AutonetMagz.com – Bayang – bayang kelangkaan chip semikonduktor atau chip shortage nampaknya masih belum sepenuhnya berakhir. Malahan, chip shortage memaksa pabrikan asal Jepang yaitu Toyota untuk kembali memangkas produksi mereka. Bahkan, tidak tanggung – tanggung, dari kabar terbaru yang kami dapatkan, Toyota akan memangkas produksi mereka hingga 150 ribu unit pada bulan Februari mendatang karena kelangkaan chip semikonduktor ini. Lantas, model apa saja yang akan terpengaruh kebijakan ini? Yuk kita bahas lebih lanjut.
11 Pabrik di Jepang Akan Stop Produksi Sementara
Patut kalian garis bawahi, pemangkasan produksi ini tak merujuk pada Toyota Indonesia, dalam hal ini TMMIN selaku produsen Toyota di Tanah air. Jadi, kebijakn ini merupakan kebijaka global Toyota yang berpengaruh pada seluruh pabrik mereka. Nah, pada bulan Februari 2022 mendtaang, Toyota berencana untuk mengurangi produksi global mereka sebanyak 150.000 unit. Padahal, sejatinya pabrikan asal Jepang ini berharap mereka bisa memproduksi 700.000 unit mobil dalam bulan kedua tahun 2022 tersebt. Alasannya sederhana, karena permintaan akan mobil Toyota juga sedang meningkat. Nah, dengan kebijakan ini, pihak Toyota pun meninjau ulang target produksi tahun fiskal 2021 (April 2021 hingga Maret 2022) yang awalnya ada di angka 9 juta Unit. Lantas, pabrik mana saja dan model apa saja yang akan terpengaruh oleh kebijakan ini? Bulan depan, Toyota akan menghentikan operasi produksi dari 11 pabrik perakitan yang ada di Jepang. Yap, hanya di Jepang saja, namun efeknya dipastikan akan berlaku global karena banyak model Toyota yang dirakit di Jepang dan diekspor ke pasar internasional.
Nah, model – model yang terpengaruh adalah model yang cukup diminati konsumen internasional. Sebut saja nama Toyota GR Yaris, Toyota Corolla, Toyota RAV4, Toyota Harrier, dan Toyota Yaris Cross, serta beberapa model lainnya. Produk milik Lexus juga tak luput dari dampak ini, dimana Lexus UX Series dan LS Series akan terdampak juga. Dan seperti yang kami singgung di atas, kondisi ini jelas akan berpengaruh terhadap target yang telah dicanangkan oleh Toyota. Salah seorang eksekutif Toyota, Kazunari Kamakura menyatakan, “Mencapai angka 9 juta unit adalah hal yang sangat sulit”. Yap, pabrikan kini memang harus berhadapan dengan masalah yang muncul di sisi produksi, bukan di sisi konsumen. Karena, jika kita lihat tren beberapa waktu terakhir, pasar otomotif di beberapa negara justru cenderung naik, termasuk di China. Tingginya permintaan inilah yang juga memicu masalah, karena pabrikan ternyata tidak bisa memenuhi seluruh permintaan yang sudah masuk dalam waktu cepat.
Kenapa Terjadi Chip Shortage?
Lantas, mengapa chip shortage terjadi, dan masih bertahan hingga detik ini? Ada sebuah fakta yang menarik, yang sebenarnya juga sempat tim AutonetMagz bahas beberapa bulan silam. Tahukah kalian bahwa salah satu sumber masalah chip shortage berasal dari region kita, yaitu Asia Tenggara? Jadi, Asia Tenggara adalah salah satu produsen chip semikonduktor yang berskala besar, dimana banyak pabrikan menggantungkan pasokan dari region kita. Sejak COVID-19 menyebar ke Asia Tenggara, baik Indonesia, Thailand, Filipina, Malaysia, dan sejumlah negara ASEAN lain sibuk untuk menanggulangi dan mencegah persebaran yang masif. Alhasil, banyak produsen Chip yang harus mengurangi produksi, bahkan tidak berproduksi sama sekali di negara yang menerapkan kebijakan lockdown. Hasilnya? Chip semikonduktor pun langka, dan produksi mobil serta sejumlah piranti elektronik lainnya juga terganggu. Kami berharap Omicron tidak menjadi ganjalan baru bagi industri semikonduktor, sehingga pasokan bisa terpenuhi dan industri otomotif bisa berjalan normal.
Bagaimana menurut kalian, kawan?
Read Next: Menperin : Mobil Rakyat Bukan Barang Mewah, Tak Perlu Dikenakan PPnBN