AutonetMagz.com – Sebelumnya, Toyota Indonesia melalui PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menggandeng pihak Pemerintah dan akademisi menggelar Seminar Nasional 100 Tahun Industri Otomotif di Indonesia. Dan seminar yang telah memasuki tahap ketiga ini digelar di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Dalam kesempatan tersebut, pihak Toyota juga menjabarkan bagaimana rencana mereka untuk menekan emisi karbon.
Tekan Emisi Karbon Dari Hulu ke Hilir
Wakil Presiden Direktur PT TMIIN, Ir. Nandi Julyanto menyatakan bahwa konsep ramah lingkungan tidak bisa berhenti hanya di teknologi mobil semata. Proses produksi mobil yang selama ini juga menghasilkan emisi karbon juga harus berkonsep ramah lingkungan. “Industri otomotif saat ini tengah bertransisi menuju elektrifikasi dan teknologi ramah lingkungan, Toyota ingin berkontribusi dengan fokus pada pengurangan emisi karbon dan efisinsi bahan bakar. Dalam hal emisi kami tidak hanya mengelola di hilirnya saja atau produk mobilnya saja, namun mulai dari proses pembuatan mobilnya seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya“, Ujar Nandi.
Jadi, Toyota ingin menerapkan konsep ramah lingkungan dari hulu hingga ke hilir, alias dari pabrik hingga ke produknya. Lantas, seperti apa implementasinya? Saat ini, Pabrik Perakitan Toyota telah menerapkan sejumlah langkah untuk mengurangi emisi karbon. Mulai dari metode 3 wet painting system, dry booth painting, Sistem karakuri, inverter, dan sebagainya. Selain itu, Toyota juga menggunakan desain pabrik yang mengusung konsep Clean, bright dan comfort, sehingga mengurangi penggunaan lampu / pencahayaan serta pendingin ruangan.
Pabrik Harus Ramah Lingkungan
Belum selesai sampai di sana, Toyota juga menerapkan penggunaan energi baru terbarukan dalam manufaktur mereka secara bertahap. Contohnya adalah pemanfaatan Co-Generation berbahan bakar Gas dan instalasi Solar Panel di factory roof. Jadi, bisa dikatakan Toyota ingin menekan emisi karbon secara holistik, bukan sekedar menjual produk yang ramah lingkungan saja. Toh kenyataannya juga listrik yang digunakan untuk kendaraan elektrifikasi di Indonesia sekitar 60% berasal dari Batu Bara. Jadi, konsepnya hanya memindahkan polusi dari perkotaan ke PLTU saja jikalau proses produksi tidak diperhatikan emisi karbonnya.
Bagaimana menurut kalian, kawan?
Read Next: All New Toyota Vios : Pakai DNGA & Dapat TSS, Mulai 314 Jutaan!