Autonetmagz.com – The United Nations Environmental Programme (UNEP) mengumumkan bahwa kandungan racun dari bahan bakar bertimbal secara resmi telah berakhir. Aljazair merupakan negara terakhir di dunia yang menggunakan bahan bakar bertimbal, dan akhirnya menghentikan penggunaan bahan bakar secara bertahap. “Penegakan yang berhasil dari larangan bensin bertimbal adalah tonggak sejarah besar bagi kesehatan global dan lingkungan kita,” kata Direktur Eksekutif UNEP, Inger Andersen dalam Carscoops. Dulu di Indonesia sendiri juga masih menggunakan bahan bakar bertimbal untuk bbm subsidinya, namun semua sudah dihilangkan saat kewajiban Euro 2 diterapkan. Beberapa dari kalian mungkin tidak asing dengan istilah Premium TT atau Super TT yang menunjukkan bahwa bahan bakar tersebut bebas timbal.
Sejarah Mengenai Bensin Bertimbal
Dikembangkan oleh GM pada tahun 1921, penambahan timbal tetraetil ke dalam bahan bakar pada awalnya digembar-gemborkan sebagai terobosan yang akan memberi daya pada mobil, pesawat, dan sepeda motor generasi baru saat itu berkat kemampuannya untuk menjinakkan “ketukan” yang menghancurkan mesin. Namun, knalpot dari mesin yang menggunakan bahan bakar bertimbal sangat beracun. Ke mana pun gas buang dari bahan bakar bertimbal menyebar, dalam jangka panjang dapat menyebabkan epidemi penyakit jantung, kanker, stroke, hingga keterlambatan perkembangan pada anak-anak.
“Bensin bertimbal adalah kesalahan besar sejak awal, bahkan jika orang mungkin tidak mengetahuinya pada saat itu,” kata Rob De Jong, kepala mobilitas berkelanjutan di UNEP. “Dunia akan menghadapi konsekuensi selama satu abad.” Bahwa bahan bakar bertimbal akhirnya telah dihapus di mana-mana di bumi, kata UNEP, merupakan hasil dari kampanye selama 20 tahun yang menggunakan campuran ilmu pengetahuan, pendidikan publik, dan kerja kebijakan. Menurut program tersebut, larangan bahan bakar bertimbal menyelamatkan 1,2 juta jiwa sekaligus menghemat pengeluaran dunia sebesar $2,4 triliun (sekitar Rp 34,29 Kuadriliun) untuk biaya perawatan kesehatan dan biaya lainnya.
Bahan Bakar Kotor = Publik Teracuni
“Saya pikir ini mungkin satu-satunya kisah sukses terbesar di bidang lingkungan,” kata Michael Walsh, mantan kepala program pengendalian polusi kendaraan bermotor di Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat. Meskipun bahan bakar tanpa timbal dibuat tersedia secara universal di AS pada tahun 1975 dan dilarang pada tahun 1996, negara-negara berkembang pun juga berjuang untuk beralih. Walsh menambahkan “Mereka mendapatkan bahan bakar paling kotor dan Orang-orang juga menjadi paling rentan untuk ‘diracuni’.”
Pada tahun 2002, bahan bakar bertimbal masih digunakan di 117 negara, termasuk setiap negara di Afrika. UNEP dengan cepat menerbitkan studi yang menyangkal mitos bahwa bahan bakar tanpa timbal merusak mesin dan mendorong pemerintah untuk memperbarui standar polusi udara mereka. Selama 15 tahun ke depannya, UNEP akan berjuang untuk mendapatkan tetraetil timbal dari negara-negara yang tersisa, menghadapi perlawanan keras dari Innospec, sebuah perusahaan yang berbasis di AS dan Inggris yang merupakan pembuat zat terakhir yang tersisa.
Namun, ketika negara-negara menarik diri, pasar melemah dan Innospec dinyatakan bersalah menyuap pejabat di Indonesia dan Irak. Selama dekade terakhir, semakin banyak negara berhenti menggunakan bahan bakar bertimbal, dan akhirnya, pada September 2020, Aljazair mengumumkan bahwa perusahaan minyak milik negaranya akan berhenti membuat bahan bakar bertimbal, dan sekarang telah dihapus sepenuhnya. “Tapi setidaknya kita bisa mengatakan ‘Kami memecahkan masalah (bahan bakar bertimbal).” kata Walsh dalam Carscoops.
Jadi, bagaimana menurut kalian, kawan?
Read Next: Mercedes-AMG GT63 E Performance : GT Hybrid Bertenaga 831 HP!