AutonetMagz.com – Kalau mau melihat ke luar sana, sebenarnya serbuan mobil China tidak hanya ada di Indonesia saja dengan adanya Wuling dan DFSK, tapi di seluruh dunia juga. Coba lihat film Transformers : The Last Knight yang menampilkan mobil konsep asal China bernama LeEco LeSEE Pro yang dianggap pantas untuk bersanding dengan McLaren 570S, Aston Martin DB11, Chevrolet Camaro, Ford Mustang dan Lamborghini Centenario. Mobil China memang, tapi mobilnya keren kan?
Kembali ke tanah air beta, di sini sepertinya lambat laun kita akan mengenal lebih banyak lagi merek China di sini. Terbang ke daerah Batam, kita akan berkenalan dengan Haval H1. Dia adalah sebuah crossover kecil asal China yang kami baru tahu juga karena dikabari oleh pembaca setia kami. Berkat informasi darinya, kami bisa jauh meneliti mobil ini lebih dalam. Tipe yang terfoto olehnya ini adalah Haval H1 Comfort, varian termurah dengan harga kisaran 190 jutaan.
Jadi, apa saja yang kita dapat andai kita berani keluar uang 190 jutaan untuk si Haval H1 2018 ini? Simak penelusurannya dalam first impression review berikut ini!
Eksterior
Sejujurnya, desain eksterior si Haval H1 ini terbilang oke buat dilihat. Tidak wagu, dan kami suka dengan beberapa detail ala SUV seperti panel silver di bumper depan yang kelihatannya seperti protector buat bumper depan. Lis chrome di lampu kabutnya pun juga bagus, tidak lebay atau pun norak. Baru deh kalau kita lihat lampu depan, kita langsung ingat kembali kalau ini varian termurah. Hanya ada lampu diamond cut dengan bohlam halogen buat lampu depan dan lampu sein.
Baca juga : Ada dealer Importir Umum jualan Haval di Batam
Projector lens? LED DRL? Buat varian ini, mending jangan harap deh. Grilnya terdiri atas 2 bilah chrome di mana chrome bagian atas ditempel tulisan “HAVAL”. Jujur saja, kami berharap Haval punya logo lain yang lebih bonafide dan wah buat ditempel di mobil ini, sebab tulisan “HAVAL” yang ada sekarang tidak menonjolkan kesan mahal. Tempelan chrome di kap mesin itu pun kami rasa tidak perlu, malah bikin norak. Kalau keukeuh mau diberi tempelan, warna hitam bakal lebih cocok.
Pelek 16 inci milik Haval H1 punya desain yang sederhana, tapi ia dibungkus ban Continental ContiComfortContact CC5 profil tebal, yakni 205/60 R15. Ban tebal yang dipadukan dengan body kit hitam dan ground clearance tinggi bisa bikin mobil kecil ini terlihat sedikit gagah. Sudah ada lampu sein di spion dan handle pintunya sudah chrome, tapi tidak ada smart entry atau tombol start/stop engine, yang ada hanyalah kunci lipat alias flip key biasa.
Adalah hal bagus kala di varian terbawah si Haval H1 ini kehadiran roof rail sudah bisa dinikmati. Selain untuk mengangkat penampilannya, fungsi roof rail ini bakal terasa kala perlu bawa barang banyak. Nah, mulai dari samping sini, baru kami merasa kalau Haval H1 ini agak mirip dengan Toyota ist, khususnya separuh bagian belakangnya. Entah apa maksud Haval untuk memasangkan door sill bawaannya di posisi yang tidak terlindung pintu. Bakal jadi PR nih buat membersihkannya.
Poin plus bagi Haval H1 adalah rem cakram di keempat rodanya, sudah lengkap pula dengan ABS, EBD dan hill start assist. Kembali lagi, tidak ada yang bisa diharapkan dari lampu remnya yang masih bohlam biasa, bukan LED. Bumper belakang punya hiasan seperti diffuser, tapi cerdik juga Haval karena bisa menyamarkan kedua lampu kabut belakang seperti knalpot ganda. Itu karena di sekitar kedua lampu kabutnya punya bingkai chrome. Kami tidak terlalu suka, tapi itu sentuhan cerdas.
Defroster buat kaca belakang sudah hadir berikut wiper belakang, dan lihatlah tombol pembuka bagasinya. Model tombolnya mirip juga dengan tombol bagasi Toyota Yaris “bapau” yang varian S Limited, tapi jangan terkecoh, pintu bagasinya tidak punya mekanisme buka-tutup elektronik. Semuanya masih manual. Sensor parkir sudah ada, tapi kamera parkir absen di sini, dan kami merasa mobil ini bakal lebih sip kalau ia pakai muffler cutter chrome.
Interior
Haval H1 memiliki nuansa interior yang sederhana, namun kami bisa merasakan sedikit unsur elegan dan sporty di dalam satu kabin ini tanpa ada kesan bertabrakan satu sama lain. Kesan elegannya muncul dari penggunaan panel piano black di sekitar dashboard bagian tengah, plus penggunaan lapisan kulit di lingkar setirnya. Hadirnya AC digital pun menggenapi sentuhan elegan tersebut. Lalu, di mana unsur sporty Haval H1 ini?
Elemen sporty mobil ini bisa dilihat di desain kisi AC paling kanan dan kiri. Desainnya bagus dan berkelas, sebab lingkaran pinggirnya berbentuk seperti lingkar turbin jet. Panel pengatur arah hembusannya pun didesain keren, sungguh tidak terlihat seperti mobil China. Handle pintu chrome pun juga hadir di bagian dalam interior, tapi setelah itu mungkin kita harus kembali ke realita yang ditawarkan si Haval H1 ini.
Menyentuh mayoritas panel dashboard dan pintunya, kita hanya akan menemukan bahan plastik tanpa lapisan pemanis tambahan seperti kulit atau fabric. Untuk kualitas bahan dan pemasangan bisa dibilang oke, sebab tidak terlihat seperti plastik murah yang biasa dipakai buat ember laundry riverside (baca : pinggir kali). Haval H1 ini punya takometer yang unik, sebab desainnya mirip Mercedes Benz S-Class lawas yang angka 0-nya terletak di atas, bukan di bawah seperti mobil lain.
Karena itu pun, saat kita menggeber mobil ini jarum takometer tidak bergerak dari bawah ke atas, tapi dari atas ke bawah. Sayangnya, desain unik ini tidak diimbangi dengan spidometer digital yang dibawanya. Layar spidometernya monochrome, bukan full LCD dan MID-nya hanya mampu menampilkan konsumsi BBM, trip A, trip B dan odometer. Tidak ada indikator tekanan ban seperti saudara sesama Chinanya yang sudah muncul di pulau Jawa.
Biarpun judulnya varian termurah, setir Haval H1 ini penuh dengan tombol. Sebelah kiri adalah tombol untuk mengurus head unit dan sebelah kiri untuk mengatur telepon Bluetooth dan cruise control. Ya, betul sekali, spek standar Haval H1 Comfort sudah termasuk Bluetooth dan cruise control. Meski airbag varian ini hanya ada 2, namun ia punya stability control sebagai peranti keselamatan standar. Bagus juga kan?
Yang tidak bagus ada di joknya. Kalau soal bahan joknya yang fabric, itu kami masih bisa terima. Kami baru heran saat tidak menemukan pengatur ketinggian di joknya. Macam LCGC saja, dan itu tidak bagus untuk mobil yang harganya sudah 190 juta. Sayang lho, padahal sabuk pengamannya punya pengatur ketinggian. Power window ada di keempat jendela, dan khusus pengemudi sudah auto down. Spion juga sudah electric folding.
Kami sedikit tergelitik kala melihat tuas lampu-lampu, tuas wiper dan tombol-tombol untuk spionnya terlihat seperti common parts dengan mobil-mobil Toyota beberapa tahun yang lalu. Di sini kita bisa menemukan fitur pengatur ketinggian sorot lampu yang bisa kita sesuaikan secara manual, namun kami kembali dikecewakan sedikit dengan spion tengah yang tidak punya fasilitas dimmer. Bakal sedikit mengganggu di malam hari. Sunroof? Hahaha… Tidak ada.
Head unit mobil ini tidak punya layar sentuh, hanya layar display monokrom biasa untuk menampilkan media, stasiun radio atau info lainnya. Ia bisa memutar CD, Bluetooth dan radio. AC bawaannya tidak punya mode auto, tapi kami suka bunyi “klik” saat kenop AC-nya diputar. Terasa solid dan tidak receh seperti kenop kompor gas. Glovebox mobil ini lega, tapi belum soft opening, jadi sekali dibuka ia akan langsung “ngejeblak” ke bawah.
Sebagai kompensasi, Haval H1 memberikan storage kecil di atas glovebox yang bisa dipakai untuk menyimpan barang-barang kecil. Melongok ke bagian bawah kontrol AC digitalnya, ada lighter, power outlet, port USB dan port AUX. Sepasang cup holder duduk manis di depan persneling transmisi AMT 6 percepatannya. Sekali lagi, AMT 6 percepatan. Buat yang pernah merasakan pengalaman membawa mobil automated manual, pasti rasanya sudah terbayangkan.
Mobil ini hanya dilengkapi rem parkir konvensional, tapi itu tidak jadi masalah berarti di sini mengingat harganya juga tidak terlampau tinggi. Kalau duduk di belakang, nyaris tak ada gimmick yang berarti di sini. Tidak ada ventilasi atau kontrol AC, tidak ada armrest dan tidak ada kemewahan apa-apa. Bahkan sandaran joknya saja cenderung tegak seperti Renault Koleos, padahal andai bisa direbahkan sedikit saja pasti jadi agak mendingan.
Untuk sebuah crossover kecil, ruang di baris keduanya tidaklah superior. Ruang kaki biasa saja dan ruang kepala tergolong pas-pasan, namun setidaknya ia sudah dipasangi oleh ISOFIX dan punya 3 headrest sungguhan. Jok ini terpisah 60:40, sehingga bisa dilipat masing-masing kalau ingin memperbesar kapasitas bagasi. Melipatnya relatif mudah, dan hasil pelipatannya bisa dibilang baik untuk mobil di kelas ini. Oh ya, jika diisi buat 3 orang, ruang belakangnya bakal terasa agak sempit.
Bagasi Haval H1 punya kapasitas berkisar 310 liter, namun entah kenapa mobil ini tidak punya tray cover untuk menutup barang bawaan di bagasi jikalau ada yang mengintip dari luar. Kenapa ya, padahal itu benda yang berguna. Di balik lantai bagasinya, tersimpan ban cadangan bertipe space saver dengan pelek kaleng, berikut segala tetek bengek yang diperlukan untuk mengganti ban dalam keadaan darurat.
Mesin
Mesin Haval H1 adalah unit 1.500 cc 4 silinder normally aspirated yang bersumber dari Mitsubishi. Kodenya 4G15, dan ini adalah mesin eks Mitsubishi Maven alias si kembaran Suzuki APV. Dengan tenaga 105 hp dan torsi 138 Nm. Biasa saja, tidak ada yang spesial di sini, tapi dengan pengerjaan ruang mesin yang rapi dan peredam yang bagus, ini poin yang layak diunggulkan bagi Haval. Masa mobil dari negara lain yang harganya lebih mahal pengerjaannya berantakan?
Transmisi Haval H1 Comfort ini adalah automated manual 6 percepatan. Kami sudah Haval… Maaf, maksudnya hapal dengan karakter girboks AMT setelah mencoba di Suzuki Karimun Wagon R AGS dan Wuling Cortez, dan jujur saja, itu bukan pengalaman yang menyenangkan. Tapi tentu saja ini penilaian yang agak prematur, karena kami belum menjajal mobil ini di jalanan.
Kesimpulan
Terlalu dini menilai impresi awal crossover CBU Malaysia ini, apalagi karena ini varian terendah maka kami tak akan kaget jika kami bakal dikecewakan di beberapa aspek. Khusus buat si Haval H1 ini, kami agak heran dengan absennya pengatur ketinggian kursi pengemudi dan sandaran jok belakang yang cenderung tegak. Tidak adanya tray cover untuk bagasi dan sirnanya armrest belakang pun jadi pertanyaan buat mobil ini. Gimmick pun minim dan kepraktisan biasa saja.
Sisi baiknya, mobil ini punya built quality yang oke, desain yang enak dilihat dan kohesif, fitur keselamatan sudah mumpuni dan handal, detail-detail kecil yang bagus seperti kisi AC dan bagasi yang lega. Soal mesin, sebaiknya jangan berharap banyak dari mesin yang terlihat biasa di atas kertas dan transmisi yang sangat sederhana. Apa opinimu mengenai mobil ini? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: GIIAS 2018 : Mitsubishi Xpander Varian Baru Dihadirkan, e-Evolution Ikut Tampil