AutonetMagz.com – Sebagai pabrikan Swedia, Volvo punya sisi nyelenehnya sendiri selain komitmennya dalam urusan keselamatan. Dulu, Volvo terkenal dengan mesin 5 silindernya yang masih bersumber dari Ford, dan Volvo cukup nekat untuk memasang mesin 6 silinder segaris secara membujur, bukan melintang seperti biasanya. Gara-gara itu, Volvo pun harus bikin girboks sendiri untuk dipasang di mesin dengan gaya pasangnya yang beda sendiri itu.
Pasca diambil alih oleh Geely pun, Volvo masih punya gerak-gerik yang tak lazim. Mobil-mobil Jerman macam Mercedes Benz, BMW dan Audi tidak punya batasan dalam membuat mesin. Mau bikin mesin 3 silinder atau 6, 8, 10 bahkan 12 silinder pun ayo saja. Lain Jerman, lain Swedia, di mana Volvo sudah berkomitmen untuk tidak membuat mesin mobil dengan jumlah piston lebih dari 4. Ya, paling banyak 4 silinder, tak ada 5, 6, 8 atau malah 10 silinder.
Mengapa demikian? Menurut CEO Volvo, Hakan Samuelsson, alasan utamanya adalah efisiensi.”Persoalannya memang soal konsumsi BBM, di mana mesin kecil umumnya lebih efisien. Namun yang lebih mendasar adalah efisiensi biaya pembuatan mesin. Biarpun kami dapat mesin dari merek lain, seperti saat kami dapat mesin Ford dulu, memasang mesin ke mobil itu adalah PR yang berat, terutama soal pemasangan pipa-pipa dan perkabelannya,” jelasnya.
Keputusan untuk hanya memproduksi mesin 4 silinder cukup menjelaskan program Versatile Engine Architecture (VEA) milik Volvo. Ini sama seperti programnya Subaru Global Platform (SGP) atau Toyota New Global Architecture (TNGA), yakni satu basis untuk semua mobil. Berkat adanya VEA ini, tingkat kerumitan dalam membuat mobil – terutama saat mencocokannya dengan mesin – sudah berkurang drastis. Inilah keuntungan kebijakan “satu untuk semua”.
“Dulu, Volvo punya 8 mesin yang beda, bedanya sampai ke perkabelan alias wiring harnesses, tidak sama antara satu Volvo dengan Volvo yang lain, itu sangat kompleks dan susah menyelaraskan semua mesin. Sekarang, mesin 4 silinder kami bisa dipasang secara modular dan cara pemasangannya relatif sama untuk semua model, jadi lebih modular dan positif buat kami,” tambah beliau.
Positif buat Volvo, tapi apa positif buat konsumen juga? “Saya rasa iya, lihat saja Volvo XC90 baru kami. Dengan meraih penghargaan Truck of The Year di Amerika Serikat, saya pikir itu tandanya bahwa kita sedang berjalan di rute yang benar,” jawabnya. Oh ya, ngomong-ngomong Volvo, harusnya Volvo debut lagi lho di Indonesia saat IIMS kemarin, tapi kok tidak jadi? Ada yang tahu mengapa kira-kira? Mari berkomentar!
Read Next: Volkswagen Sedang Persiapkan VW UP! GTI