AutonetMagz.com – Bagi kalian yang mengikuti pemberitaan ini, sebelumnya ada beberapa kabar yang menyebutkan bahwa pihak Suzuki, Mazda dan Yamah telah tertangkap tangan melakukan pemalsuan ataupun tindakan curang pada data konsumsi BBM dan uji emisi produk – produk mereka. Suzuki menjadi salah satu yang terbanyak, dan seketika itu juga Presiden Suzuki langsung meminta maaf di hadapan publik. Namun bagaimana dengan Mazda? 72 mobil dari 1.800-an mobil? Terasa aneh? Yap, benar. Karena pihak Mazda sendiri akhirnya mengklarifikasi bahwa mereka sejatinya tak mencurangi data tersebut, yuk kita bahas.
Sebelumnya kami mengutip dari pemberitaan via Nikkei Asian Review yang menyebutkan bahwa pihak Suzuki dan Mazda serta Yamaha melakukan kecurangan pada data. Namun mengutip dari klarifikasi Mazda via Carlist, pihak Mazda sendiri menjelaskan bahwa kesalahan pada data tes tersebut bukanlah sebuah hal yang disengaja, melainkan karena adanya error yang dikenal oleh para engineers sebagai Speed Trace Error. What? Istilah apa lagi itu? Jadi, dalam pengujian konsumsi BBM dan Tingkat Emisi Gas buang di dalam laboratorium, semua kendaraan yang menjalani tes berjalan di jalan yang sudah disimulasikan, yaitu menggunakan roda di bawah ban mobil, semacam mesin dyno. Penggunaan metode ini sendiri sudah sesuai dengan standar yang diberikan, dan tak menyalahi aturan yang berlaku.
Namun walaupun pengujian ini menggunakan alat, tetap saja ada manusia yang dilibatkan dalam pengujian ini. Tugas orang tersebut adalah melakukan akselerasi, deselerasi, dan juga menjaga kecepatan mobil di dalam rentang waktu tertentu, sesuai dengan standar dan prosedur. Nah, bagi kalian yang concern dalam hal studi dan penelitian, pasti kalian tahu bahwa akan ada deviasi yang disebabkan oleh si pengemudi ini saat akan mencocokan kecepatan yang menjadi targetnya di monitor. Nah, jika kondisi ini terjadi, maka inilah yang dinamakan dengan Speed trace Errors. Lalu, jikalau hal ini wajar, mengapa sampai menyeret nama Mazda? Hingga pihak Mazda harus melakukan klarifikasi. Jadi, masalahnya ada di komputer yang harusnya mencatat setiap deviasi ini. Yap, sistem di komputer yang terhubung pada media pengujian ini seharusnya menandari setiap deviasi yang terjadi.
Deviasi atau simpangan yang di luar batas yang bisa diterima tersebut ditandai, namun pada kasus yang menimpa 72 unit mobil dari Mazda tersebut malah tidak. Dan jika dihitung dari prosentasenya, 72 mobil dari 1.875 mobil sendiri merujuk pada angka 3,8% yang berarti kondisi ini lebih condong pada kesalahan pada prosedur pengujian dibandingkan tindakan kecurangan. Pihak Mazda sendiri juga menunjukkan bahwa dari 1.875 unit mobil yang diuji tersebut, 403 unit diantaranya diuji dengan standar WLTC (Worldwide harmonized Light vehicles Test Cycles) yang juga kita kenal dengan nama WLTP, dan menariknya, tak ada error ataupun kesalahan sama sekali diantara 403 unit mobil tersebut. Mazda sendiri adalah pabrikan asal Jepang pertama yang sudah mendapatkan sertifikasi WLTP, padahal sertifikasi tersebut sudah banyak memakan korban dari pabrikan Eropa karena ketatnya standar yang diusung.
Nah, kesimpulannya adalah pihak Mazda sendiri memang memahami dan meminta maaf karena adanya kesalahan, namun mereka sendiri memang membuktikan bahwa kesalahan ini hanya pada prosedur saja, bukan upaya kecurangan. Jadi, pihak Mazda sendiri bebas dari urusan kecurangan yang melibatkan banyak kompatriotnya asal Jepang. Jadi, kalau menurut kalian bagaimana?
Read Next: FGD GIIAS 2018 : Bersama Membangun SDM Industri Indonesia