AutonetMagz.com – Perkembangan dunia otomotif jaman now sudah makin jelas arah dan tujuannya, yaitu menuju ke mobilitas ramah lingkungan dengan energi terbarukan. Dan solusi paling masuk akal yang sangat sering didengungkan dalam beberapa tahun terakhir ini adalah peralihan kendaraan bermotor yang menggunakan internal combustion engine menjadi kendaraan dengan motor listrik. Nah, namun satu tantangan terbesar dalam pengembangan mobil listrik adalah perihal produksi dari baterai lithium ion.
Nah, mengutip dari AutoNDTV, Benua kita tercinta yaitu Asia berada dalam posisi pucuk rantai produksi baterai lithium ion, dimana China, Jepang, dan juga Korea Selatan mendominasi sektor industri dari baterai lithium ion. Dominasi dari negara – negara di Asia ini tentunya juga menguntungkan sejumlah pabrikan otomotif yang memang berbasis di Asia, dan sedikit merugikan para pabrikan asal Eropa. Selain itu, pasar mobil listrik pun bisa dengan mudah berkembang di kawasan Asia berkat ketersediaan pabrik baterai dan juga bahan baku di kawasan ini. Lagi – lagi, China menjadi sumber kunci dari kekuatan Asia dengan menjadi pemasok bahan mentah untuk baterai lithium ion.
Apakah kandungan Lithium dan Cobalt di kawasan China terbilang tinggi? tidak, namun China memiliki beberapa perusahaan yang memiliki kontrol pada tambang – tambang Lithium dan Cobalt, seperti Ganfeng dan Tianqi yang masing – masing memiliki kontrol atas 17% dan 12% dari produksi Lithium di dunia berkati tambang mereka di Australia dan Amerika Selatan. Belum lagi beberapa perusahaan China yang kalau ditotal mendominasi 80% dari kapasitas produksi Cobalt. Jelas China bisa dikatakan menang cukup telak dalam hal menyambut era elektrifikasi dari sisi produksi material dan komponen.
Oleh karena itu, tak usah terkejut jika separuh dari populasi mobil listrik di dunia berada di China. Namun, walaupun begitu, pihak Eropa tidak mau tinggal diam dan bergantung pada produksi baterai lithium ion dari kawasan Asia. Pihak Eropa yang diwakili oleh Perancis dan Jerman telah menyebutkan bahwa pihaknya akan membangun aliansi untuk mengembangkan baterai generasi terbaru untuk lepas dari dominasi Asia. Bisa jadi baterai ini adalah teknologi solid state battery yang sempat naik ke permukaan beberapa waktu lalu. Swedia dan Belanda sendiri juga sudah memulai untuk melakukan produksi baterai untuk mobil listrik.
Nah, menarik tentunya untuk melihat bagaimana perkembangan dari produksi baterai dari mobil listrik secara global. Karena, suka atau tidak, baterai tetap menjadi salah satu concern utama dari mobil listrik. Bagaimana di Indonesia? Masih ingat pabrik di Morowali? Nah, kita ikuti saja bagaimana perkembangan kedepannya.
Read Next: Kepastian Pabrik Baru Benelli Tunggu Hasil Pilpres