AutonetMagz.com – Selama ini lembaga pengujian tabrak di seluruh dunia, berusaha seakurat mungkin dalam merekonstruksi dan membuat uji tabrak agar semakin menggambarkan keadaan aslinya. Dimulai dari penggunaan dummy biasa, hingga dummy dengan sensor gerak, serta dummy dengan sensor stress untuk mengetahui seberapa banyak lentingan dari tubuh manusia saat menerima tabrakan. Tidak hanya itu, dummy dibuat dalam ukuran anak remaja, hingga bayi dan balita. Seiring dengan perkembangan jaman, ada beberapa hal yang belum sesuai dalam merekonstruksi kecelakaan yang benar – benar terjadi di jalan raya.
Tiruan manusia dalam wujud gemuk dan orang tua yang notabene berbeda kekuatan tulangnya belumlah dapat diwujudkan. Namun, ada setidaknya satu produsen di AS yang membuat dummy dengan ukuran lebih besar dan nampak lebih tua. Prototipe ini termasuk wanita yang kelebihan berat badan berusia 70 tahun yang memiliki berat 273 pon (124 kg), dimana model ini 100 pound (45 kg) lebih berat dari desain sebelumnya.
Direktur Universitas Michigan International Center for Automotive Medicine, dr. Stewart Wang mengungkapkan “Pasien yang khas saat ini adalah overweight atau obesitas -. Mereka bukanlah pengecualian. Anda tidak dapat berbicara tentang cedera tanpa berbicara mengenai manusia itu sendiri. Kondisi, ukuran, dan bentuk individu sangatlah penting, hal ini menentukan seberapa parah cedera mereka dalam setiap kecelakaan.”
Data dari dokter Wang tersebut ditunjang dengan data dari lembaga uji tabrak dimana hasil uji tabrak depan menunjukkan bahwa pengemudi yang gemuk cenderung lebih maju pada bagian bawah sabuk pengaman, sehingga tingkat peningkatan cedera pada ekstremitas bawah (kaki) lebih buruk. Selain itu riset pada dummy orang tua adalah wajib karena struktur dada seseorang berubah antara usia 20 sampai 80, dan jika diabaikan, bisa menyebabkan trauma dada yang lebih parah pada lansia.
“Beberapa pandangan akan membayangkan bahwa pengemudi mendatang akan condong ke dalam usia 80-an, dan kami harus melihat itu. Seperti perubahan populasi, kita harus memiliki alat uji yang menyerupai konsumen hari ini”, tambah Presiden dan CEO dari Humanetics, dummy crash-test maker, yang berbasis di Plymouth, Michigan, Chris O’Connor. Hal – hal detail seperti ini saja betul – betul diperhatikan ya. Memang nilai dari sebuah nyawa bukan main – main diluar sana, beda sekali dengan Indonesia. Apa harapanmu terkait fitur keselamatan pada mobil yang dijual di Indonesia? Sampaikan pada kolom komentar ya!
Read Next: Nissan March Facelift Meluncur, Ganti Head Unit, Harga Naik 7 Juta!