AutonetMagz.com – Seiring dengan target zero emission pada tahun 2060 mendatang, Suzuki semakin konsisten menyediakan produk yang rendah emisi dan ramah lingkungan. Tentunya semua itu harus dilakukan secara bertahap, tidak bisa instan langsung jadi. Selain teknologi hybrid dan mesin yang rendah emisi, Suzuki Indonesia telah fokus membangun sistem produksi pabrik yang ramah lingkungan. Berbagai upaya tersebut diaplikasikan dengan strategi yang unik.
Metode Kaizen
Suzuki menggunakan metode Kaizen untuk mereduksi penggunaan energi pada setiap proses produksinya. Seperti green energy melalui penanaman tumbuhan sebagai ekosistem yang menunjang mitigasi perubahan iklim. Penanaman tumbuhan diyakini dapat menyerap dan menyimpan karbon yang dapat mengurangi emisi. Yang kedua adalah green electricity untuk penerapan teknologi yang digunakan di pabrik. Seperti pemanfaatan solar panel sebagai sumber energi listrik terbarukan.
Suzuki menerapkan konversi energi dengan penggunaan water boiler, yang memanfaatkan ulang energi panas dari proses pengecatan. Hal ini dilakukan karena proses painting merupakan penyumbang karbon terbesar dalam proses produksi kendaraan dibandingkan dengan proses lainnya seperti pencetakan, pengelasan, perakitan, dan pengecekan kualitas. Sebelum menerapkan konversi energi, proses painting menyumbang kurang lebih 50% karbon dalam proses produksi.
Awasi Vendor dan Limbah
Sistem reduksi karbon ini termasuk dalam program Suzuki Green Procurement Guideline. Program tersebut berisi panduan peraturan berikut kesepakatan atas pengujian dan pengawasan. Jadi, seluruh vendor yang menyuplai ke pabrik Suzuki telah memiliki landasan hukum akan komitmen penjagaan lingkungan dan bebas dari 30 bahan kimia berbahaya yang sudah disahkan secara global. Hingga 2023, Suzuki telah mengawasi 464 vendor aktif dan menargetkan setiap vendor untuk dapat mengurangi 5% emisi di keseluruhan proses produksinya setiap tahun.
Sebagai rangkaian akhir proses produksi, limbah yang dihasilkan dikumpulkan seperti baterai tidak terpakai, pasir bekas produksi, kaca, keramik, kayu, potongan metal, dan sampah lainnya. Kemudian, memastikan limbah tersebut didaur-ulang oleh pengelola limbah sehingga tidak mencemari lingkungan. Dalam tiga tahun terakhir, Suzuki berhasil mencatat lebih dari 9,000 ton sampah yang disalurkan untuk didaur-ulang. Suzuki optimis dapat mencapai target milestone untuk mereduksi karbon lebih dari 41% pada 2030 dan mengoptimalkan langkah menuju target zero emission pada 2060 mendatang.
Read Next: Kyoto Shaking Machine, Inovasi Baru Dalam Pengecekan Kaki-Kaki Mobil