AutonetMagz.com – Kalian familiar dengan brand bernama NIO? Jika tidak, nampaknya memang karena eksistensinya di kalangan pecinta otomotif di Indonesia yang kurang wow. Namun hal ini masuk akal, karena Indonesia bukanlah area yang mendapatkan unit produk dari NIO. NIO sendiri adalah pabrikan asal China yang khusus menjual mobil listrik, khususnya yang dilengkapi dengan teknologi autonomous driving, serta menyatakan diri sebagai pesaing Tesla dari China. Namun, NIO nampaknya tengah berada di masa – masa yang tak menyenangkan saat ini.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya kerugian yang mencapai 1,4 Milyar US Dollar, dan jika dirupiahkan, jelas angkanya tidak sedikit. Memang, walaupun merugi, NIO juga mendapatkan untung dari penjualan produknya di tahun 2018 kemarin. Keuntungan yang diperoleh NIO sendiri ada di angka 720 juta US Dollar, separuh dari kerugian yang dialaminya. Padahal, pada tahun 2018 kemarin NIO berhasil memproduksi 12.775 unit NIO ES8, SUV bertenaga listrik andalan pabrikan asal Negeri Tirai Bambu ini. Dan jumlah produk yang terkirim ke konsumen sendiri mencapai 11.348 unit, namun angka tersebut nampaknya masih belum mampu menyelamatkan NIO dari kerugian.
Dengan kerugian yang tak sedikit, pihak NIO sendiri harus mengkoreksi beberapa proyek yang mereka canangkan, untuk menjaga keuangan perusahaan tentunya. Salah satu proyek yang dikoreksi adalah proyek pembangunan pabrik berukuran besar yang ada di Shanghai. Nah, dengan dibatalkannya pembangunan pabrik NIO di Shanghai, maka pihak NIO masih akan tetap memproduksi mobil – mobil listriknya di pabrik milik JAC China. Chief Financial Officer NIO, Luis Hsieh menyebutkan bahwa di kuartal pertama dan kedua tahun 2019 ini NIO masih akan struggling dengan urusan penjualan, karena di China sendiri penjualan mobil tengah menurun karena masih berada dalam nuansa tahun baru.
Oiya, kerugian yang dialami NIO sendiri langsung membuka ingatan kami akan pendapat dari managing partner dari NIO Capital, Ian Zhu pada pertengahan tahun 2018 kemarin. Ian berpendapat bahwa survival rate untuk mobil – mobil listrik produksi dari para start up asal China tergolong rendah. Ian menyebutkan bahwa kebanyakan perusahaan start up mobil listrik di China juga belum memiliki kapabilitas untuk memproduksi produk dalam skala besar, dan mendistribusikannya ke konsumen. Dan kondisi tersebut juga diperparah dengan tingginya kompetisi dan juga persaingan antar perusahaan yang terlibat di segmen ini. Nah, apakah NIO juga terkena dampak dari kondisi ini? Kami belum bisa menyimpulkannya.
Namun yang jelas pihak NIO masih terus optimis dengan keberadaan produknya di pasar. William Li, CEO dan Founder dari NIO sendiri masih terus yakin bahwa perusahaannya akan terus berkembang di tahun 2019 ini. Jadi, bagaimana menurut kalian?
Read Next: Produksi Rolls-Royce Cullinan Mencapai Limit, Kebanyakan Dipesan Kaum Hawa