AutonetMagz.com – Di artikel sebelumnya, kami membahas mengenai strategi dan harapan dari merk premium asal Jerman yaitu BMW, terhadap masa depan mobil listrik mereka. BMW mematok target 50% total penjualan mereka berasal dari mobil listrik, dalam tempo kurang dari 1 dekade. Nah, rival abadi sekaligus kawan senegara mereka, yaitu Daimler pun buka suara terkait mobil listrik. Mereka menyatakan bahwa Daimler sudah sepenuhnya siap dengan mobil listrik dan masa depannya. Namun, kesiapan mereka untuk menggarap segmen mobil listrik ini ternyata memakan tumbal. Bukan biaya ataupun investasi, namun korbannya adalah para pekerja di kubu Daimler sendiri. Kok bisa? Yuk kita bahas lebih jauh.
Mobil Listrik Kok Sebabkan PHK Massal?
Mungkin beberapa diantara kalian berpikir bahwa tumbal PHK Massal disini dikarenakan pihak Daimler perlu mengirit pengeluaran untuk investasi di segmen mobil listrik. Kami pun awalnya berpikir serperti itu, tapi ternyata pikiran itu salah. CEO Daimler, Ola Kallenius buka suara terkait hal ini. Kallenius menargetkan Daimler untuk mengeliminasi mesin ICE secara bertahap hingga tahun 2039 mendatang. Di saat yang bersamaan, Daimler mengklaim bahwa permintaan mobil listrik saat ini terus menggoda mereka untuk mempercepat transisi ke mobil listrik. Belum lagi fakta bahwa mobil listrik akan berkontribusi banyak terhadap target cabon neutral mereka dalam 2 dekade ke depan. Tetapi, pada kenyataanya, Daimler di awal tahun ini malah meyakinkan investor mereka untuk tidak mengurangi produksi dan penjualan mobil bermesin bensin dan diesel. Sebaliknya, mobil ICE akan dijadikan mesin uang untuk mendanai rencana masa depan mereka.
Lalu, apa hubungannya dengan PHK Massal yang kami singgung di awal? Jadi, muncul perdebatan bahwa elektrifikasi pada mobil akan mengurangi banyak pekerja. Kallenius menyatakan bahwa memproduksi electric powertrain membutuhkan jumlah pekerja yang lebih sedikit kalau dibandingkan dengan produksi mesin ICE. Kalaupun nantinya Daimler memutuskan menghentikan produksi mobil ICE dan hanya memproduksi EV, maka mereka harus melakukan PHK dalam jumlah masif. Mengutip informasi via AutoNews, Joerg Hosmann, Presiden dari serikat pekerja logam terbesar di Jerman dan Eropa, menyebutkan bahwa transisi dari ICE ke EV akan memnyebabkan Employment Fiasco atau kegagalan kerja. Pernyataan Hosmann ini berdasarkan pada survey dari IFO Institute yang menyebutkan bahwa pergeseran ICE ke EV di 2025 akan membuat 100 ribu pekerja kehilangan mata pencaharian.
Buah Simalakama Mobil Listrik
Jadi, kalian sudah paham mengapa transisi dari ICE ke EV akan berpengaruh besar terhadap PHK. Namun, suka ataupun tidak, pertumbuhan segmen EV terus berlanjut. Saat ini saja, Mercedes-Benz yang berada di bawah naungan dari Daimler sudah mampu memasarkan 16 ribu unit mobil listrik murni dan juga 43 ribu unit PHEV di seluruh dunia. Kalau dilihat dari capaian di kuartal pertama tahun 2021 ini, maka angka tersebut menyumbangkan 10% dari total penjualan global Mercedes-Benz. Belum lagi merk Smart yang beralih penuh menjadi merk EV murni. Plus, sejumlah rencana Mercedes-Benz untuk memperkenalkan model mobil listrik mereka di masa depan. Nampaknya, cepat atau lambat, Daimler harus membuat keputusan yang sulit terkait karyawan mereka. Dan kami berharap akan ada win win solution untuk Daimler dan para pekerjanya.
Jadi, bagaimana menurut kalian?
Read Next: Toyota Patenkan Mesin V8 Untuk Lexus IS F