Garut, AutonetMagz – MPV LCGC 7 Seater terbaru keluaran Toyota yaitu Calya baru baru ini telah diluncurkan di Gaikindo Indonesia International Auto Show 2016. Tidak butuh waktu lama untuk MPV LCGC ini untuk menjadi buah bibir di masyarakat, hal ini ditandai dengan jumlah SPK untuk seluruh Indonesia hingga September 2016 yang sudah mencapai 17.300 Unit.
Kali ini kami diberi kesempatan oleh Toyota mengetes Toyota Calya bersama jurnalis berbagai media lain di daerah Bandung dan Garut. Bandung dan Garut sendiri merupakan kota yang menjadi salah satu selling point Toyota Calya, selain itu jalur Bandung menuju Garut yang banyak tanjakan dan lika liku bisa menjadi ajang pembuktian ketangguhan Toyota Calya kepada masyarakat.
Exterior
Secara desain, exterior Toyota Calya ini boleh dibilang lumayan, karena pada awalnya kami mengira mobil ini hanyalah Agya yang dipanjangkan layaknya Honda Brio melar (Baca: Mobilio), namun pada kenyataannya mobil ini mempunyai desain yang sama sekali baru, bahkan detailing seperti gagang pintu, spion dan bentuk pilar kaca samping mobil ini ikut diubah secara dramatis.
Tarikan garisnya cenderung bermain ke arah sporty, lebih sporty lagi melihat velg two tone machining ukuran 14 inci dibalut dengan Bridgestone Ecopia yang menurut kami ukurannya agak terlalu kecil. Bentuk belakangnya memang agak tidak proporsional karena desainernya harus mengupayakan ruang baris ketiga yang lega, namun melihat effort Toyota yang membangun sebuah Agya menjadi MPV menjadi seperti ini, menurut kami patut diacungi jempol.
Interior
Begitu kami masuk ke dalam mobil ini, kami bahkan hampir lupa kalau ini adalah mobil LCGC. Hal ini disebabkan karena penggunaan Setir milik Toyota Avanza serta pemilihan warna Dark Brown yang cukup mewah. Bentuk dasbor Calya yang mengotak ini juga lumayan bagus dan tidak mengganggu visibilitas meskipun agak sedikit terlihat seperti mobil jadul. Kursi pengemudi dan penumpang Toyota Calya menganut model layaknya LCGC lain dengan desain headrest yang menyatu, untuk pengemudi dengan ukuran tinggi badan diatas 170cm pastinya akan merasa pegal di leher karena kepala tidak tertopang dengan baik, pun begitu dengan desainnya yang kurang suportif namun masih memiliki busa tebal sehingga masih nyaman untuk di duduki. Built quality mobil ini didominasi oleh penggunaan material plastik keras, tipis dan mudah tergores, namun fit and finishnya cukup baik untuk sebuah LCGC, apalagi dibandingkan dengan adiknya yang 5 seater.
Masuk ke kabin baris kedua, mobil ini terasa lega, bahkan untuk salah satu kru kami yang mempunyai tinggi badan 190 cm ruang kaki di bangku baris kedua masih tolerable dan tidak mentok asal sliding kursi di mundurkan hingga paling belakang, headroom yang disediakan juga lumayan besar sehingga kepala tidak mentok terkena plafon. Kursi yang digunakan mirip dengan kursi Avanza yang cukup tebal lengkap dengan fitur ISOFIX, tiga headrest serta tiga buah seatbelt 3 point. Material dan kontur kursi yang digunakan cukup suportif untuk diduduki sehingga dalam perjalanan jauh tidak akan terasa lebih nyaman.
Nah pindah ke kursi baris ketiga, mobil ini nampaknya benar benar sebuah mobil 7 seater bukan 5+2 seperti rivalnya, terlihat dari ruang kaki dan ruang kepala yang proper walaupun agak sempit tapi tetap layak diduduki oleh orang dewasa jika kursi baris tengah diamjukan hingga paling depan. Tidak kurang, lagi lagi Toyota dengan bermurah hati memberikan 2 Headrest dan 2 Seatbelt 3 Point untuk kedua penumpang belakang yang membuat mobil ini terasa memiliki kasta lebih tinggi dibandingkan dengan Datsun GO tambah Panca.
Dari segi kepraktisan, Calya merupakan mobil yang cukup praktis untuk dibawa jalan jalan dengan keluarga, penyematan cup holder sebanyak 8 buah serta ruang penyimpanan yang cukup banyak menjadi salah satu faktornya, tidak ketinggalan fitur one touch tumble untuk mempermudah akses ke bangku baris ketiga pun ikut ditambahkan pada mobil ini.
Kelas dan segmen Calya sendiri yang peruntukannya adalah MPV untuk keluarga 7 seater membuat mobil ini haruslah mempunyai ruang bagasi yang baik agar dapat mengakomodir kebutuhan jalan jalan keluarga. Nampaknya hal ini juga bisa di provide dengan baik oleh Toyota, dari hasil pengetesan kami, dalam kondisi semua seat naik tanpa ada yang dilipat, Calya masih sanggup memuat satu tas kecil, satu koper sedang dan satu ransel ukuran sedang dalam bagasinya, tentunya kapasitas ini akan melonjak jauh apabila kursi baris ketiga dilipat untuk membawa barang yang berukuran lebih besar.
Model pelipatannya masih sama dengan Toyota Avanza yang melipat bangku ke depan secara sederhana, agar tidak lebih advanced dari kakaknya, ia masih belum memiliki pelipatan kursi belakang terpisah dan sandaran kursi yang bisa terpisah pula. Sehingga jika membawa barang bawaan lebih banyak, kursi belakang harus terlipat semua. But its okay then.
Entertainment and Features
Sistem Audio pada mobil ini juga mumpuni, sebut saja fitur fitur layaknya, Bluetooth, AUX, USB, MP3 dan kawan kawannya sudah menjadi standar di mobil ini, oiya, sistem Bluetooth pada Toyota Calya ini menganut sistem Dual Bluetooth dimana pengguna dapat mengkoneksikan kedua perangkat nya ke audio Calya secara bersamaan, sebuah fitur baru yang lumayan berguna bagi masyarakat sekarang yang kebanyakan punya smartphone lebih dari satu. Kualitas suara yang dihasilkan audio Calya ini biasa biasa saja dengan bass dan treble yang agak sedikit kurang terdengar, untuk anda yang ingin hasil audionya lebih mantap lagi, anda harus mengganti 4 buah set speaker bawaan dan menambahkan seperangkat alat tweeter agar range suaranya terasa lebih baik.
Calya memang mobil LCGC, namun hal tersebut tidak semerta merta membuat fitur nya disunat, khususnya fitur keselamatan, lihat saja fitur fitur keselamatannya yang cukup lengkap dengan Dual SRS Airbags, ABS, side impact beam dan tidak ketinggalan dual stabilizer di depan dan belakang agar menjaga mobil ini tidak terguling dikala melakukan manuver ekstrim untuk tipe G. Begitupula dengan fitur yang terdapat di konsol speedometer, menurut kami untuk sekelas LCGC informasi yang disajikan cukup lengkap dengan adanya speedometer, tachometer, MID yang memuat informasi bahan bakar, jarak tempuh dan sekitarnya serta indikator ECO untuk menunjukkan gaya mengemudi yang hemat. Fitur-fitur keselataman inilah yang menurut kami menjadi bahan pertimbangan utama untuk memilih Calya dibanding mobil LMPV second yang umumnya belum memiliki ABS atau Airbag.
Ada hal unik ketika berbicara tentang fitur fitur penunjang kenyamanan Toyota Calya ini, hal tersebut adalah Rear Air Circulator (Baca: Kipas Angin ) untuk penumpang belakang, prinsip kerja kipas angin ini mirip dengan AC double blower hanya saja pada model ini hanya dapat blowernya saja tidak dengan evaporator dan sebagainya. Hembusan angin dingin dari AC depan nantinya akan dihisap oleh kipas angin ini dan menyalurkannya ke penumpang belakang. Saat kami mencobanya di siang hari, memang rasanya seperti menikmati hembusan dari AC yang freonnya rusak, terasa seperti angin semilir saja, hal ini berbeda ketika kami mencobanya di malam hari, mungkin karena udara kota Garut yang cukup dingin, membuat keluaran angin dari kipas angin belakang ini cukup mendekati udara dingin yang dihasilkan oleh Double Blower. Ya at least ada usaha lah untuk membuat penumpang belakang tidak gerah.
Driving Impression
Pada kesempatan kali ini kami berkesempatan mencoba dua tipe Toyota Calya sekaligus, yaitu tipe G manual dan G otomatis, keduanya memiliki karakter yang agak berbeda apalagi dites di medan tanjakan yang cukup terjal seperti Nagrek dan Kamojang. Kami mendapatkan kesempatan menggunakan mobil bertransmisi manual terlebih dahulu pada saat keberangkatan.
Hal pertama yang kami rasakan dari mobil ini adalah suara nya yang halus, Toyota Calya menggunakan mesin 3NR-FE 1.2L Dual VVT-i 4 silinder yang pastinya minim getaran dibanding dengan adiknya Agya yang menganut mesin 3 Silinder, apalagi penggunaan mesin Toyota saat ini sudah menggunakan oli 0W-20 sebagai standar. Dalam melahap rute tol dan jalan mulus menurut kami power yang dihasilkan oleh mesin Calya bertransmisi manual ini cukup dan terasa lebih responsif dibandingkan dengan Agya. Surprisingly, kami cukup terkejut dengan stabilitas mobil ini, walaupun bannya terlihat kecil dan cingkrang, mobil ini terasa anteng ketika kami membejeknya hingga kecepatan 130Km/h di Jalan Tol Pasteur dibandingkan dengan Avanza, mungkin ini adalah imbas penggunaan sasis full monokok serta double stabilizer di bagian depan dan belakang. Karakter setir EPS Calya sendiri sangat ringan digunakan, tetapi ternyata ia bisa beradaptasi di jalan tol dengan memberatkan setir secara otomatis. Improvement yang jauh dibandingkan Agya!
Namun hal yang berbeda kami rasakan saat kami mulai memasuki jalur lintas Nagrek, lintasan yang dipenuhi tanjakan terjal serta banyak tikungan curam rupanya cukup menguras tenaga mobil ini. Walaupun tidak sampai kesusahan menanjak, mesin Toytoa Calya kami yang membawa 4 penumpang ini cukup bekerja keras dalam melahap tanjakan terjal jalur Nagrek, ini terlihat dari raungan mesin yang cukup terdengar dan kami harus sering sering melakukan downshift untuk menjaga RPM tetap tinggi.
Di kesempatan kedua kami mencoba Calya tipe G Automatic, untuk karakter mesin dan pengendaraannya sama saja dengan yang versi manual, namun kami agak kurang suka dengan transmisi otomatisnya. Transmisi otomatis Calya ini merupakan transmisi 4 speed torque converter konvensional pada umumnya, kami merasakan jeda yang cukup lama ketika kami melakukan kickdown di posisi D untuk menyalip mobil, setiap saat kami ingin menyalip, kami harus mengganti posisi transmisi ke posisi 2 dan membejek pedal gas dalam dalam agar mobil dapat menyalip dengan mulus. Di tanjakan, mobil ini juga harus bekerja lebih keras lagi dibandingkan dengan versi manual. Tampaknya tenaga Toyota Calya sebesar 88 PS dan torsi 104 Nm tidak begitu mumpuni untuk menghadapi rute dengan tanjakan terjal serta kelokan curam jika dipasangkan dengan transmisi otomatis.
Konsumsi BBM mobil ini cukup irit menurut MID, tercatat kami menorehkan catatan rata rata 1:16 Km/L dengan rute kombinasi jalan tol, macet dan tanjakan serta gaya mengemudi yang lumayan agresif, 1:19 untuk gaya mengemudi ekonomis dan untuk rute yang super macet di daerah Dago dan Bandung, mobil ini juga masih mencatatkan konsumsi yang hemat pula yaitu 1:13 Km/L. Konsumsi BBM itu didapatkan pada model otomatis dan model manualnya hanya terpaut 1-2km lebih irit dibandingkan dengan model otomatisnya.
Bantingan suspensi Toyota Calya sudah jauh lebih improve dibandingkan Agya, bahkan Avanza. suspensi Calya berkarakter cenderung nyaman, agak stiff dan tidak ajrut-ajrutan seperti Avanza generasi pertama dan kedua, hal ini terlihat ketika beberapa kali mobil kami yang dimuati empat orang melintasi jalan keriting dan menghantam lubang baik yang kecil maupun besar, karakter rebound nya pas dan tidak mental mentul sampai membuat kepala terkena plafon. Penggunaan suspensi yang cenderung stiff ini nampaknya juga merupakan salah satu faktor mengapa mobil ini tetap stabil dan minim body roll saat menghadapi tikungan tajam di jalur Nagrek.
Kemudian, ada PR yang harus menjadi perhatian Toyota dari segi suspensi. Suspensi belakang mobil ini nampaknya mengalami penurunan signifikan ketika kami mengujinya dengan 4 orang selama perjalanan, namun ketika melewati jalan rusak atau lubang tidak sampai terjadi bottoming seperti sebuah mobil yang over capacity. Sayangnya kami tidak mendapatkan kesempatan menguji mobil ini jika diisi oleh 7 penumpang sekaligus ketika melakukan test drive.
Kesimpulan
Toyota Calya yang dibanderol paling mahal seharga 150 juta rupiah nampaknya akan menjadi alternatif yang menarik mengingat harga Avanza yang sudah terlampau mahal, apalagi dibandingkan dengan Datsun GO+ Panca, mobil ini punya banyak kelebihan mulai dari built quality, fitur kenyamanan, fitur keamanan, ruang baris ketiga, pilihan transmisi otomatis dan tentu saja nama besar Toyota. diluar kelebihannya dibanding dengan kompetitornya, kami suka bagaimana Toyota telah melakukan improvement terhadap suspensi mobil ini yang nyaman dan stabil di kecepatan tinggi untuk kategori mobil murah, ditambah lagi equipment mobil ini yang bisa dibilang sama baiknya dengan Avanza tipe G kecuali AC double blower..
Namun dibalik kelebihannya, Toyota Calya ini memiliki beberapa kekurangan yang membuat anda berpikir kembali untuk kakaknya Avanza, seperti misalnya jok depan yang kurang suportif, tenaga mesin yang kurang mumpuni untuk luar kota, absennya double blower, serta transmisi otomatis yang cenderung underpower dan kurang bisa diandalkan di tanjakan terjal dan ketika menyusul kendaraan lain.
Tapi ingat, harga mobil ini terpaut 60 jutaan Rupiah dibandingkan dengan Toyota Avanza tipe G Automatic, rasanya kekurangan-kekurangan yang dimiliki Calya merupakan hal wajar mengingat harganya yang jauh lebih murah. Jika anda lebih sering menggunakan mobil ini untuk dalam kota, Toyota Calya merupakan MPV yang bisa anda andalkan, jika anda sering berpergian keluar kota, menurut kami mobil ini masih bisa digunakan untuk itu karena kami sudah membuktikannya melewati jalan mendaki di jalur Nagreg, meskipun perlu diakui tidak begitu impresif dan cukup bersusah payah sih jika menggunakan transmisi otomatis. Well, kesimpulannya sih, dengan harga yang relatif terjangkau, jujur saja mobil ini melebihi ekspektasi kami. Gimana?
What we like:
- Fitur
- Suspensi
- Fitur Safety
- Konsumsi BBM
- Much better than Agya
We don’t:
- Transmisi otomatis
- Tenaga mesin
- Kursi depan
- Cingkrang
Read Next: Nissan X-Trail Facelift Diluncurkan, Wajahnya Bikin Dejavu Ya?