AutonetMagz.com – Belakangan jika anda rajin memperhatikan pergerakan nilai tukar uang, Dollar belakangan ini semakin menguat. Transaksi jual beli mobil pun tak semeriah tahun lalu, seiring dengan naiknya pajak impor. Tidak, kami tidak mau ikut-ikutan menyalahkan presiden tanpa berbuat sesuatu untuk menyelamatkan mata uang kita, tapi kami ingin memperlihatkan apa yang terjadi pada harga mobil-mobil baru yang dijual Indonesia akibat hal-hal yang kami sebut di awal tadi.
Kami sudah sering memberitakan kenaikan harga mobil Jepang, mungkin sekarang saatnya kami melihat apa yang terjadi dengan merek Korea, alias Hyundai dan KIA. Yang kami highlight pertama adalah KIA, karena berdasarkan price list yang terpampang di website mereka hari ini, ada beberapa poin yang mencolok. Harga KIA Picanto Platinum misalnya, city car yang sudah di-facelift ini ternyata sudah tembus 200 jutaan. Wow, padahal dulu waktu muncul harganya sekitar 187 jutaan.
Selain Rio, perubahan signifikan lainnya ada di Rio Platinum. Saat peluncuran, KIA mengumumkan kalau harga hatchback pesaing Jazz, Yaris, Swift dkk. Ini ada di angka 242 juta Rupiah, namun hari ini angka tersebut melambung jadi 260 juta Rupiah. Jika diambil rata-rata dari semua model, persentase kenaikan harganya sekitar 8 persen dari harga semua model KIA sebelum kenaikan.
Beralih ke saudara sebangsa dan setanah airnya KIA, yakni Hyundai. Di price list yang tertera di situs Hyundai Indonesia, perubahan yang dialami Hyundai rupanya tidak se-spartan saudaranya. Harga saudara sepupu Picanto, yakni Hyundai Grand i10 masih bertahan di bawah 200 jutaan. Grand Avega pun harganya masih di ambang batas kewajaran untuk hatchback Korea, masih di bawah 250 jutaan. Mobil-mobil seperti H-1, Tucson, Santa Fe dan lain-lain pun cenderung aman meski ada sedikit perubahan harga.
Alasan kenaikan harga yang mencolok di KIA bisa jadi dikarenakan nyaris semua mobilnya berstatus CBU Korea. Karena masih impor, mereka terbentur pajak impor yang dinaikkan sehingga mau tak mau harga pun mengalami penyesuaian (baca : jadi makin mahal). Sementara Hyundai, mereka masih cenderung aman karena beberapa model jualan mereka berstatus semi-CKD, rakitan Pondok Ungu, Bekasi.
Solusi paling rasional? Tentu saja pembangunan pabrik untuk men-CKD model-model KIA. Banyak yang mendukung usulan itu, khususnya konsumen KIA dan beberapa pembaca kami. Sayangnya, mendirikan pabrik di sini tidak segampang minta diskon plus bonus ke SPG/SPB. Masalahnya, ada volume penjualan yang harus terpenuhi dulu sebelum memutuskan untuk mendirikan pabrik di Indonesia. Selama target penjualan belum terpenuhi, jangan harap deh ada pabrik perakitan KIA di Indonesia dalam waktu dekat.
Rupanya bukan hanya mobil-mobil premium saja yang kena efek pajak impor serta meroketnya kurs ya, mobil-mobil yang non-premium mau tidak mau juga kena dampak buruknya. Apa komentarmu mengenai kenaikan harga mobil Korea ini, dan apa usulmu untuk menstabilkan kembali harga-harga mobil di Indonesia? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: Ini Nih Sosok Fiat 124 Spider Kembaran Mazda MX-5, Bagaimana Menurutmu?