AutonetMagz.com – Dalam perjalanan ke Jepang, Honda mengajak kami ke sirkuit Twin Ring Motegi di perfektur Tochigi untuk merasakan dan mendalami sistem hybrid di mobil-mobil yang mereka andalkan. Sistem hybrid baru Honda dinamai i-MMD, singkatan dari intelligent-Multi Mode Drive. Kelinci percobaannya ada 2 jenis mobil, yakni Honda Insight yang berbentuk seperti Civic atau Accord tapi bermesin hybrid dan Honda CR-V hybrid berpenggerak AWD.
Perlu dicatat, sistem hybrid Honda i-MMD ini dikembangkan agar lebih canggih dari sistem hybrid Honda yang bernama Integrated Motor Assist (IMA) seperti di Honda CR-Z, karena sistem baru ini bisa menjalankan mobil dengan tenaga listrik juga. Sistem ini bukan sistem Sport Hybrid Super Handling AWD (SH-AWD) di Honda NSX, padahal menarik andai NSX bisa dicoba. Oke, langsung saja ke sesi test drive.
Aturan Uji Coba
Tim jurnalis dari Indonesia kebetulan mendapat waktu tes yang bersamaan dengan tim jurnalis dari Thailand. Sebelum masuk dan mencoba tiap mobil, pihak Honda menjelaskan aturan mainnya. Mula-mula adalah aturan standar seperti sabuk pengaman harus terpasang untuk semua penumpang, tidak boleh main HP untuk pengemudi dan juga tidak boleh memotret atau merekam buat siapa pun yang duduk di bangku pengemudi. Hanya penumpang yang boleh melakukan itu.
Aturan berikutnya adalah soal tata tertib selama pengetesan. Pihak Honda mengatakan bahwa batas kecepatan maksimal yang boleh dicapai di sirkuit adalah 80 km/jam, dan tidak diperbolehkan menyalip mobil di depannya. Memang agak sayang jika kecepatan dibatasi, apalagi kami belum pernah mencoba Honda Insight, tapi karena tujuan kali ini adalah menguji seberapa halus sistem hybrid Honda i-MMD dan mobil yang dicoba bukan mobil berperforma tinggi, rasanya tak jadi soal.
Menyetir Honda CR-V hybrid AWD
Setiap jurnalis diberikan nomor urut, dan kebetulan kami nomor urut 7. Kami dapat giliran mencoba Honda CR-V hybrid dulu dan langsung duduk di bangku pengemudi. Perbedaan Honda CR-V hybrid dan Honda CR-V Turbo versi Indonesia secara eksterior tidaklah signifikan, hanya beda pelek dan ada emblem hybrid. Di interior, spidometer Honda CR-V hybrid sudah full layar dan transmisinya pakai tombol, sementara Honda CR-V Turbo Indonesia spidometernya digital-analog dan tuas transmisinya normal.
Nyalakan mesin, tidak ada suara apa-apa. Tak ada suara mesin, tapi ada tulisan “READY” di panel instrumen untuk menandakan mobil sudah nyala. Injak pedal gas perlahan, masih tak ada suara apa-apa. Barulah saat menginjak lebih dalam lagi mesin bensinnya akan hidup untuk memberi dorongan lebih kala berakselerasi. Sistem hybrid Honda CR-V hybrid mengandalkan mesin bensin dan 1 motor listrik. Buat semua unit tes kali ini, penggeraknya AWD.
Meski demikian, rasa mengendarai Honda CR-V hybrid AWD ini tak terlalu berbeda dengan Honda CR-V Turbo FWD yang ada di sini. Nampaknya sistem AWD Honda ini mengutamakan penggerak roda depan, dan roda belakang baru aktif bergerak jika sistem AWD-nya mendeteksi adanya selip di roda depan. Untungnya, kondisi saat kami menguji di Motegi tidaklah basah atau licin, jadi kami bisa fokus merasakan seperti apa rasanya kalau Honda CR-V jadi hybrid ketimbang mencoba AWD-nya.
Dalam mode hybrid, mesin bensin akan berlaku sebagai genset bagi motor listrik dan penggerak untuk menjalankan mobil. Mode hybrid akan memutuskan kapan pakai mesin bensin dan kapan pakai motor listrik secara otomatis dengan transisi yang halus dan tanpa jeda. Kita bisa memonitor status sistem hybrid dan energy flow dari baterai, motor, mesin hingga ke roda di panel instrumen. Sisa daya baterai juga ada di situ.
Mobil hybrid atau mobil listrik umumnya punya regenerative braking untuk mengisi ulang daya baterai saat kita mengerem atau berdeselerasi. Kami mencobanya dan kami tak terlalu merasakan regenerative braking yang kuat. Sialnya adalah kami baru ingat bahwa tingkat kekuatan regenerative braking bisa diatur kuat-lemahnya via paddle shift di setir, sementara pikiran kami masih terpaku kalau paddle shift itu ya untuk pindah gigi. Mungkin pas kami mencoba, regenerative braking diset di level yang lemah.
Saat kita kickdown hingga menyentuh lantai, suara mesin bensin hanya menderu konstan layaknya mobil bertransmisi CVT. Memang mobil ini pakai CVT, tapi kehadiran motor listrik membuat Honda menamai transmisinya jadi e-CVT. Masuk ke mode Sport, mesin jadi lebih responsif dan dibarengi dengan suara mesin yang nampaknya dibunyikan dari speaker di kabin. Kami merasakan bahwa performa mesinnya bisa diandalkan.
Kombinasi mesin 2.000 cc bertenaga 145 PS dan torsi 175 Nm digabung dengan motor listrik bertenaga 184 PS dan torsi 315 Nm membuat akselerasinya sangat instan dan cepat, lebih baik daripada mesin 1.500 cc turbo dari Honda CR-V Turbo Indonesia karena motor listrik tidak perlu spooling dan tidak ada turbo lag.
Tinggal injak gas, mobil langsung merespon sekejap mata. Akselerasi 40 ke 70 butuh waktu sekitar 2,5 atau 3 detik, tapi kami harus buru-buru mengerem supaya tidak melebihi batas 80 yang sudah disepakati tadi. Karena baterainya kecil, tidak ada efek samping berlebih pada handling mobil ini. Saat indikator “EV READY” menyala, mobil ini bisa berjalan dengan tenaga listrik saja namun hanya untuk sejauh 3 kilometer.
Test Drive Honda Insight Hybrid
Honda Insight terbaru ini adalah mobil yang menggunakan platform Honda Civic FC lalu diubah supaya cocok menjadi mobil hybrid. Honda tidak menawarkan Honda Civic hybrid lagi di mana pun, jadi Honda Insight adalah satu-satunya pilihan jika ada yang mau mobil seukuran Civic tapi lebih irit karena sistem hybrid. Beda dengan Honda Insight generasi sebelumnya yang terlihat seperti copycat Toyota Prius, Honda Insight baru ini lebih kalem dan normal. Bentuknya mirip Civic atau Accord kan?
Interiornya lebih condong menyerupai Honda Accord, terutama berkat beberapa bagian yang sangat familiar. Setir, panel instrumen, tombol transmisi, itu semua identik dengan milik Honda Accord Turbo. Lagi-lagi, nyalakan mobil dan tidak terdengar suara apa-apa. Nah, kali ini untuk Honda Insight, kami sengaja diam beberapa menit untuk mencari tahu seberapa lama dia bisa idle dengan menggunakan tenaga baterai saja.
Setelah menunggu sekitar 1 atau 1,5 menit, mesin bensin 1.500 cc milik Insight langsung menyala untuk siaga saat idle, menggantikan tugas baterai. Sayang kami tak sempat memeriksa berapa persentase baterai saat itu, jadi kami tinggal jalan saja. Masuk ke D, pada kecepatan rendah mobil akan memprioritaskan penggunaan motor listrik dan baterai. Mesin bensin baru aktif jika baterai sudah lemah atau butuh tenaga lebih untuk berakselerasi.
Seperti CR-V, Honda Insight melakukan transisi tenaga bensin ke listrik atau sebaliknya dengan halus dan tanpa jeda. Kita juga bisa menjalankan mobil ini pakai tenaga listrik saja, namun lagi-lagi hanya sejauh 3 kilometer. Saat kita pakai mode EV dan menginjak gas terlalu dalam, mesin bensin akan langsung aktif karena mobil menilai kalau kita butuh performa optimal dan mode EV langsung dimatikan. Akselerasinya bagus, karena motor listrik memberi respon instan tanpa harus terganggu lag.
Pada Honda Insight, mode Hybrid standar akan membuat mesin bensinnya menyala untuk memutar generator. Generator akan memberikan tenaga ke motor listrik untuk memutar ban, namun motor listrik tetap mendapat suplai tenaga dari baterai selain dari generator tadi. Sistem ini juga mengandakan regenerative braking untuk mengisi daya baterai saat deselerasi atau pengereman, tapi lagi-lagi kali ini setelannya rasanya bukan yang terkuat.
Honda Insight juga bisa berjalan dengan full tenaga bensin saja, tanpa ada sedikit pun campur tangan dari motor listrik dan baterainya. Misalnya saat kondisi berjalan konstan di tol alias cruising, Honda Insight mengaktifkan engine drive yang hanya mengandalkan mesin 1.500 cc-nya untuk memutar roda dengan lock-up clutch yang bisa memutus atau menghubungkan koneksi mesin ke roda. Saat mode engine drive, baterai dan motor listriknya bisa bobo santai.
Ada mode Sport yang bisa mengekstrak performa maksimal mesin dan motor listriknya saat kita butuh. Honda Insight memakai mesin bensin 1.500 cc siklus Atkinson, maka jangan heran kalau tenaganya ada di 109 PS dan torsi 134 Nm. Dibantu motor listrik bertenaga 131 PS dan torsi 267 Nm, akselerasi Honda Insight terasa nikmat. Karena ukurannya lebih kecil daripada CR-V, saat berlari dan menikung rasanya lebih enak di Insight. Oh ya, Insight juga pakai transmisi e-CVT.
Masing-masing antara Honda CR-V hybrid dan Honda Insight sudah dites efisiensinya menurut standar JC08. Hasilnya, Honda CR-V hybrid diklaim bisa 25 km/liter sementara Honda Insight 31,4 km/liter. Oh ya, Honda Insight tidak ada versi AWD-nya, semua Insight adalah mobil penggerak roda depan.
Kesimpulan
Awalnya, kami berharap dengan membaiknya performa mesin Honda di kancah F1 bermesin turbo-hybrid di tim Aston Martin Red Bull Honda, transfer ilmu dari F1 ke mobil-mobil produksi massalnya bisa memberikan performa di atas rata-rata. Melalui prosesi test drive Honda Insight dan Honda CR-V hybrid, mungkin performa yang diberikan di atas kertas atau aspal bukan yang sampai bikin semua orang takjub, namun ada beberapa poin di sistem hybrid i-MMD ini yang patut dihargai.
Pada sistem hybrid IMA lama milik Honda seperti di Honda Civic FD hybrid, Honda CR-Z, Honda Jazz hybrid atau Honda Insight, Honda tidak bisa memberikan mode full EV sama sekali. Sekarang, sistem i-MMD baru ini sudah memberikan perbaikan berupa kemampuan full EV sejauh 3 kilometer. Transisi dari tenaga bensin ke listrik pun juga halus, dan penambahan sistem hybrid-nya terbukti tak mengganggu driving dynamics mobilnya secara signifikan dari versi non-hybrid.
Performa yang diberikan sebenarnya oke, dengan respons motor listrik yang instan lebih dari cukup untuk menyalip pengendara lain atau menambah kecepatan hingga batas kecepatan maksimal di tol. Kami tahu Honda sudah punya mobil listrik Honda e, namun kami ingin melihat sistem hybrid Honda ini diberikan kemampuan plug-in alias bisa dicolok ke listrik rumah. Honda punya kok teknologinya, kan sudah ada Honda Clarity Plug-In Hybrid, tinggal diimplementasikan ke model lain.
Terlebih, jika kita belum benar-benar bisa melompat dari mesin bensin ke mesin full listrik, model hybrid atau plug-in hybrid akan jadi batu loncatan yang bagus dan nyaman. Entah mau model PHV (Plug-In Hybrid Vehicle) macam Toyota Prius Prime atau PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) macam Mitsubishi Outlander, keduanya sistem yang bagus, tinggal menurut Honda saja mana yang lebih cocok.
Kedua, sebagai pabrikan Jepang yang masih bertahan di F1, kami rasa Honda harus mencoba menciptakan mesin turbo hybrid. Iya, mesin turbo hybrid sudah ada di Honda NSX baru, tapi kami rasa apa yang ada di NSX itu masih bisa dipompa lagi. Entahlah, mungkin Honda harus mendobrak dengan membuat Honda NSX-R baru sebagai Honda Type R hybrid pertama di dunia? Sayang lho kalau ilmu motorsport Honda tidak dipakai.
Untuk Honda Insight dan Honda CR-V hybrid, kedua sistem ini sangat halus dan mudah dikuasai siapa pun. Orang yang tidak mengerti mobil pun tidak akan merasakan gejala-gejala aneh saat perpindahan tenaga listrik ke bensin atau sebaliknya, performa yang diberikan pun seolah seamless. Memang mobil hybrid biasanya irit, tapi kami takkan bilang irit atau tidak sekarang karena toh kami hanya mencobanya selama 3 putaran, namun yang jelas keduanya halus dan nyaman, seperti mobil biasa.
Tentu akan sangat welcome jika Honda mau bermain hybrid lagi di Indonesia. Mungkin tak perlu di semua lini langsung di-hybrid-kan, misalnya bisa dengan mendatangkan Accord hybrid, CR-V hybrid atau Insight untuk konsumen yang lebih terbuka dengan teknologi. Malah kalau bisa sih, coba saja perkenalkan Honda NSX secara resmi sebagai supercar hybrid Jepang pertama yang datang secara resmi di Indonesia. Apa opinimu soal mobil hybrid? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: Honda Resmi Beli Hitachi, Keihin, Showa dan Nissin