AutonetMagz – Tahun 1991 adalah tahun yang sangat bersejarah. Bagi dunia politik, di tahun tersebut sistem politik apartheid dihapuskan, di dunia hiburan, Nirvana meluncurkan album Nevermind yang menjadi salah satu album musik rock terbaik di dunia. Di dunia teknologi, Gopher diperkenalkan sebagai sistem antar muka paling bersahabat, jika tidak ada Gopher, mungkin tampilan internet kita akan terlihat seperti sistem operasi DOS sampai sekarang.
Lantas bagaimana dengan dunia otomotif? Awalnya kami pikir di tahun 1991 tidak ada hal bersejarah bagi dunia otomotif selain tahun kelahiran penulis yang merevolusi media otomotif di Tanah Air. Ternyata skandal Fuel Eficiency Gate yang dilakukan oleh Mitsubishi tercatat sudah dilakukan sejak tahun tersebut dan baru diketahui publik di tahun 2016 ini.
Selama 25 tahun, Mitsubishi rupanya sudah melakukan kecurangan dalam pelaporan hasil data konsumsi BBM kepada Land & Transport Authority Jepang dan kepada konsumennya dengan memberikan hasil konsumsi bahan bakar yang tidak sesuai standar tes dari badan tersebut. Hal tersebut diperoleh dari hasil investigasi yang telah dilakukan.
Meskipun sudah diketahui kapan Mitsubishi mulai melakukan kecurangan tersebut, Mitsubishi-pun masih belum mengetahui hingga saat ini berapa kendaraan yang tercatat memiliki hasil data konsumsi BBM yang dicurangi, pasalnya dalam kurun waktu 25 tahun, banyak sekali model-model kendaraan yang diluncurkan oleh Mitsubishi. Sementara ini, hanya 4 buah model saja yang terdiri dari Mitsubishi EK, EK Wagon dan Nissan Days, Days Roox.
Dari ke-empat model tersebut, deviasi hasil pengujian bahan bakar yang dicurangi sebenarnya juga tidak terlalu jauh dengan hasil yang dilakukan oleh Nissan selaku pelapor atas kejadian ini. Mitsubishi mengclaim bahwa mobil mereka memiliki konsumsi bahan bakar sebesar 29.2 kilometer perliter, sedangkan hasil pengujian yang benar seharusnya 26.4 kilometer perliter atau berbeda 2.8 kilometer per liter dari hasil yang dilaporkan.
Hasil capaian 26.4 kilometer perliter sebenarnya bukan hasil yang buruk, karena masih ada Kei Car yang memiliki konsumsi bahan bakar lebih buruk lagi, hanya saja kecurangan Mitsubishi yang memberikan hasil terlampau irit berpotensi merugikan konsumen dan negara mengingat bahan bakar minyak merupakan sumber daya alam yang bisa habis. Tercatat, Kei Car paling hemat BBM saat ini adalah Suzuki Alto yang bisa menembus 30.4 kilometer perliter, tidak berbeda jauh dengan claim Mitsubishi Ek yang dimanipulasi bukan?
Selain Mitsubishi, sebenarnya ada kemungkinan pabrikan lain juga melakukan kecurangan, karena Pemerintah Jepang menyerahkan pengujian tes bahan bakar kepada pabrikan, bukan badan atau instansi yang ditunjuk oleh pemerintah. Hal ini juga menjadi PR bagi Pemerintah Jepang untuk menerapkan pengujian konsumsi BBM berdasarkan metode JC08 yang harus dikawal lebih ketat lagi.
Lantas bagaimana dampaknya terhadap Mitsubishi? Bisa dibilang Mitsubishi sangat terpojok dan benar-benar kehilangan kepercayaan investor. Pada tanggal 19 April 2016 kemarin, Harga saham MMC berada di angka 864 JPY, ketika berita skandal ini terbit, saham MMC langsung terjun bebas dan hari ini (27 April 2016), harga saham MMC hanya 442 JPY saja. Hanya dalam kurun waktu satu minggu, harga saham MMC tinggal 51% saja.
Tidak sampai disitu, Mitsubishi juga akan menghadapi denda yang sangat besar dari Pemerintah Jepang dan harus melakukan ganti rugi kepada konsumen di kemudian hari. Ditambah, jika unit-unit kendaraan lain ternyata terbukti melaporkan data konsumsi BBM yang curang, Mitsubishi akan menghadapi masalah-masalah baru yang tidak kalah beratnya.
Kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh brand-brand besar seperti Mitsubishi sebenarnya juga terjadi pada brand-brand besar seperti VW dengan Emission Gatenya dan mungkin yang paling parah adalah Honda yang bekerjasama dengan Takata untuk menutupi kasus airbag mematikan dari tahun 2006 dan akhirnya baru terbongkar beberapat tahun kemudian. Uniknya, kasus ini justru tidak membuat Honda goyah meskipun telah menelan 7 korban jiwa.
Bagaimana dengan Indonesia? Karena Mitsubishi hanya mencurangi metode test JC08 yang ditetapkan oleh Pemerintah Jepang untuk menguji konsumsi bahan bakar, sepertinya jika kecurangan tersebut juga berlaku pada model yang dijual di Indonesia seharusnya tidak ada pengaruhnya, karena di Indonesia tidak ada standar baku yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam mengukur tes konsumsi bahan bakar seperti di Jepang. Apalagi kecurangan yang dilakukan oleh Mitsubishi ini tidak ada berdampak pada keselamatan atau malfungsi dari komponen kendaraan. Semoga saja ini tidak membuat Mitsubishi mengalami kemunduran, melainkan menjadi tamparan bagi Mitsubishi untuk kembali bangkit dan mengembalikan kejayaan mereka di tahun 90an.
Read Next: First Impression Review Hyundai H-1 Facelift 2016 Indonesia