AutonetMagz.com – Jika anda pernah mendengar ada yang berkata,”Mobil baru sekarang sudah seperti komputer berjalan,” mungkin ada benarnya juga. Kita sudah pergi jauh meninggalkan karburator dan jendela putar hingga sampai di jaman injeksi bahan bakar elektronik dan power window. Sudah hal lumrah kalau teknologi yang dulu mahal dan hanya bisa dinikmati orang berduit, semakin hari bisa semakin murah dan dinikmati siapa saja, termasuk teknologi elektronik.
Laporan dari Deloitte menuturkan bahwa komponen elektronik kini sudah mendominasi sebuah mobil. Dulu di tahun 2004, hanya 25 persen mobil yang punya airbags dan kurang dari 50 persen mobil punya jok elektrik. Lebih lanjut, jumlah mobil yang punya stability control, airbag samping, sensor parkir belakang, pemantau tekanan ban dan blind spot monitoring pada 2004 tak sampai 20 persen di dunia. Pada 2017, angka itu melonjak jadi 70 persen. Wow.
Singkatnya, mobil baru sekarang fitur berbasis elektroniknya banyak. Tidak susah kok mencari contohnya, sekarang mobil China macam Wuling dan DFSK bisa memberi kita kecerdasan buatan yang bisa melakukan beberapa hal, fitur yang 2 tahun lalu masih angan-angan untuk konsumen mobil di harga 300-400 jutaan. Jangan lupa, semua fitur tadi berbasis elektronik, dan itu membawa kita kembali ke topik kali ini : Mobil modern punya banyak komponen elektronik.
Komponen elektronik di mobil modern memiliki macam-macam kegunaan. Fitur keselamatan seperti stability control, adaptive cruise control, lane keep assist, autonomous braking, semuanya pakai elektronik. Untuk kenyamanan macam sistem infotainment dengan kecerdasan buatan, sound system dengan speaker sebanyak jumlah jari manusia, kamera parkir, smart entry, start-stop engine button, sistem parkir otomatis hingga autopilot, semuanya perlu tenaga elektronik.
Bahkan sampai teknologi penghemat BBM pun elektronik, mulai dari yang sederhana dari injeksi bahan bakar elektronik, sistem cylinder deactivation, auto start-stop saat macet, bahkan hingga teknologi hybrid seperti EQ Boost di Mercedes-Benz dan turbo elektrik di Audi semuanya pakai elektronik. Mobil listrik macam Tesla dan Porsche Taycan? Jangan ditanya. Sumber tenaganya saja pakai listrik kok.
Menurut catatan Deloitte, pada tahun 2000 jumlah komponen elektronik di mobil hanya 18 persen. Tahun 2020, angka itu melonjak jadi 40 persen dan bisa naik lagi jadi 45 persen di tahun 2030. Kebanyakan elektronik memang berperan menunjang keselamatan dan kenyamanan, dan faktanya memang mobil baru lebih aman saat terjadi insiden daripada mobil lama. Tentu saja dengan catatan fitur keselamatan mobil barunya memadai, mulai dari crumple zone, impact beam, ABS, airbags dan lain-lain.
Jika nanti mobil baru semakin banyak mengandalkan teknologi autopilot di mana mobil bisa berjalan sendiri, akan makin banyak komponen elektronik yang dipakai dan bisa meningkatkan biaya elektronika yang terkandung dalam biaya produksi suatu mobil. Apa opinimu mengenai porsi komponen elektronik yang mencapai 40 persen di mobil modern? Sampaikan opinimu di kolom komentar!
Read Next: Generasi Terbaru Hyundai H1 Terjepret, Lebih Bongsor