 juta Rupiah. Nah, pihak Tesla sendiri akan mulai mengirimkan unit mobil mereka ke konsumen per akhir bulan Januari 2020 mendatang, mendekati chinese new year. Kondisi serupa sebenarnya juga sempat dialami oleh Tesla di Amerika Serikat beberapa tahun lalu, namun sayangnya subsidi di US sudah tidak berlaku lagi saat ini.
Sedangkan Pemerintah China sendiri sejatinya sudah melakukan evaluasi terhadap subsidi ini, namun kebijakan semacam ini dirasa masih perlu diberlakukan di China. Mengapa? Karena China masih berada pada tahap dimana mereka terus mengurangi impor bahan bakar minyak, sembari beralih ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Kembali ke Tesla, pabrik perakitan di Shanghai sendiri secara kapasitas mampu memproduksi 250.000 kendaraan dalam setahun, alias 4.800 unit mobil dalam seminggu. 150.000 unit diantaranya dialokasikan untuk Tesla Model 3. Namun, untuk saat ini Tesla hanya mematok target 1.000 unit mobil saja per minggunya, alias kurang dari 25% utilitas maksimalnya.
Tesla sendiri merupakan pabrikan otomotif pertama di China yang masuk ke pasar Negeri Tirai Bambu tersebut tanpa menggandeng partner lokal. Alhasil, pihak Tesla harus membayar annual tax kepada Pemerintah China sebesar 2,23 Milyar Yuan atau setara dengan 4,4 Triliun. Nah, Tesla sendiri harus mulai menghasilkan revenue untuk annual tax tersebut per tahun 2023, alias 3 tahun ke depan sehingga bisa meminimalkan kerugian sembari terus mempertahankan Gigafactory mereka di Shanghai. Selain itu, Tesla juga berinvestasi sebesar 2 Milyar USD untuk membeli dan membangun Gigafactory 3 tersebut.
Jadi, bagaimana kalau menurut kalian? Apakah kalian berharap Tesla rakitan China dipasarkan di Indonesia?
Read Next: Royal Enfield ‘Girls Ride Out’ Digelar di Jakarta