AutonetMagz.com – Dampak dari manipulasi hasil uji keselamatan membuat Daihatsu harus menghentikan kegiatan produksinya di Jepang. Hal itu tentunya merugikan produsen mobil tersebut secara finansial. Dikutip dari Nikkei Asia, diperkirakan Daihatsu akan menderita kerugian lebih dari 100 miliar yen (sekitar Rp10 triliun) akibat penutupan pabriknya. Walaupun begitu, produksi lokal (ADM) masih tetap berjalan normal seperti biasa.
Kerugian Terbasar Dalam 30 Tahun Terakhir
Karena kehilangan penjualan, Daihatsu akan bernegosiasi secara individual dengan para supplier mengenai kompensasi atas hilangnya pendapatan karena penghentian produksi. Begitu juga dengan para dealer karena tidak dapat menjual mobil Daihatsu dalam kondisi baru. Kompensasi ini diperkirakan akan memakan biaya besar, belum lagi ada biaya investigasi dan uji keamanan tambahan yang tentunya memakan waktu dan biaya lagi.
Sebagai informasi, pada tahun fiskal 2022 Daihatsu mencatatkan laba operasional konsolidasi sebesar 141,8 miliar yen (sekitar Rp 15 triliun) dan laba bersih sebesar 102,2 miliar yen (sekitar Rp 111 triliun). Jika dampak skandal tersebut mendorong pendapatan konsolidasi ke zona merah, hal ini akan menandai kerugian pertamanya selama 30 tahun terakhir. Jepang menyumbang sekitar 60% dari 1,42 juta kendaraan yang diproduksi Daihatsu pada tahun fiskal 2022, termasuk produksi kendaraan dari Indonesia.
Kondisi di Indonesia
Kembali ke Indonesia, walaupun kegiatan produksi kembali normal, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (kemendagri) meminta klarifikasi kepada PT Astra Daihatsu Motor (ADM) terkait dugaan skandal uji keselamatan kendaraan merek Daihatsu. Saat ini, Kemendag masih menunggu hasil uji samping yang akan dilakukan Kementerian Perhubungan. Meski demikian, pihak ADM mengklaim produk yang terlibat dalam skandal uji keselamatan tersebut berbeda dengan yang dipasarkan di Indonesia.
Dikutip dari Kompas, Direktur Sarana Transportasi Jalan Kemenhub Danto Restyawan, mengaku kalau pihaknya akan terus memonitor aktivitas yang dilakukan ADM. Oleh karena itu, nantinya akan dilangsungkan uji sampling secara diam-diam. “Kita akan diam-diam melakukan sampling guna melihat langsung apakah produk dimaksud benar-benar sudah aman dan mentaati aturan berlaku soal keamanan. Bisa dibilang, proses-nya masih berjalan,” ujarnya.
Read Next: Empat Raksasa Otomotif Jepang Investasikan Puluhan Triliun untuk Produksi EV di Thailand