Autonetmagz.com – Pasar Mobil di Tiongkok didera kekurangan chip semikonduktor. Dan karena itu penjualan kendaraan baru mengalami penurunan. Pada bulan Juni, ternyata hanya sekitar 1,93 juta mobil dan truk baru yang dikirim kepada pemiliknya di Tiongkok. Sementara itu jauh dibandingkan dengan pasar di negara lain, ini adalah penurunan sebanyak 16 persen pada bulan Juni 2020 menurut Auto News.
Penjualan Mengalami Penurunan
Angka dari Asosiasi Produsen Mobil China mengungkapkan bahwa permintaan mobil baru, termasuk sedan, crossover, SUV, MPV dan minibus, turun 15 persen di seluruh industri pada Juni. Penjualan kendaraan komersial baru seperti bus dan truk turun 21 persen pada bulan yang sama. Produsen mobil juga melaporkan penurunan penjualan. Misalnya, Honda telah melaporkan penurunan 17 persen, mengirimkan 118.168 kendaraan bulan lalu. Sementara Nissan, penjualannya merosot hingga 16 persen menjadi 114.605 unit.
Menariknya, pasar mobil baru di China menunjukkan tanda-tanda pemulihan selama kuartal pertama, melonjak 77 persen dari periode yang sama tahun lalu di puncak pandemi virus corona. Selain pada bulan Juni, penjualan di China juga turun di bulan Mei sebesar 3,1 persen meskipun tumbuh sebesar 11 persen di bulan April. Ini menandai penurunan pertama di negara itu dalam beberapa 14 bulan dan menunjukkan tingkat kekurangan semikonduktor dan bagaimana hal itu terus berdampak pada produsen mobil di pasar di seluruh dunia.
Diperkirakan Sampai 2023
Fenomena kekurangan chip ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada industri otomotif saja. Industri lainnya seperti elektronik juga mengalami hal serupa. “Pandemi virus, social distancing di pabrik, dan meningkatnya persaingan dari tablet, laptop, dan mobil listrik menyebabkan beberapa kondisi terberat untuk pasokan komponen ponsel pintar dalam beberapa tahun,” kata Neil Mawston, seorang analis di Strategy Analytics, dalam Bloomberg. Dikutip dari Liputan6, Analis memperkirakan bahwa krisis chip semikonduktor yang muncul akhir tahun lalu ini, akan berlangsung hingga 2022 atau kemungkinan hingga 2023.
Dilansir dari Gaikindo, di Indonesia sendiri, sejumlah pabrikan besar seperti Toyota, Daihatsu, Suzuki, dan Honda, mengklaim belum terkendala dengan krisis chip semikonduktor. Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal TMMIN Bob Azam, pada bulan Januari lalu mengatakan kegiatan produksi masih berlangsung normal. Business Innovation and Sales & Marketing PT Honda Prospect Motor Yusak Billy juga menyampaikan kegiatan produksi mobil di dalam negeri belum terkendala krisis chip semikonduktor. Beliau menilai tingginya tingkat komponen dalam negeri dari produk mobil Honda membuat kegiatan produksi berjalan normal di tengah krisis chip global. Nah, bagaimana menurut kalian? sampaikan di kolom komentar ya.
Read Next: AirAsia Membeli Saham Gojek Thailand Senilai Rp727 Milliar