AutonetMagz.com – Membuat mobil adalah satu proses panjang yang harus melibatkan banyak aspek demi mencapai target yang diinginkan, tergantung mobil apa yang dibuat. Biasanya untuk mobil-mobil sport atau sejenisnya, pabrikan akan menghitung banyak aspek yang tidak bakal kepikiran oleh insinyur yang mendesain minibus atau SUV. Aspek tersebut misalnya adalah posisi mesin, penggerak, distribusi bobot dan titik berat mobil.
Titik berat (atau Center of Gravity dalam bahasa Inggris) adalah titik di mana seluruh bobot mobil terpusat dalam satu titik temu. Mobil yang biasa kita lihat di jalanan punya banyak komponen berat, misalnya blok mesin, piston, aki, girboks, gardan, transfer case (buat mobil 4WD) dan masih banyak lagi. Nah, komponen berat-berat itu tersebar di seluruh bagian mobil, jadi tentu ada “titik temu” di mana semua komponen berat itu bertumpu saat dipasang. “Titik temu” itulah titik berat mobil.
Skema di atas menggambarkan sumbu-sumbu yang bisa ditarik dan cukup mengilustrasikan bagaimana menentukan posisi titik berat. Kami tak akan menyampaikan bagaimana menghitung titik berat, karena itu cukup rumit. Akan tetapi, kami bisa menyampaikan apa saja efek titik berat yang baik dan faktor apa saja yang bisa memperbagus dan memperburuk titik berat. Mungkin beberapa sudah tahu, tapi tidak apa-apa kan sebagai pengingat kecil?
Titik berat yang bagus adalah yang rendah dan berada di tengah mobil. Semakin rendah, semakin tengah, semakin bagus. Semakin rendah titik berat mobil, efeknya akan sangat terasa kala mobil ditekuk di belokan atau bermanuver. Mobil dengan titik berat yang rendah akan lebih stabil dan minim gejala limbung, sehingga terasa lebih mudah dikendalikan. Perpindahan berat saat berbelok dan mengerem juga makin minim dan mudah dibaca, sehingga mobil sangat mudah dikenali oleh pengendaranya.
Secara tak langsung, mobil dengan titik berat rendah juga menolong aspek keselamatan. Andaikan kita bermanuver mendadak, kadang kita suka takut akan bahaya terguling bukan? Nah, di sinilah titik rendah berperan, sebab semakin rendah titik berat mobil, semakin minim potensi terguling (Ingat, minim, bukan tidak ada). Mau contoh? Coba anda minta tolong 2 teman anda, suruh yang satu jongkok dan yang satu jinjit lalu anda dorong sedikit. Pasti lebih mudah menggoyahkan keseimbangan teman anda yang jinjit kan daripada yang jongkok?
Lalu, bagaimana cara menggodok mobil dengan titik berat yang bagus? Pertama, usahakan semua komponen yang beratnya dominan berada di dalam wheelbase alias sumbu roda. Jika ada komponen berat yang menggantung jauh di depan roda depan atau di belakang roda belakang, itu bisa memperbesar potensi understeer atau oversteer. Intinya adalah, usahakan semua yang berat-berat terpusat di tengah, karena itu membantu stabilitas dan posisi titik berat yang bagus.
Konfigurasi mesin juga berpengaruh ke titik berat. Mesin boxer atau flat biasanya punya titik berat rendah dibanding mesin V dan inline, karena posisi pistonnya tidur, bukan miring atau berdiri. Posisi penempatan mesin juga demikian, di mana mobil dengan mesin tengah punya keuntungan besar dalam menjaga titik berat ideal dibandingkan mesin yang posisinya di depan atau belakang, karena ya itu tadi, posisi mesin yang berat berada di dalam sumbu roda.
Lalu, apa yang bisa memperburuk titik berat? Penambahan fitur, semisal atap kaca seperti sunroof atau panoramic roof adalah contoh paling mudah. Kenapa bisa demikian? Ingat, untuk memasang sunroof atau panoramic roof, pabrikan perlu memasang beberapa komponen elektronik lagi dan sedikit memperkuat bagian atapnya.
Penggunaan jenis pintu gullwing seperti Mercedes SLS AMG atau falcon door-nya Tesla Model X juga sebenarnya bisa memperburuk titik berat, karena engsel dan semua mekanisme bukaan pintu mobil ada di atap, bukan di samping bodi mobil. Desain mobil juga berpengaruh. Mobil dengan ground clearance tinggi, bodi besar dan atap tinggi biasanya titik beratnya akan lebih buruk daripada mobil ceper berbodi kecil dan atap rendah.
Misalnya, mobil seperti Mercedes-AMG GT R dan Ferrari 812 Superfast sengaja memasang mesin mereka persis di belakang as roda depan. Tujuannya ya itu tadi, supaya mesin yang berat itu bisa duduk di dalam sumbu roda, di dalam tempat yang bagus. Porsche 911 mesinnya ada di belakang, namun bisa punya handling yang bagus berkat akal-akalan geometri, suspensi dan sasis. Lexus LFA sengaja menaruh tangki air wipernya di dekat tangki bensin, supaya semua yang berat-berat ada di dalam sumbu roda.
Namun yang biasanya punya benefit paling besar dalam meraih titik berat rendah adalah mobil listrik. Mobil seperti Tesla Model X dan Rimac C_Two punya segelondong baterai yang besar dan berat duduk manis di antara roda depan dan belakang, dan itu sudah posisi yang bagus. Karena biasanya di bagian depan dan belakang mobil listrik (misalnya Tesla Model S) itu adalah ruang kosong untuk bagasi, tidak ada lagi yang menggantung di depan as roda depan atau di belakang as roda belakang.
Jika ada yang bilang titik berat SUV biasanya tidak bagus, itu tidak sepenuhnya salah karena SUV biasanya besar dan jangkung, namun Tesla Model X bisa bagus karena dia punya baterai yang posisinya di tengah dan itu bagus. Perlu diingat, semua faktor yang sudah disebut tadi memang berperan dalam memperbagus atau memperburuk titik berat, namun tidak semua mutlak. Apa lagi yang ingin kamu ketahui? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: Goodyear Certified Tire Adjuster, Demi Klaim Garansi Lebih Nyaman