AutonetMagz.com – Kemajuan teknologi jaman now membuat mobil self-driving sudah bisa ditemui di berbagai merek. Tesla, Mercedes Benz, BMW, Nissan, Audi, nyaris semuanya punya teknologi ini. Untuk mobil biasa sih oke, tapi kalau buat mobil sport itu bakal terlihat seperti ide konyol. Orang beli mobil sport ya buat disetir sendiri dong, ngapain beli mobil sport kalau mobilnya bisa jalan sendiri? Itu sama seperti beli gorengan tanpa cabe rawit, sensasinya akan sirna dan tidak spesial.
Namun teknologi self-driving pasti pelan-pelan akan menular ke mobil sport performa tinggi, entah cepat atau lambat. Porsche, merek yang terkenal dengan mobil sport dengan sensasi berkendara kelas wahid sebenarnya juga tertarik dengan teknologi self-driving, apalagi mereka juga sadar kalau dunia sudah berubah sekarang. Akan tetapi, Porsche tidak mau mudah menyerah kepada kemajuan teknologi, sebab sensasi berkendara mereka harus dipertahankan.
Itulah bentuk perlawanan halus dari Porsche. Vice President Porsche, Lutz Meschke berbicara soal mobil self-driving buatan Stuttgart, tapi ia juga yakin konsumen pasti masih mau dan akan terus mau mengendarai Porschenya sendiri. Untuk itu, ia berkata bahwa Porsche akan jadi satu dari sekian pabrikan terakhir yang meninggalkan tradisi menyetir sendiri secara manual dan pindah haluan ke mobil self-driving. Berani sekali, dan patut dihargai.
Tapi ada beberapa fitur mobil self-driving yang menarik untuknya. Contohnya adalah kemampuan buat berjalan pelan dan halus saat macet secara mandiri dan kemampuan mobil untuk cari parkir sendiri pasca driver turun dari mobil karena buru-buru atau hampir terlambat. Menurutnya, ini adalah hubungan terbaik antara mobil sport dan teknologi, dan dua fitur ini dipandang sebagai fitur yang wajib punya di esok hari.
Fitur lain yang menarik adalah teknologi self-driving, tapi dikembangkan khusus untuk memungkinkan mobil berlari (bukan jalan, tapi lari) sekencang mungkin di sirkuit untuk mengajarkan kepada driver tentang racing line yang baik, kapan harus mengerem, kapan harus ganti gigi, kapan harus gas, belok dan sebagainya.”Kami sebut ini sebagai ‘Mark Webber function’, fungsi di mana mobil ini bisa ngebut seperti saat digeber oleh Webber,” kata Meschke.
“Sistem self-driving dan Porsche bisa membentuk simbiosis yang sangat baik. Kami menafsirkannya dengan cara yang khas dari Porsche dan menggabungkan jati diri sebuah Porsche dengan peluang besar yang ditawarkan oleh teknologi baru,” tutup Meschke. Menarik, tapi secanggih-canggihnya teknologi, kami mengharapkan teknologi itu tidak menumpulkan insting dan naluri manusia yang harusnya setangguh ksatria menjadi seorang pemalas. Apa opinimu? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: BMW Ingin Ubah Mini Sebagai Merk Khusus Mobil Listrik di US, Indonesia?