AutonetMagz.com – Resmi hadir di Indonesia pada akhir Maret lalu, akhirnya kami berkesempatan untuk mencoba Royal Enfield (RE) Meteor 350 untuk jangka waktu yang cukup panjang. Cruiser pabrikan yang dibawahi Eicher Group ini membuat kami penasaran soal kualitas pengerjaan hingga vibrasi mesin seri terbarunya. Sempat kami tes untuk penggunaan dalam hingga luar kota, apakah RE Meteor 350 sesuai dengan ekspektasi kami?
Kombinasi Gaya Klasik Futuristik
Melihat dari segi desain panel bodi hingga instrument cluster, RE terlihat memamerkan ciri khas totally classic-nya dengan lantang pada sang Meteor 350. Dari mulai bentuk lampu depan belakang, instrument cluster, panel bodi dan tangki bensin teardrop, bentuk switchgear, hingga kontur jok, semuanya klasik abis! Lampunya sendiri menggunakan LED untuk DRL dan halogen sebagai penerangan, saat dicoba pada malam hari terang banget. Walaupun sayang pemakaian velg-nya bukan model jari-jari, tapi velg alloy berukuran 19″ di depan dan 17″ belakang masih cocok lah dengan bentuk ala charriot wheel.
Masuk ke bagian interface pengendara, switchgear terdiri dari dial engine cut off dan pengaturan lampu ala motor jadul, hazard, serta tombol informasi untuk mengubah tampilan MID dari Odo ke Trip A dan B. Namun sayang build quaility dari switchgear-nya masih kasar nih. Lalu bagaimana dengan pengoperasian pod navigasi TBT-nya? Semuanya dioperasikan lewat smartphone pengendara yang sudah terkoneksi, jadi tampilan dari pod navigasi ini bergantung pada si smartphone tanpa bisa diatur sendiri lewat motor.
Cruiser Untuk Dalam Dan Luar Kota
Saatnya kita coba jalan, let’s go! Nah soal riding position, seat height 765 mm sudah terasa nyaman untuk test rider kami yang memiliki tinggi 165 cm untuk bisa menapak dengan sempurna. Joknya walaupun tidak terlalu empuk, untuk perjalanan sejauh 200+ km tetap tidak melelahkan karena posisi berkendara khas motor cruiser yang santai selonjoran. Namun sayang untuk jok pembonceng masih terasa keras baik untuk jarak dekat sekalipun. Soal kaki-kaki, suspensi depan 41 mm dengan travel 130 mm serta preload 6-steps di belakang sangat menunjang kenyamanan maupun melakukan manuver dalam berkendara, nice one RE.
Bahas mesin baru seri J1-nya, ternyata vibrasi pada Meteor 350 jauh lebih halus dibandingkan dengan model RE terdahulu berkat balancer shaft, jadi bye-bye getar membahana. Dengan transmisi 5-percepatan dan 7-plate clutch serta sasis double-cradle spline downtube, motor dengan dimensi 2.140 mm x 845 mm ini terasa mudah melewati sibuknya rush hour kota Jakarta, malah terkadang lupa bawa motor sebesar ini. Namun catatan untuk Royal Enfield kedepannya, mesin dengan output 20,2 bhp dan torsi 27 Nm ini masih berpotensi diberikan nafas yang lebih panjang. Begitupun juga untuk rem ByBre-nya, masih bisa lebih pakem lagi terutama untuk roda depan.
Keberhasilan Royal Enfield Meracik Motor Cruiser
Overall RE Meteor 350 memang memiliki tingkat kenyamanan yang tinggi dari sebuah cruiser, bahkan baik penggunaan dalam maupun luar kota tetap terasa nyaman. Mesin overstroke yang minim getaran dan suara khas ‘thumping‘ RE pada putaran bawah serta build quality mumpuni, semakin membuat hati tertarik untuk meminang pengganti Thunderbird 350X ini. Walau switchgear, nafas mesin, serta pengeremannya masih bisa ditingkatkan lagi. Kudos buat pihak Royal Enfield yang telah mendengarkan keluhan para penggunanya dan berinovasi dengan fitur navigasi TBT yang terintegrasi, two thumbs up.
Jadi dengan range harga Rp 85 – 87 jutaan (off the road), apakah kelebihan pada faktor fitur, kenyamanan, mesin, serta style klasik RE Meteor 350 dapat memikat dompetmu? Satu hal yang dapat kami pastikan, motor ini sudah lebih refine dibandingkan dengan model RE lainnya. Berikan komentarmu soal RE Meteor 350 pada kolom di bawah, dan jangan lupa kunjungi galeri untuk melihat detail dari sang entry-level cruiser RE.
Read Next: Hyundai Baru Ini Canggih di Luar, Mewah di Dalam!