AutonetMagz.com – Jangan keburu terbakar emosi dulu, biar dijelaskan dulu di artikel ini maksud gilanya itu seperti apa. Saya tidak perlu memperkenalkan Jeremy Clarkson lagi, karena harusnya mayoritas car enthusiast di seluruh dunia, termasuk kita di sini pasti mengenal siapa dia. Belum lama ini, ia membuat sebuah post di Sun Motors yang mendeskripsikan bahwa pengendara mobil bertransmisi manual itu gila, sekaligus ia heran kenapa masih ada orang yang mau membeli mobil bertransmisi manual sekarang ini?
Jezza mengibaratkan para pemilik mobil manual seperti penonton TV yang tidak butuh remote TV, mereka lebih suka berjalan ke arag TV-nya lalu memencet tombol di TV untuk mengganti channel sendiri. Atau setidaknya, seperti orang yang tidak butuh mesin cuci karena lebih suka jalan ke pinggir sungai dan mencuci sendiri di situ. Emmm… Pakde, di sini kadang kalau melihat ke arah pinggir sungai, banyak lho yang seperti itu. Hehehe…
Seterusnya, ada referensi yang memaparkan bahwa sekitar 70% mobil yang terjual di Inggris merupakan mobil bertransmisi manual, sehingga 70% pemilik mobil di Inggris masuk kategori “gila”. Tapi bukan berarti dia tidak melihat adanya kebaikan di transmisi manual, karena ia menganggap transmisi manual bisa memberikan yang terbaik kepada pengendaranya saat dipakai di sirkuit, baik dari segi sensasi maupun performa. Itu kalau di sirkuit, kalau di jalanan biasa sih bikin pegel.
Memang, anggapan jika transmisi otomatis lebih lemot dan boros dari transmisi manual yang ada beberapa tahun lalu kini kian sirna. Berkat teknologi seperti dual clutch, CVT, AMT dan lain-lain, transmisi otomatis bisa makin efisien dan efektif. Perlu diakui, secepat-cepatnya pembalap profesional mengganti gigi di mobil manual, masih kalah dengan kecepatan komputer yang bisa mengganti gigi dalam hitungan milidetik.
Karena dianggap tidak relevan lagi dengan situasi sekarang pun, merek seperti Ferrari dan Lamborghini pun mencampakkan transmisi ini, sementara Porsche masih berusaha setia dengan transmisi manual biasa, seperti pada Cayman GT4. Jelas, kami tahu perdebatan seperti ini tidak akan pernah ada habisnya, meski suatu saat pasti transmisi manual akan punah, seperti karburator yang sudah tergantikan oleh injeksi elektronik.
Tapi jika boleh bersuara juga, saya sangat suka mobil transmisi manual, karena dengan mobil itulah basic-basic berkendara saat saya pertama kali belajar menyetir dulu bisa saya mengerti, terutama metode-metode seperti sinkronisasi rem tangan, gas, rem, kopling saat mau menjalankan mobil di tanjakan dari posisi diam (hal itu cukup susah, jujur saja). Bukan berarti saya anti transmisi otomatis, karena semua yang disebutkan Jezza soal transmisi otomatis memang benar, apalagi saya cukup menggandrungi transmisi dual clutch alias kopling ganda.
Perdebatan seperti ini takkan pernah berakhir, dan saya akui transmisi manual kini harus siap-siap masuk ke liang lahat. Tapi sebelum ia benar-benar “mati”, transmisi manual harus mendapat kesempatan untuk bisa menjadi lebih “hidup” lagi di saat-saat terakhirnya dengan dihadirkan di mobil-mobil seperti Subaru WRX STI, Porsche Cayman GT4, Honda Civic Type R dan lain-lain. Kalau kamu, apa ceritamu tentang transmisi manual vs transmisi otomatis? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: Honda Civic Turbo Mulai Dipromosikan di Thailand, Bagaimana Indonesia?