“An advanced city is not a place where the poor move about in cars, rather it’s where even the rich use public transportation” – Enrique Peñalosa, Major of Bogotta
Jakarta, AutonetMagz – Low Cost Green Car (LCGC), kalau diartikan adalah “mobil murah ramah lingkungan”. Sebetulnya bagus banget kalau Pemerintah membuat peraturan regulasi mobil harus ramah lingkungan baik dari emisi dan konsumsi bahan bakar. Tapi yang dimaksud Pemerintah bukan sekedar ramah lingkungan, tetapi juga harus murah agar terjangkau masyarakat miskin. Karena menurut Kemenperin “Rakyat miskin juga punya hak untuk memiliki mobil pribadi”. Masalahnya, apa betul rakyat miskin butuh mobil?
Rakyat Miskin Butuh Mobil?
Siapa bilang rakyat miskin tidak membutuhkan mobil? Rakyat miskin sangat membutuhkan mobil loh. Coba tengok daerah kantong-kantong kemiskinan di daerah pelosok Sumatera, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Banyak desa-desa miskin yang memiliki akses yang minim untuk menuju tempat perniagaan atau perkotaan karena ketiadaan transportasi umum dan infrastruktur jalan yang jauh dari kata bagus. Tidak perlu ke desa terpencil deh, untuk menghubungkan antar kota kecil di luar pulau Jawa saja masih banyak jalur off-road yang sulit dilewati oleh kendaraan biasa. Karena sulitnya transportasi, akhirnya harga sembako menjadi mahal dan sulit dijangkau oleh rakyat miskin di daerah.
Satu-satunya kendaraan yang dapat melewati medan berat untuk mencapai desa-desa pedalaman ialah mobil 4WD atau mobil berpenggerak 4 roda seperti mobil double cabin. Namun coba cek deh harga mobil-mobil tersebut, rata-rata diatas 300 juta! Padahal mobil-mobil tersebut adalah tulang punggung akses menuju desa pedalaman untuk mereka.
Apa Perlu Mobil Perkotaan?
Mobil LCGC tentunya tidak mungkin melewati jalan trans-Kalimantan dan lain sebagaimnya yang rusak parah. Lalu untuk apa mobil jenis city car LCGC diperuntukan? Dilihat dari city car sebelumnya seperti Mitsubishi Mirage dan Honda Brio, umumnya city car digunakan sebagai kendaraan pribadi untuk pelajar, mahasiswa, pekerja dengan kriteria yang jauh dari kata miskin, Bahkan city car identik dengan mobil ibu-ibu antar jemput sekolah dan pengantar berbelanja karena bentuk fisiknya yang mudah dikendarai untuk wanita.
Mobil perkotaan memiliki fisik kecil, ruang bagasi sempit, kapasitas hanya 5 penumpang saja. Rasanya tidak mungkin untuk mendukung kegiatan pembangunan ekonomi rakyat miskin seperti membawa barang perniagaan atau penumpang dalam skala besar. Apalagi untuk menjadi tulang punggung transportasi untuk menjangkau rakyat miskin dengan akses infrastruktur rusak, mobil ini hanya sesuai untuk kondisi inrastruktur perkotaan.
Kondisi infrastruktur kota-kota besar tempat dimana mobil LCGC mengalami penjualan yang sangat hebat tentunya tidak mengalami kendala infrastruktur seperti diluar pulau Jawa. Sistem transportasi massal untuk masyarakat juga tersedia meskipun masih diperlukan banyak perbaikan. Kota besar dengan jumlah penduduk yang padat, tentunya memerlukan sistem transportasi massal yang mampu memenuhi kebutuhan mobilisasi masyarakat kota, bukan dengan membekali mereka dengan kendaraan pribadi satu persatu. Sehingga dapat dikatakan bahwa city car tidak ada pengaruhnya dalam meningkatkan taraf hidup rakyat miskin, bahkan cenderung menyusahkan karena membuat kendaraan roda empat semakin padat di kota-kota besar. Macet euy!
Salah Sasaran
Mengapa harus city car yang diberikan insentif penghapusan PPnBM oleh pemerintah agar harganya terjangkau? Padahal masyarakat kota tidak butuh mobil murah, mereka butuh transportasi massal yang murah yang cepat, aman dan nyaman!
Seharusnya pengurangan pajak bagi kendaraan diberikan pada mobil-mobil kelas niaga seperti mobil pick-up dan mobil untuk berjalan di medan berat yang jelas sangat membantu untuk menghubungkan daerah-daerah terpencil di Indonesia. Jelas mereka jauh lebih membutuhkan dari rakyat perkotaan. Bahkan bisa dibilang, kelas menengah keatas justru menjadi dimanjakan dengan adanya program mobil murah, toh semurah-murahnya harga mobil tetap saja rakyat miskin nggak mungkin bisa beli mobil. Seharusnya mobil yang utilitasnya sedikit seperti city car justru diberikan pajak yang amat tinggi agar orang kota menggunakan transportasi umum dibandingkan kendaraan pribadi. Indonesia ini malah sebaliknya, mobil kota diberikan pajak murah, mobil luar kota pajaknya sangat mahal!
BTW, kenapa sih saya gatel banget ngomentarin tentang pajak kendaraan? Nih sedikit gambaran betapa rusaknya trans Sumatera dan Papua, bayangin kalau kamu tinggal di daerah begini, pasti kamu butuh mobil 4WD kan….
Jalan di Papua
Jalan menuju Way Kanan, Lampung
Read Next: Honda Verza dan Honda CB150R StreetFire Dongkrak Penjualan Motor Sport Honda