AutonetMagz.com – Semakin hari, mobil yang kita kenal bukan lagi benar-benar mobil. Mobil yang terbaik adalah mobil yang memadukan keseimbangan antara teknologi mekanikal tradisional dan teknologi elektronik yang canggih. Dewasa ini, mobil-mobil baru makin terasa seperti laptop daripada mobil, dengan segala gimmick canggih macam teknologi self-driving yang sedikit menimbulkan pertanyaan : Kalau mobil bisa nyetir sendiri, apa serunya punya skill nyetir?
Albert Biermann, bos divisi performa tinggi Hyundai N menangkap fenomena ini sebagai sebuah hal yang tidak memberikan keuntungan bagi konsumen. Kepada Drive, ia berkata bahwa merek-merek premium macam BMW dan Mercedes Benz sudah terlalu terobsesi oleh teknologi, sehingga tanpa sadar mereka membuang terlalu banyak uang di hal-hal pintar yang sebenarnya belum tentu berguna. Waduh, padahal ia dulu kerja di BMW M.
Menurut Biermann,”Itu semua hanya soal marketing saja. Yang seperti ini sudah banyak muncul di media, biar heboh saja sekaligus menunjukkan seberapa level teknologi mereka. Tapi pada akhirnya, berapa banyak orang yang bakal beli teknologi itu nanti?” Secara spesifik, ia mencontohkan fitur road sensing camera yang bisa membaca kontur jalan via kamera dan langsung menyetel suspensi dengan settingan yang pas buat jalan itu. Fitur ini bisa ditemui di Mercedes-AMG S63.
Tapi di mata Biermann, fitur itu adalah fitur yang bodoh. Kalau dari sisi Hyundai, menurutnya ada Genesis G90 yang bisa jadi pembanding. Mobil ini memakai suspensi udara dan sasis berbahan high-strength steel yang sedikit lebih berat daripada lawannya. Meski demikian, G90 masih bisa “Menandingi S-Class dalam hal pergantian 2 lajur menurut laporan Consumer Reports. Kita hampir mengalahkan BMW meski tanpa gimmick canggih itu,” kata Biermann.
Alasan kenapa mereka pakai teknologi yang tidak terlampau canggih adalah untuk meningkatkan usia dan daya tahan. Simpel, makin canggih sebuah mobil, makin rewel dan sensitiflah ia terhadap gangguan, dan makin rendah teknologinya, makin tangguhlah ia. Inilah kenapa model-model Hyundai Group belakangan ini dites hingga 30.000 km, di mana 10.000 km diantaranya dites di Nurburgring.
Tapi bukan berarti perkembangan teknologi tak ada gunanya. Mobil dengan teknologi self-driving bisa membantu rekan-rekan kita yang bekerja di militer atau penyelamatan. Mobil self-driving bisa mengantarkan bahan makanan atau amunisi tanpa membahayakan supir mobil itu andai ada bencana dadakan seperti serangan musuh atau tanah longsor. Apa opinimu? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: BMW M : Kami Tak Butuh Supercar atau Hypercar