AutonetMagz.com – Kita sudah sama – sama mengetahui bahwa kini ada satu jenis teknologi transmisi baru yang akhirnya disematkan pada sebuah produk di pasar otomotif Indonesia yang kita kenal dengan nama ACT. ACT sendiri merupakan teknologi yang baru dipasangkan pada LMPV jagoan dari Wuling yaitu Wuling Confero S ACT. Nah, mungkin beberapa dari kalian merasa bahwa transmisi semacam ini sekilas mirip dengan transmisi AMT yang lebih dahulu dikenal di publik tanah air. Lantas, apakah sama? Mari kita tinjau.
Jadi, di transmisi AMT sendiri ada modul khusus yang bertugas untuk membaca beberapa parameter seperti kecepatan mobil, putaran mesin, sudut elevasi jalan, dan input dari pedal gas. Nah, dari hasil bacaan inilah ECU girboks bakal menyimpulkan bahwa transmisi sebaiknya berganti atau tidak. Jika berganti, maka modul tersebut bakal memprasaranai proses pergantian gigi, baik dari aktuator yang menggantikan kaki kiri menginjak kopling hingga pergantian gigi itu sendiri. Paham? Tentunya sudah bukan hal yang asing lagi bagi kalian. Lantas bagaimana dengan ACT? Lebih sederhana lagi.
Karena modul ACT di Wuling Confero S ini hanya bertugas menggantikan kaki kiri saja untuk menginjak kopling. Jadi, teknologi ACT ini tidak bisa membuat mobil berganti gigi secara auto seperti di transmisi AMT. Kasarnya, seperti yang sering kami katakan, teknologi transmisi di Wuling Confero S ACT ini bak teknologi kopling otomatis di sebuah motor bebek. Jadi, sang driver masih memiliki tugas untuk mengoper gigi secara manual walaupun kaki kirinya kini sudah libur dari tugas menginjak pedal kopling. Secara teknologi, sejatinya bisa dikatakan bahwa ACT adalah versi lebih simpel dari AMT, dan tujuannya jelas, menggantikan peran kaki kiri, titik.
Nah, tentunya disini AMT justru memiliki keunggulan, karena AMT bisa berjalan di full auto mode tanpa kita perlu menggerakkan tangan kiri kita untuk menyentuh tuas persneling. Cukup letakkan di D, dan sudah kelar urusan. Namun walaupun begitu, tentunya baik ACT maupun AMT memiliki keunggulan sendiri – sendiri yang tidak bisa kita judge secara sama rata sama rasa, tergantung selera lah. Sisi fun to drive lebih terasa di versi ACT karena perpindahan gigi bisa kita kontrol dengan halus layaknya transmisi manual biasa. Selain itu, bakal ada warning jika kita memasukkan gigi terlalu tinggi, contohnya dari gigi 1 loncat ke gigi 4 atau 5.
Lantas, apakah ada gejala ndut-ndutan seperti yang biasa dialami di transmisi AMT? Surprisingly, hal ini tidak ditemui. ACT memiliki penuruan rpm downshift yang lebih rendah karena sistem tugasnya hanya mengurusi kopling, berbeda dengan AMT yang punya tugas lebih kompleks. Menariknya, di sistem ACT ini kita bisa memindahkan gigi sambil tetap menekan pedal gas, dimana nantinya rpm bakal drop sekitar 1.000 rpm, lalu sesaat setelah gigi dipindahkan putaran mesin bakal perlahan naik mengikuti posisi pedal gas. Overall, sensasi berkendara dengan teknologi ACT lebih halus walaupun tangan kiri kita masih harus aktif mengoper tuas persneling.
Terakhir, tugas ACT dalam sistem transmisi di Wuling Confero S ini murni untuk membantu perpindahan gigi, jadi saat kalian menanjak dipastikan kalian perlu menarik rem tangan, daripada mobil kalian ngeloyor ke belakang dan membuat chaos. Yang jelas, kehadiran Wuling Confero S ACT sendiri makin mewarnai pasar otomotif dalam negeri, utamanya di segmen LMPV. Bukannya tidak mungkin teknologi serupa bakal menjamur di masa depan jika memang secara kualitas cukup durable dan bisa diandalkan alias reliable. Jadi, bagaimana menurut kalian, kawan? Yuk sampaikan pendapat kalian di kolom komentar di bawah ini.
Read Next: BMW Bawa 11 Kendaraan di IIMS 2019, Z4 Jadi Jagoan Utama!