AutonetMagz.com – Meski Mazda Biante menjadi Mazda terlaris kedua selama IIMS 2018 kemarin, kami takkan lupa kalau MPV roti tawar berpintu geser dari Mazda ini sejatinya sudah stop produksi. Alhasil, Toyota Voxy bisa melenggang bebas tanpa saingan berarti meski ancaman dari Nissan Serena C27 2018 sudah mulai terendus melalui spyshot. Tapi sebenarnya kenapa sih Mazda tidak mau meneruskan kiprah Mazda Biante?
Kami menanyakan itu pada saat kami berkunjung ke markas Mazda di Jepang, dan Mazda bersedia menjawab pertanyaan kami. Menurut Mazda, ada 2 alasan mendasar kenapa mereka terpaksa menyuntik mati Biante. Alasan pertama adalah mereka kesulitan menerjemahkan bahasa desain Kodo – khususnya Kodo 2.0 seperti CX-5 baru – ke dalam sebuah MPV roti tawar berpintu geser. Kalau dipaksakan, dikhawatirkan Biante bakal berbentuk sangat aneh.
Meski soal desain tidak bisa benar-benar dipukul rata, Mazda Biante sendiri memang punya desain bodi yang nyentrik di kelasnya. Pola pikir konsumen MPV roti tawar sudah keburu memandang Toyota Voxy sebagai benchmark MPV roti tawar berpintu geser, karena bentuknya elegan dan mewah seperti Vellfire junior. Nissan juga tak kalah pintar, sebab Serena baru juga enak dilihat dan terkesan elegan.
Setali tiga uang dengan Mitsubishi Delica, Mazda memutuskan mendesain Biante dengan gaya mereka masing-masing. Baik Delica maupun Biante memang tak begitu mudah diterima selera umum meski mereka sudah berusaha untuk tampil beda dan dipandang sebagai alternatif yang menarik. Alasan kedua mengapa Mazda merasa cukup dengan Biante adalah filosofi “Jinba Ittai” yang tidak cocok dengan konsep sebuah MPV besar.
Filosofi “Jinba Ittai” sendiri adalah rasa yang ingin digambarkan Mazda saat mobil dan pengendaranya menjadi satu kesatuan yang saling bersinergi dalam menciptakan semesta berkendara yang energetik dan mengasyikkan. Untuk itu, Mazda memerlukan suspensi yang lebih kaku dan setir yang lebih responsif. Kalau di mobil-mobil kecil seperti Mazda 2, Mazda 3, Mazda CX-3, Mazda CX-4 dan Mazda MX-5, resep seperti itu masih cocok dan ampuh.
Beralih ke mobil yang lebih besar seperti Mazda 6 sedan atau estate hingga Mazda CX-5 pun filosofinya masih cocok dan bisa membentuk karakter Mazda. Namun untuk sebuah mobil keluarga, paham “Jinba Ittai” tidak bisa sembarangan dimasukkan karena dikhawatirkan tidak cocok dengan tujuan awal sebuah MPV atau mobil keluarga. Mobil keluarga yang baik biasanya memprioritaskan kabin yang nyaman, bantingan yang lembut, kepraktisan, fleksibilitas dan akomodasi yang mumpuni. Itu semua adalah faktor wajib atau “Must have” dari sebuah MPV.
Itu adalah beberapa aspek penting yang harus dimiliki sebuah MPV, sementara jika sebuah MPV punya performa gahar, setir responsif, pengendalian yang cekatan hingga rasa fun to drive, semua itu tak lebih dari sekedar bonus atau pelengkap belaka, alias faktor yang dianggap “Good to have”. Anggap saja kalau kita beli powerbank, sebuah powerbank yang baik harus punya daya yang besar dan bisa mengisi daya HP kita dengan cepat dan awet kan? Itu faktor wajibnya, tapi toh kalau nantinya powerbank-nya bisa jadi senter, itu hanya faktor pelengkap saja, bukan faktor wajib.
Jika Mazda memaksakan membuat sebuah MPV dengan paham “Jinba Ittai”, mereka mungkin harus memasang suspensi yang kaku. Karakteristik yang demikian kurang pas dengan makna sebuah mobil keluarga. Memangnya mana ada keluarga yang mau jalan-jalan dengan MPV yang bantingannya keras? Yang ada penumpang baris kedua dan ketiga bisa mual-mual sepanjang perjalanan, apalagi kalau lewat jalan yang rusaknya minta ampun.
Ibarat buah simalakama, Mazda tidak punya banyak pilihan. Jika bikin MPV yang fun to drive tapi bantingannya tidak sehalus rival, mereka takkan bisa meraih penjualan yang gemilang karena nilai pokok MPV tidak terpenuhi. Sebaliknya, jika bikin MPV yang lembut dan setir yang lebih rileks, orang yang sudah khatam dengan Mazda akan heran dengan MPV tersebut dan bilang,”Kok mobil ini nggak Mazda banget ya?” sehingga dicap sebagai produk yang kurang Mazda atau malah dianggap bukan Mazda. Maka dari itu, mereka lebih memilih menghentikan produksi Biante. Apa opinimu? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: Hyundai Tucson 2019, Pertama dengan Teknologi Diesel Mild Hybrid