AutonetMagz.com – Sedikit prolog, ocha adalah bahasa Jepang yang artinya teh, sementara teh tarik sendiri adalah varian teh yang sudah cukup umum, khususnya untuk penduduk Asean seperti Malaysia, Thailand dan Indonesia, tapi di Malaysia sepertinya lebih membumi. Sebagaimana Daihatsu adalah merek Jepang, dan salah satu produk mereka, yakni Daihatsu Sirion sebenarnya adalah Toyota Passo versi murah, yang kemudian direbadge jadi Perodua MyVi di Malaysia.
Gayung bersambut, Perodua MyVi pun jadi mobil terlaris di Malaysia. Nah, untuk Daihatsu Sirion atau Perodua MyVi generasi sebelumnya, masih ada rasa-rasa Jepang gara-gara bentuknya bulat-bulat gempal. Untuk Perodua MyVi atau Daihatsu Sirion yang baru, dikatakan bahwa mayoritas mobil ini didesain menurut selera dan karakter konsumen Malaysia, di mana penjualannya sangat kuat. Maka dari itu, Daihatsu Sirion ini sejatinya bukan mobil Jepang, tapi mobil Malaysia.
Eksterior
Yap, Daihatsu praktis hanya mengganti logo saja, jadi meski logo Jepang, mobilnya rasa Malaysia. Sekarang paham kan judulnya kenapa ada tulisan “Ocha Rasa Teh Tarik”? Daihatsu Sirion 2018 ini dibangun di atas platform Sirion lama, tapi 70% komponennya adalah komponen baru. Desain Sirion baru ini sedikit mirip Scion iM, tapi dengan lekukan yang lebih banyak dan bodinya terkesan membengkak dibandingkan Sirion lama.
Faktanya, Daihatsu Sirion ini memang membesar, khususnya panjangnya yang bertambah 205 mm dan wheelbase yang melar 60 mm, demi kelegaan ruang. Daihatsu yang biasanya doyan chrome, kali ini lebih bisa menahan diri dengan hanya menaruh chrome di gril dan lis lampu kabut pada muka Sirion ini. Mengikuti jejak Terios, lampu depan Daihatsu Sirion sudah pakai LED meski bukan projector lens, plus ekstra fitur follow me home dan ada corner sensor.
Pelek 15 inci barunya sudah two-tone, dibungkus karet bundar Goodyear Assurance berukuran 185/55 R15. Seperti yang bisa diprediksi dari kelas di mana Daihatsu Sirion bertengger, rem depan cakram dan belakang tromol, untungnya ABS dan EBD sudah masuk jadi fitur standar. Built quality eksterior mobil ini memadai, dan aksesoris seperti talang air yang biasanya jadi kesukaan konsumen Indonesia sudah terpasang dari sananya.
Daihatsu Sirion sudah punya smart entry, kelihatan dari adanya tombol hitam di handle pintu pengemudi. Yap, pengemudi saja, tidak ada tombol yang sama di pintu penumpang. Lanjut ke bagian belakang, sebuah antena shark fin duduk rapi dan sudah ada roof spoiler. Kaca belakang lengkap dengan defogger beserta wiper belakang. Bentuk lampu remnya sedikit mengingatkan akan Honda Mobilio, namun yang ini sudah pakai LED, tidak seperti Mobilio.
Jikalau ada yang kami tidak suka dari eksterior Daihatsu Sirion, mungkin adalah knalpotnya yang terlalu polos dan ngumpet. Daihatsu sebenarnya bisa saja mempercantiknya dengan muffler cutter. Kedua, aksen sirip udara palsu yang tidak berlubang itu kami rasa sedikit tidak perlu. Ketiga, bagus kalau Sirion ini punya kamera parkir, tapi di brosurnya digambarkan kalau kamera parkirnya punya garis pemandu, namun faktanya saat kami mundurkan Sirion ini, tidak ada garis pemandu sama sekali. Keempat, kami rasa mobil ini akan lebih sip kalau ada LED DRL di depan.
Interior
Melompat ke dalam interiornya, kita akan berjumpa dengan desain dashboard baru. Masih cenderung sederhana, namun Daihatsu Sirion ini kelihatan punya usaha untuk kelihatan sedikit lebih fokus ke pengemudi. Bisa dibilang begitu, sebab desain dashboard Sirion tak lagi simetris, melainkan sengaja dibuat agak mengarah ke bangku pengemudi, kelihatan dari garis desain dashboard tengah yang seolah miring ke driver dengan bingkai black piano dan silver dalam bentuk jajaran genjang.
Materialnya plastik standar city car Jepang dan Korea, dengan kualitas pemasangan yang solid dan membaik dibandingkan Sirion lama. Hal lain yang membaik dari Sirion lama adalah posisi duduknya, sekarang jadi sedikit lebih rendah, tidak jangkung seperti Sirion lama untuk memberikan rasa duduk di dalam mobil, bukan duduk di atas mobil. Pengemudi dapat mengatur joknya maju-mundur, naik-turun dan tegak-rebah, di mana semua joknya dibungkus bahan fabric.
Setir Daihatsu Sirion hanya bisa diatur secara tilt, tidak bisa telescopic. Okelah, mungkin city car sekelasnya juga begitu, namun yang bikin kurang sreg adalah material lingkar setir Sirion ini terasa keras dan agak licin, tak begitu nyaman buat digenggam lama-lama. Panel instrumennya sederhana dan tidak neko-neko, hanya 2 lingkaran spidometer dan takometer bercincin biru serta layar MID monochrome di tengahnya.
Daihatsu Sirion sudah punya tombol di setir, di sebelah kanan untuk telepon dan sebelah kiri untuk mengatur audio. Untuk penikmat siaran radio, agak disayangkan saat kita menekan tombol navigasi kiri atau kanan di setir, head unit tidak langsung mencari frekuensi baru secara auto seek, kita harus terus menekan tombol kiri atau kanan untuk berpindah gelombang radio yang setiap kali dipencet, pindahnya sebesar 0,5 FM. Ini sedikit merepotkan sih.
Power window tersedia buat keempat jendela, dan khusus pengemudi sudah auto up dan auto down. Di sisi kanan pengemudi, ada tombol untuk mengatur spion, tombol untuk menyesuaikan tinggi-rendah sorot lampu LED depannya sesuai kebutuhan dan tombol untuk mematikan stability control. Ya, mobil ini sudah pakai VSC dari sananya, dan untung tidak hilang sampai ke sini. Yang hilang saat dibawa dari Malaysia ke Indonesia adalah fitur autonomous braking.
Selain itu, Daihatsu Sirion juga membawa 4 airbag sebagai standar, di mana sebelumnya hanya 2 airbag. Head unit layar sentuh standarnya sudah memadai, meski pengoperasiannya tidak begitu responsif dan menunya tidak sebanyak Chevrolet Spark. Bluetooth untuk telepon dan media sudah ada, dan kalau mau mendengarkan media digital dari flashdisk, port USB-nya ada di dalam glovebox. Glovebox-nya sendiri lumayan lega lho.
Selain glovebox, kantong pintu depannya punya rongga yang pas untuk botol dan beberapa perintilan bawaan. Selain smart entry, Daihatsu Sirion juga sudah punya tombol start-stop engine di mana tidak semua city car menyediakan fitur ini. AC Sirion juga sudah cukup modern dengan adanya layar digital dan tombol model tekan. Central door lock-nya ada di tengah seperti Ford Fiesta, tepat di antara indikator sabuk pengaman penumpang dan tombol untuk mematikan sensor parkir.
Sensor sabuk pengaman hanya untuk penumpang depan saja, tidak sampai ke bangku belakang dan metode kerjanya adalah dengan sensor berat di jok. Hal kecil yang sedikit disayangkan adalah hilangnya cup holder model slide di dekat kisi AC yang ada di Sirion lama, padahal cup holder dengan konstruksi tersebut cukup menolong. Tuas persneling Sirion juga sudah tidak di dashboard lagi, melainkan di bawah, dan di depannya ada power outlet plus 1 port USB.
Jumlah laci penyimpanannya standar, namun Daihatsu Sirion punya kepraktisan ekstra berkat gantungan di jok penumpang plus adanya 1 charging port ekstra dan sebuah kantong di samping jok pengemudi. Ini adalah hal yang menarik, sebab mereka bisa kepikiran menaruh charging USB port di samping kiri jok pengemudi. Di belakang rem tangannya, ada 2 buah cup holder buat penumpang belakang.
Ngomong-ngomong penumpang belakang, ruangan di sini bisa dibilang lega untuk dihuni. Tinggi mobil yang berkurang 30 mm dari Sirion lama hanya berdampak sedikit saja kepada headroom, tapi masih leluasa. Wheelbase yang bertambah juga berarti legroom yang baik, dan ini tidak terasa seperti ruang belakang city car yang notabene ngepas. Terasanya malah seperti ruang belakang sebuah subcompact hatchback 1.500 cc.
Joknya sudah ISOFIX, namun sayang sandarannya tak bisa direbahkan lebih jauh lagi. Kantong di pintu masih ada meski tak selega pintu depan, namun sebagai gantinya ada 2 kantong lagi di balik jok depan. Bagasi Daihatsu Sirion berkapasitas 277 liter, dan kalau kita perlu ruang lebih, kita bisa melipat jok belakangnya meski tidak benar-benar rata lantai. Kalau perlu, jok depan juga bisa disandarkan hingga 180 derajat untuk ruang barang ekstra.
Tray cover dan cargo net sudah tersedia, cocok untuk menjaga privasi dan mencegah barang-barang di bagasi bergeser terlalu jauh. Di balik lantai bagasinya, ada sebuah ban serep full size dengan pelek dan ban yang sama seperti keempat roda lainnya. Pengerjaan pintu bagasi pun oke, tidak ada hidden storage aneh atau panel yang berasa kopong.
Mesin
Daihatsu Sirion pakai mesin 1.329 cc, namun kalau pakai paham pembulatan, ia jatuhnya jadi 1.300 cc. Mesin 1.300 cc 4 silinder Dual VVT-i berkode 1NR-VE ini punya tenaga 95 PS di 6.000 rpm dan torsi 12,2 kg-m di 4.200 rpm. Sudah pasti pakai penggerak roda depan, dan pilihan transmisinya adalah manual 5 percepatan atau otomatis 4 percepatan.
Kembali, kualitas pengerjaan di ruang mesin tergolong niat, sebab tidak ada pengecatan yang berantakan atau las-lasan yang tidak dihaluskan. Kap mesinnya saja sudah diberi peredam dan tergolong ringan. Jika mobil yang harganya belum tembus 200 jutaan saja pengerjaannya bisa serapi ini, kenapa mobil yang harganya di atasnya bisa tidak rapi ya?
Driving Impression
Namanya mesin 4 silinder, pasti halus saat menyala. Masuk gigi, injak gas dan Sirion pun melaju pelan. Mesin 1.300 cc Dual VVT-i ini suaranya benar-benar persis mesin Daihatsu Xenia kalau kita gas mobil ini lebih dalam lagi, apalagi kalau sudah bablas 3.000 rpm. Feeling pedal gasnya membaik, sebab mobil tidak langsung ngacir meski gas diinjak sedikit, demikian pula dengan pedal remnya yang gigitannya bisa kita takar dan rasa melalui bobot pedal rem.
Mesin ini punya performa cukupan. Bukan yang terkencang, tapi rasanya bukan yang paling pelan juga. Kebetulan, unit tes kami adalah yang manual, dan jujur saja, bukan transmisi yang paling enak dipakai. Meski saya pribadi suka manual, persneling manual Sirion ini punya travel yang agak kejauhan dan perpindahan giginya kurang halus. Pedal koplingnya juga terasa agak lembek. Kalau mencari city car bertransmisi manual yang asyik, ini adalah pilihan yang kurang pas.
Untungnya, kami boleh berganti unit untuk mencoba yang bertransmisi otomatis. Transmisinya jadul, tapi rasanya lebih cocok dengan karakter Sirion sendiri. Power delivery-nya halus, tapi sekalinya kickdown, ia masih butuh sedikit waktu untuk turun gigi dan langsung naik ke putaran mesin tinggi, namun belum sampai redline seperti Cortez. Yah, setidaknya ia bukan transmisi AMT yang lemot dan gelagapan, dan putaran mesin Sirion saat kecepatan 100 km/jam ada di 2.500 rpm.
Daihatsu mengklaim kalau karakter Sirion ini dibuat lebih sporty biar menarik bagi anak muda. Dari bantingannya memang berasa demikian, mobil ini sedikit lebih kaku dan mantap daripada Sirion lama yang masih sedikit membal dan punya body roll yang buruk. Body roll mobil ini sedikit membaik, dan itu terasa saat bermanuver di kecepatan 60 km/jam saat kami pindah jalur di jalan tol.
Handling Daihatsu Sirion ini terbilang membaik. Belum sebaik Honda Brio juga sih, tapi ini sudah bagus untuk sebuah Daihatsu. Selain berkat suspensi yang lebih solid, setirnya kini terasa sedikit lebih cekatan dalam menjawab tiap input dari driver. Feedback ala kadarnya, tapi bobot yang enteng bikin ia lebih rileks dan bersahabat untuk dipakai jarak jauh. Radius putar 5,1 meter pun oke punya, terbukti kami tidak perlu melakukan manuver mundur saat putar balik di dekat Museum Macan.
Jikalau ada yang kurang dari impresi berkendaranya, kami rasa itu adalah peredaman kabinnya di kecepatan tinggi. Kalau boleh jujur, Sirion baru ini memang sudah jauh membaik dibandingkan yang lama, tapi suara kolong dan ban di kecepatan tol tetap agak masuk. Setidaknya, di kecepatan rendah peredaman suaranya bisa diandalkan, terima kasih kepada karet ganda di tiap pintu mobil yang terasa lebih tebal daripada Sirion lama.
Kesimpulan
Daihatsu (atau Perodua) sudah melakukan perbaikan menyeluruh buat city car jagoan mereka ini. Mereka tahu mempertahankan aspek penting city car dengan cara mempertahankan kepraktisan dan fungsionalitas yang baik, kabin yang lebih lega dan nyaman, bahkan untuk di kelasnya sendiri, kami salut dengan fitur keselamatan Daihatsu Sirion yang komplit. Detail cantik lain seperti lampu LED depan-belakang, corner sensor dan banyaknya charging port jadi poin plusnya.
Tidak hanya tahu mempertahankan nilai jual city car, sebab di saat yang sama Daihatsu Sirion ini dibuat lebih baik untuk sedikit menghapus dosa lama saat dikendarai. Setirnya kini terasa lebih hidup dan rileks, mobilnya jadi lebih stabil dengan bantingan yang kian dewasa dan bagasinya. Performa mesinnya cukup, dan kami merekomendasikan varian otomatis sebagai pilihan terbaik. Pilih yang manual hanya jika anda benar ingin pindah gigi sendiri atau budget buat beli yang matik belum pas.
Peredaman kabin Daihatsu Sirion ini pun membaik, meski harus diakui masih kurang senyap di kecepatan tinggi. Kami juga kurang sreg dengan head unit yang belum bisa auto seek buat gelombang radio, multimedianya juga tidak komplit-komplit amat. Bahan lingkar setir agak keras buat digenggam lama-lama, dan kami harap antara brosur dan mobil bisa sinkron. Kalau tidak ada garis pemandu di kamera parkirnya, sebaiknya jangan tampilkan garis pemandu di brosur.
Harus diakui, tidak banyak kekurangan yang bisa bikin konsumen benar-benar mencoret Sirion dari daftar belanja mobil barunya tahun ini. Jika ditanya siapa rival yang paling berat, kami menunjuk Chevrolet Spark yang punya multimedia lebih bagus, mesin lebih besar dan girboks CVT yang notabene halus karena tidak ada pergantian gigi. Fitur keselamatan Spark dan Sirion pun sebelas-dua belas, namun harga Spark memang sedikit lebih tinggi dari Sirion (197 juta vs 193,5 juta).
Overall, Daihatsu dan Perodua sudah membuat Sirion bukan sekedar jadi mobil yang lebih baik, namun sebagai satu dari sedikit top player sekaligus game changer yang menaikkan standar city car di Indonesia, terutama karena fitur safety yang bagus. Apa opinimu soal Daihatsu Sirion? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: Suzuki Swift Sport BeeRacing Dijual Online di Italia