AutonetMagz.com – Beberapa dari kita mungkin tak asing dengan perangkat turbo atau mungkin supercharger. Teknologi induksi paksa ini mulai jamak digunakan oleh beberapa pabrikan seperti Ford, VW, BMW bahkan Honda. Padahal, dulu turbo sangat minim digunakan oleh pabrikan, terutama di awal tahun 2000-an. Apa penyebabnya?
Rupanya penyebabnya ada di awal pertengahan tahun 1980-an, dimana aplikasi turbo sudah dipakai di mobil-mobil kencang, seperti Mazda RX7 FC3S atau Toyota Supra JZA70. Saat itu, mesin dengan induksi paksa identik dengan mobil kencang, dan konsekuensi mobil kencang adalah borosnya bahan bakar dan buruknya emisi, lagipula waktu itu belum banyak pengembangan mesin turbo sehingga tak banyak pabrikan yang berani mengaplikasikannya untuk mobil seperti MPV, SUV dan compact hatchback.
Semakin berubahnya jaman, tuntutan akan mesin kecil namun bertenaga, irit dan ramah lingkungan tak bisa dibendung lagi, sehingga pabrikan harus mengembangkan teknologi mesinnya dengan cara apapun, termasuk aplikasi turbo. Penggunaan turbo untuk mobil penumpang mulai dilirik sejak munculnya turbo di mesin diesel, yang terbukti mampu meningkatkan tenaga, memperirit konsumsi BBM dan mengurangi kadar emisi secara signifikan. Akhirnya, teknologi turbo untuk mesin bensin mulai dikembangkan untuk tujuan efisiensi.
Hasilnya bisa kita lihat sekarang, banyak sekali mobil yang menggunakan mesin turbo sebagai andalannya, seperti Ford Fiesta EcoBoost, VW Golf TSI, Proton Exora, dan Mercedes-Benz CLA 200. Varian mobil kencang pun mulai beralih ke mesin turbo, seperti Honda Civic Type R dan BMW M3 yang sejak pertama kali muncul selalu teguh dengan mesin Naturally Aspirated yang digendongnya. Bahkan mesin seperti VW TSI dan Ford EcoBoost mampu meraih penghargaan Engine of the Year berkali-kali dengan performa, keiritan BBM dan emisi yang terbaik di seluruh dunia, mengungguli mesin-mesin tanpa turbo. Bagaimana, tertarik untuk memiliki mobil berturbo?
Read Next: Harga Isuzu MU-X 410 Jutaan, Sudah Bisa Pre-Order Dari Sekarang!
