AutonetMagz.com – Beberapa waktu lalu, dunia roda empat cukup dikejutkan dengan keberanian Renault membawa jagoan kecilnya, Kwid. Kwid hadir tanpa terdaftar dalam program LCGC, namun memiliki harga jual yang cukup bersaing. Harga senilai 117 juta sudah bisa menebus mobil Eropa buatan India ini, namun apakah harga saja cukup untuk bersaing dengan lawan di kelas LCGC?
Jawabannya tidak. Memang secara harga, dan juga tampang, Kwid boleh diadu, namun masalah penjualan, Kwid masih jauh dibanding lawannya yang ada dikelas LCGC. Total sejak awal tahun lalu, Kwid yang berhasil dilepas di Indonesia sebanyak 19 unit saja. Rinciannya adalah 14 unit di bulan januari, dan sisanya 5 unit di bulan februari lalu.
Tentu angka ini berbanding terbalik dengan habitat asli Kwid, di India. India mampu membukukan 130.000 penjualan Kwid, dan bahkan baru – baru ini Renault India meluncurkan salah satu versi dress up untuk Kwid, yaitu Kwid Climber. Dengan desain ala – ala crossover, diharapkan Kwid Climber mampu lebih banyak menggerus pasar di India. Tapi di Indonesia? Hmmm, mungkin kita terlalu cepat menilai ya, masih sangat layak dilihat eksistensi city car ini beberapa bulan ke depan.
Lalu, mengapa mobil kecil ini sepi peminat? Ada beberapa hal yang mngkin perlu di crmati oleh Renault Indonesia di bawah PT Auto Euro Indonesia (AEI). Pertama memang terkait citra merek, itu adalah budaya masyarakat Indonesia. Citra merk Renault yang sempat vakum di Indonesia menjadi salah satu ganjalan, termasuk kurangnya kepercayaan calon konsumen terhadap 3S dari merk ini. Namun, Renault pun berbenah, dengan kompatriotnya, Nissan, Renault membenahi masalah 3S dengan mengkondisikan bengkel Nissan sehingga mau dan mampu menerima produk Renault.
Lalu problem terkait transmsi pun juga turut menghantui. Kwid hanya dibekali transmisi manual saja, bukan masalah memang bagi anda yang terbiasa menginjak kopling. Namun jadi masalah jika pesaingnya sudah menawarkan transmisi otomatis. Tentu tawaran untuk mengistirahatkan kaki kiri adalah tawaran yang cukup menarik, terlebih jika penggunannya berada di kota besar yang sarat macet.
Terkait transmisi, ada selentingan bahwa PT AEI akan memasukkan transmisi otomatis guna bersaing dengan pesaing lainnya di kelas LCGC, dan kemungkinan tak akan melewati tahun ini. Jadi, dinamika pasar Indonesia, harga murah tak menjamin akan laku bak kacang goreng. Citra merk, kualitas 3S, serta ketersediaan varian dan fitur tentu cukup menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan. Mampukah Kwid bertahan dengan segala kemampuannya? Sampaikan komentarmu ya kawan.