AutonetMagz.com – Akhir-akhir ini muncul berita yang cukup viral mengenai kaca belakang duo Calya-Sigra yang mengalami kerusakan tanpa sebab. Redaksi AutonetMagz sendiri tidak luput membahas kejadian ini, namun karena sumber belum jelas kami pun tidak ingin asal berucap, artikel ini juga kami sajikan dengan beberapa pemikiran yang semoga bisa menjadi bahan pertimbangan ATPM untuk melakukan investigasi.
Berita yang sudah beredar menampilkan beragam spekulasi terkait apa yang mungkin terjadi pada kaca belakang duo LCGC 7-seater tersebut dan hasilnya sampai saat ini, Daihatsu sebagai produsen belum memiliki jawaban yang pasti.
Pihak Daihatsu sendiri mengklaim bahwa mobil tersebut sudah memiliki standar yang baik dari segi produksi hingga quality control di suhu yang bervariasi sehingga mereka berani mengklaim bahwa cacat tersebut bukan bawaan pabrik, lantas apa yang terjadi?
Beberapa faktor konsumen seperti perilaku menutup pintu yang terlalu keras, penekanan saat membersihkan dan lainnya tidak terlalu kami bahas karena hal tersebut semestinya bukan merupakan masalah terkait kualitas produksi. Mengutip dari banyak sumber dalam dan luar negeri, terdapat beberapa teori yang dapat menyebabkan retaknya kaca sebuah mobil. Diantaranya adalah kesalahan instalasi dari kaca itu sendiri.
Meskipun Daihatsu mengklaim bahwa tidak ada yang salah dalam pembuatan mobilnya, mungkin mereka juga harus memastikan ulang bagaimana proses pembuatan kaca, distribusi, penyimpanan, serta cara pemasangan, karena jika terjadi robek mikro maupun tergores yang tidak kasat mata dapat memicu terjadinya retak saat pemuaian maupun penyusutan.
Hal lainnya adalah kedudukan frame dan kaca. Meskipun toleransi dari pemuaian dan penyusutan dari kaca sangatlah kecil, hal ini bisa saja menjadi penyebab. Hal yang kita tidak ketahui adalah apakah gap antara setiap duo LCGC ini selalu sama? Dan apakah retak terjadi karena terjadi regangan/press dengan bodi disekitar kaca? Jika penasaran, coba perhatikan bentuk pecahan kaca pada bagian pinggir, defek menunjukkan adanya stress dibagian terluar dari kaca belakang tesebut.
Selain itu muncul pula teori mengenai suhu dimana keretakan kaca seringkali terjadi karena thermal stress yang dialami kaca. Umumnya hal tersebut terjadi saat kondisi cuaca sangat ekstrim dan terjadi apabila terdapat pelapis kaca yang membuat gradasi suhu dengan kaca. Suhu yang tidak dapat dikonduksikan ke bagian lain akhirnya diserap oleh kaca itu sendiri sehingga mengakibatkan pemuaian dan secara tidak langsung kaca mengalami proses bending sesaat sebelum pecah.
Jangan lupa juga faktor lain selain pemuaian adalah penyusutan, ada kalanya kaca tidak sanggup lagi menyusut setelah memuai terlalu banyak, hal ini mungkin terjadi pada salah satu konsumen yang mengeluhkan pecah terjadi pada saat malam hari. Selain itu, hal ini didukung oleh bagian kontak kaca dengan bodi yang diperantarai oleh sealant, beberapa pendapat mengatakan kualitas sealant yang buruk mengakibatkan pemuaian tidak seirama antara kaca dan sealant, akibatnya, terjadi kekakuan pada bagian yang bersentuhan langsung dengan sealant.
Selain itu muncul pula pendapat mengenai penempelan yang terlalu rapat lagi – lagi akibat sealant yang buruk. Kaca seperti terlalu kuat menempel pada dudukan sehingga tidak diberikan ruang ‘bernapas’ apabila terjadi stress mekanik maupun stress thermal.
Ketebalan kaca juga merupakan faktor yang berpengaruh, dengan judulnya yang LCGC apakah mobil ini mengalami sedikit penyunatan pada ketebalan kaca belakang? Ketebalan kaca sendiri memiliki peranan untuk menahan beban angin dan juga memberikan support struktur pada bagian pintu belakang. Ketebalan yang tidak sesuai membuat kelenturan dari bodi mobil tidak dapat diterima secara sempurna. Ingat seiring dengan manuver dan guncangan pada mobil, bodi mengalami fleksibilitas atau dengan kata lain menerima impact dari getaran yang dihasilkan.
Terakhir adalah NiS, Nickel Sulfide Inclusion, proses produksi dari tempered glass itu sendiri menggunakan mesin stainless-steel yang memungkinkan terjadinya sedikit partikel nickel mengalami stress dalam kaca. Biasanya defek akibat inklusi nikel ini menyebabkan terjadinya pola angka 8 dengan diameter 3 cm pada retakan kaca. Kami tidak tahu pasti bagaimana gambaran retakan kaca pada duo LCGC tersebut dari dekat, namun teori ini dapat juga menjadi bahan pertimbangan.
Yang kami tidak ketahui adalah apakah teknologi pembuatan kaca pada Calya-Sigra sudah mengadopsi teknologi Heat Soaked Glass atau belum agar dapat mendukung teori terakhir ini. Untuk kalian yang belum tahu tempered glass merupakan teknologi yang sudah sejak lama dipakai agar ketika terjadi benturan, kaca akan memiliki pecahan yang kecil dan tidak membahayakan penumpang. Bayangkan apabila kaca mobil menggunakan kaca rumah yang pecahannya tajam dan besar – besar. Seram sekali.
Kembali ke kasus, meskipun kasus Calya-Sigra ini masih misteri, mari beri waktu untuk Daihatsu sebagai produsen untuk menginvestigasi lebih lanjut dan baiknya mereka berbesar hati untuk melakukan recall apabila benar terjadi kesalahan produksi. Semoga apa yang kami sampaikan dari AutonetMagz dapat memberi perspektif lain dalam menginvestigasi kasus ini. Bagaimana tanggapan kalian terkait kasus ini? Sampaikan di kolom komentar ya!
Read Next: Nippon Paint Resmi Langkahkan Kaki di Dunia Otomotif Indonesia