AutonetMagz.com – Sirkuit Sepang di Malaysia menjadi saksi bisu digelarnya ajang Porsche Licence To Thrill, yang telah berhasil menyaring 30 orang terpilih dari total 3.000 lebih pendaftar dari berbagai negara. Hadiah utamanya adalah sebuah perjalanan dan pengalaman seharian penuh di Porsche Experience Center di Amerika Serikat, dan praktis segala tantangan yang ada di Sepang harus dilalui jika ingin memenangkan hadiah berupa titel Porsche Driver of The Year 2017.
Kondisi Sepang sudah panas, namun persaingan antar peserta malah membuat suasana lebih panas lagi. Ada 6 tantangan yang wajib dilalui, yakni Target Time Challenge, Off-road Challenge, Reverse Gymkhana Challenge, Panamera Challenge, Braking Challenge dan 718 Painting Challenge. Ada 2 tantangan yang menurut kami unik di sini, yakni Reverse Gymkhana dan 718 Painting Challenge.
718 Painting Challenge
718 Painting adalah momen di mana tiap peserta akan diberi kesempatan untuk menulis angka “718” di atas area parkiran yang telah ditentukan oleh Porsche. Menggunakan Porsche 718 Boxster S, penilaiannya adalah dari kerapihan angka yang dibentuk, di mana yang menilai adalah fotografer yang berdiri jauh di atas dan sudah mempersiapkan kamera untuk burst shot, menangkap langkah demi langkah yang dilakukan peserta demi menulis angka 718.
Waktu yang disediakan hanya 4 menit saja, dan peserta bebas mau mulai dari angka berapa saja. Mau mulai dari angka 7, 1 atau 8 boleh, yang penting rapi, tidak keluar area yang ditentukan dan tidak boleh lebih dari 4 menit. Kelihatannya mudah, tapi ternyata sama sekali tidak sepele. Karena instruktur Porsche menekankan bahwa starting point para peserta bakal sangat menentukan hasilnya, mereka menyarankan untuk mulai dari angka 8 atau 7.
Panamera Challenge
Berlanjut ke Panamera Challenge, Porsche menyediakan Panamera 4S dan Panamera Turbo untuk digeber oleh peserta, sementara instruktur akan duduk manis dan menyampaikan tips membalap di sirkuit yang baik dan benar. Setelah selesai putaran latihan, instruktur akan menggeber Panamera di sirkuit dan 3 peserta lain harus ikut duduk di Panamera sembari menggambar mobil sejelas mungkin. Sekali lagi, kerapihan dan kejelasan gambar berperan di sini.
Soal putaran pemanasan dan pembelajaran mengenali sirkuit mungkin tidak terlalu sulit, sebab materinya mudah dipahami. Yang susah adalah berusaha menggambar sebuah mobil kala duduk dan diombang-ambingkan kesana kemari oleh raksasa 2 ton bertenaga 500 hp lebih. Tidak semua orang bisa menuntaskan gambarnya dengan mudah, bahkan mereka yang perutnya masih kenyang lalu langsung diacak-acak oleh Panamera punya masalah yang lebih besar lagi.
Reverse Gymkhana Challenge
Bagaimana dengan Reverse Gymkhana? Well, intinya peserta disuruh melakukan slalom dengan memakai Porsche Macan GTS dan Cayenne GTS, namun sesuai namanya, slalomnya harus mundur, bukan maju seperti biasanya. Melihat via spion tengah pun tiada gunanya, karena kaca belakang ditutup habis. Sedikit peralatan sisa yang bisa jadi “mata” bantuan buat driver adalah kamera mundur dan spion kiri-kanan.
Kuncinya di sini adalah : Tentukan pilihan mau melihat yang mana. Kalau mau lihat kamera, jangan lihat spion, dan kalau mau lihat spion, jangan lihat kamera. Setiap peserta menyenggol cone, maka langsung kena penalti 5 detik. Meski besar, ternyata tidak susah mengontrol Cayenne dan Panamera, namun memang harus terbiasa mengatur arahnya sambil mundur. Waktu terbaik untuk sesi ini ada di rentang 40 detikan.
Target Time Challenge
Berikutnya adalah Target Time Challenge. Menurut Porsche, ini merupakan menu yang sama yang didapatkan oleh para pembalap WEC mereka. Tantangannya, instruktur akan melihat bagaimana kita memacu Porsche 911 mulai dari permainan gas, rem dan setir, termasuk racing line kita. Setelah dievaluasi selama 2 putaran, mereka akan memberi masukan supaya kita bisa menjadi driver yang lebih baik. Nah, baru setelah ini mereka akan memasang target waktu buat kita.
Tapi jangan salah, kita jangan terpancing untuk bisa lebih cepat dari target, lebih lambat pun jangan. Kita harus sebisa mungkin finish dengan selisih sekecil mungkin dari target waktu yang ditentukan, malah lebih bagus kalau bisa pas. Kuncinya di sini adalah untuk mengetahui seberapa konsisten kita memacu mobil. Contohnya, jika sebelumnya kita mulai rem di titik A lalu gas di titik B dan belok di titik C, usahakan kita melakukan gas di titik A, rem di titik B dan belok di titik C lagi, jangan diubah.
Off-road Challenge
Melangkah ke Off-road Challenge, media tesnya kali ini adalah Porsche Cayenne Turbo. SUV besar, berat, bertorsi badak dan bertenaga monster ini menantang kita di habitat alaminya : medan off-road. Tantangan yang disodorkan adalah kita harus menjaga air di gelas ukur yang ada di kap mesin sebanyak mungkin sembari melibas semua tantangan off-road yang disodorkan. Jika lebih dari 4 menit, kita didiskualifikasi.
Sekali lagi, dari luar kelihatan mudah tapi pas mencoba sendiri ternyata susah. Selama berjalan, pikiran driver seolah terbagi 3. Pertama, bagaimana caranya air itu bisa tetap tersisa sebanyak mungkin di jalanan yang tidak rata. Kedua, bagaimana supaya Cayenne Turbo bermesin V8 twin turbo itu bisa menempuh medan off-road yang terdiri dari tanjakan, turunan, kerikil, lumpur dan bebatuan kasar.
Malah, ada satu area yang mengharuskan kita menjalankan mobil ini pelan-pelan sembari miring sekitar 30-40 derajat ke kanan, seolah mau terguling atau was-was pelek 21 incinya bakal baret terkena bebatuan. Soal demonstrasi penggerak AWD, hill start assist dan hill descent control-nya, semuanya lancar tanpa kendala. Ketiga, bagaimana kita bisa menyelesaikan semua itu dalam waktu di bawah 4 menit. Tantangan ini benar-benar bikin para driver berkeringan dingin.
Braking Challenge
Tantangan terakhir adalah Braking Challenge. Di sinilah Porsche 911 Turbo dan Turbo S masuk untuk memberi kita sebuah pelajaran mengenai pengereman. Kedua mobil ini pakai spek rem yang berbeda, di mana 911 Turbo merah pakai rem biasa sementara 911 Turbo S biru sudah memakai rem PCCB, rem karbon komposit yang ditandai dengan kaliper kuning. Lebih dari cukup untuk menjinakkan mobil yang bisa lari dari 0-100 dalam 2,8 detik saja.
Materi uji di sini adalah : Para driver harus memacu mobil sport bermesin 3.800 cc flat 6 twin turbo ini hingga rentang 80-100 km/jam, lalu mengerem keras hingga mobil berhenti. Jarak mobil dengan cone yang jadi patokan akan diukur, di mana makin dekat jaraknya berarti makin bagus. Di atas cone tersebut ada telur ayam, jadi jika pengeremannya gagal dan telur ayam itu pecah karena mobil menyenggol cone, driver otomatis didiskualifikasi.
Sudah jelas, tantangan yang disajikan tidak hanya untuk mengasah intuisi seorang driver, tapi juga untuk memberikan pengalaman akan keasyikan berkendara yang selalu jadi jaminan mutu Porsche di samping kualitas engineering mereka. Jaminan tersebut merata nyaris di semua lini produk mulai dari Cayman, Boxster, Macan, Cayenne, Panamera dan pastinya sang ikon, 911. Tentu saja kami berharap agar mereka bisa menjaga sensasi ini di mobil sport masa depan mereka.
Tentu, mengingat Porsche sudah mau fokus ke Formula E dan menyatakan tertarik turun ke Formula 1 meski belum resmi turun, harusnya ada terobosan yang lebih paripurna lagi dalam menggodok mobil sport Stuttgart ini. Lalu, siapa yang jadi Porsche Driver tahun 2017 ini? Simak dalam artikel selanjutnya!
Read Next: Bos Hyundai N : BMW dan Mercedes Terlalu Buang-Buang Duit